Minggu, 19 Oktober 2014

KOHESI LEKSIKAL “WACANA BAHASA INDONESIA”



BAB I
PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
Suatu wacana dituntut memiliki keutuhan struktur. Keutuhan itu sendiri dibangun oleh komponen-komponen yang terjalin di dalam suatu organisasi kewacanaan. Organisasi inilah yang disebut sebagai struktur wacana. Sebagai sebuah organisasi, struktur wacana dapat diurai atau dideskripsikan bagian-bagiannya.
Keutuhan struktur wacana lebih dekat maknanya sebagai kesatuan maknawi ( semantis) ketimbang sebagai kesatuan bentuk ( sintaksis) ( lihat Halliday dan Hassan, 1976 : 2). Suatu rangkaian kalimat dikatakan menjadi struktur wacana bial di dalamnya terdapat hubungan emosional antar bagian yang satu dengan bagian lainnya. Sebaliknya, suatu rangkaian kalimat belum tentu bisa disebut sebagai wacana apabila tiap-tiap kalimat dalam rangkaian itu memiliki makna sendiri-sendiri dan tidak berkaitan secara semantik.

2.  Rumusan Masalah
a)      Apa yang dimaksud dengan kohesi leksikal?
b)      Apa yang terkait dalam aspek kohesi leksikal?

3. Tujuan
a)      Untuk menambah pengetahuan dan wawasan
b)      Untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah wacana bahasa Indonesia
c)      Sebagai panduan atau referensi kegiatan belajar mengajar.











BAB II
KOHESI LEKSIKAL

1.      Pengertian

Kohesi leksikal atau perpaduan leksikal adalah hubungan leksikal antara bagian-bagian wacana untuk mendapatkan keserasian struktur secara kohesif. Unsur kohesi leksikal terdiri dari: sinonim (persamaan), antonim(lawan kata), hiponim(hubungan bagian atau isi), repetisi (pengulangan), kolokasi (sanding kata), dan ekuivalensi. Tujuan digunakannya aspek – aspek leksikal itu diantaranya ialah untuk mendapatkan efek intensitas makna bahasa, kejadian informasi, dan keindahan bahasa lain. ( Mulyana. 2005. Kajian Wacana. Yogyakarta:Tiara Wacana).
Kohesi leksikal adalah keterkaitan leksikal antara bagian-bagian wacana. Kohesi leksikal dapat dirinci menjadi pengulangan (reiteration), hiponimi (hyponimi), sinonim ( synonimi ), antonimi (antonymi), dan kolokasi ( collocation ) ( Baryadi 1990:46).

A.    Kolokasi
 adalah kohesi leksikal yang berupa relasi makna yang berdekatan antara konstituen yang satu dengan konstituen yang lain atau hubungan antarkata yang berbeda pada lingkungan dan bidang yang sama.
Contoh kalimat aspek kohesi kolokasi adalah sebagai berikut :
1.      Kepala Sekolah Jakarta International School (JIS) Timothy Carr terkait kasus kekerasan seksual terhadap siswa taman kanak-kanak yang dilakukan 6 orang tersangka dari petugas kebersihan di JIS.
Pada kalimat di atas kata Kepala Sekolah berkolokasi dengan siswa taman kanak-kanak dan petugas kebersihan.
2.      Lalu lintas macet total. Angkot, sepeda motor, becak jalannya pelan sekali.
Pada kalimat di atas kata angkot, sepeda motor, becak dalam wacana membentuk kolokasi leksikal karena unsur-unsur itu semuanya termasuk dalam hal yang memacetkan jalan.
3.     Akan lebih baik lagi jika di dalam poliklinik kampus, ada juga dokter atau spesialis kesehatannya. Sehingga, kalau ada mahasiswa yang sakit bisa ditangani dan tidak perlu sampai ke rumah sakit.

B.     Hiponim
Dalam semantik, hiponim adalah suatu kata atau frasa yang maknanya tercakup dalam kata atau frasa lain yang lebih umum, yang disebut hiperonim atau hipernim. Suatu hiponim adalah anggota kelompok dari hiperonimnya dan beberapa hiponim yang memiliki hiperonim yang sama disebut dengan kohiponim.
Contoh hiperonim, hiponim serta kohiponim antara lain:
kucing, serangga, dan merpati adalah hiponim dari hewan
hewan adalah hiperonim dari kucing, serangga, dan merpati
serangga dan merpati adalah kohiponim dari kucing sebagai hewan
Hubungan makna hiponim-hiperonim dibedakan dengan hubungan makna meronim-holonim yang merupakan hubungan antara bagian dengan kesatuan.
C.    Ekuivalensi (Kesepadanan)
Ekuivalensi merupakan hubungan kesepadanan antara satuan lingual tertentu dengan satuan lingual yang lain dalam dalam sebuah paradigma.
Ekuivalensi dalam wacana ini ditunjukkan dengan kata rapelan (paragraf 1 kalimat 4) dan kata dirapel (paragraf 7 kalimat 2). Kata rapelan dan dirapel memiliki hubungan kesepadanan karena berasal dari satuan lingual asal rapel Secara definisi, ekuivalensi adalah makna yang memiliki kedekatan atau memiliki tingkatan sebanding. Sementara, semantik adalah ilmu tentang makna kata dan kalimat atau pengetahuan mengenai seluk beluk dan pergeseran makna. Jadi dapat disimpulkan, ekuivalensi semantik adalah kajian semantik yang memiliki hubungan kedekatan , sebanding, dan kekerabatan.
Asumsi awal mengenai ekuivalensi konseptual atau sinonimi dapat diperlihatkan secara langsung melalui sistem penggambaran semantik. Perlu disusun kaidah khusus untuk menjelaskan ekuivalensi semantik untuk penggambaran semantik. Kaidah ini mungkin bersifat arbitrer yang diimprovisasi agar para ahli semantik dapat terlepas dari problem analitis dalam hubungan semantik kekerabatan. Dalam pembahasan ini disampaikan sejumlah kaidah implikasi dan kemudian memikirkan apakah kaidah ini memberikan fakta untuk tingkat ‘semantik dalam’.
Kaidah implikasi adalah kaidah yang menentukan bahwa untuk suatu formula semantik tertentu, ada kemungkinan untuk menggantikan formula semantik yang lain. Dalam kaidah ini teorinya adalah subtitusi dua arah (bi-direksional) dan oleh karena itu dapat diformulasikan dengan ‘A < - > B’.
Kaidah implikasi dibagi menjadi dua, yaitu: kaidah implikasi substantif dan kaidah implikasi formal. Kaidah Implikasi Substantif adalah kaidah implikasi yang menyebutkan ciri-ciri spesifik, sedangkan Kaidah Implikasi Formal adalah kaidah implikasi yang tidak mengacu kepada ciri-ciri fisik, tetapi menyatakan ekuivalensi dari struktur pohon semantic yang digeneralisasikan dengan yang lain. Kaidah implikasi formal terbagi menjadi kaidah subordinasi dan kaidah indentifikasi. Adapun kaidah implikasi formal yang lain, yaitu: kaidah koreferensi dan kaidah
D.    Sinonim
Kohesi sinonim adalah kohesi leksikal yang berupa relasi makna leksikal yang mirip antara konstituen yang satu dengan konstituen yang lain.
Ciri-ciri kata bersinonim seperti berikut.
1)      Kedua kata memiliki makna yang sama atau hamper sama.
2)      Kedua kata harus dapat saling ditukarkan dalam konteks kalimat yang sama.
Contoh kata sinonim misalnya ; kredit = mencicil, berdusta = berbohong, haus = dahaga, baju = pakaian, bunga = kembang dan masih banyak lagi contoh lainnya.
Contoh:
Jumlah orang jawa perantauan ini selalu cenderung naik. Sensus yang dilakukan inggris di tahun-tahun mereka berkuasa menunjukan peningkatan itu.
Kalimat tersebut terlihat bahwa kata naik dalam kalimat pertama memiliki makna yang sama dengan penigkatan dalam kalimat kedua.
Sinonim dapat dibedakan menjadi tiga macam.yaitu :
1. Sinonim mutlak
Kata-kata yang dapat bertukar tempat dalam konteks kebahasaan apa pun tanpa mengubah makna struktural dan makna leksikal dalam rangkaian kata/frasa/klausa/kalimat. Contoh:
o    kosmetik = alat kecantikan
o    laris = laku, larap
o    leksikografi = perkamusan
o    kucing = meong

2. Sinonim semirip
Kata-kata yang dapat bertukar tempat dalam konteks kebahasaan tertentu tanpa mengubah makna struktural dan leksikal dalam rangkaian kata/frasa/klausa/kalimat tersebut saja. Contoh:
o    melatis = menerobos
o    lahiriah = jasmaniah
3. Sinonim selingkung
Kata-kata yang dapat saling mengganti dalam satu konteks kebahasaan tertentu saja secara struktural dan leksikal.
Contoh:  lemah = lemas
E.     Antonim
kohesi leksikal yang berupa relasi makna leksikal yang bersifat kontras atau berlawanan antara konstituen yang satu dengan konstituen yang lain.
Ciri-ciri antonim seperti berikut.
1)            Kedua kata tidak dapat saling ditukarkan dalam konteks kalimat yang sama.
2)            Kedua kata memiliki makna yang berlawanan.
Contoh:
Laki-laki lebih rasional, lebih aktif, lebih agresif. Wanita sebaliknya:lebih emosional, lebih pasif, lebih submisif. (Budiman 1981: 3).
Pada kalimat tersebut terdapat tiga pasangan kata yang memiliki makna yang saling bertentangan, yaitu rasional >< emosional, aktif ><pasif, dan agresif >< submisif.
Perhatikan kalimat-kalimat berikut!
1.      Udara di pegunungan sangat dingin.
2.      Pada siang hari cuaca sangat panas.
Kata-kata yang bercetak tebal dalam kalimat tersebut merupakan kata berantonim. Antonim adalah kata-kata yang maknanya dianggap kebalikan atau berlawanan. Antonim juga disebut lawan kata.
Antonim dapat dibedakan atas empat macam.
1.      Antonim mutlak
 Antonim yang mempertentangkan makna secara mutlak.
Contoh:
Ia hidup di bumi. Ia pun mati dan dikubur di bumi.
2.      Antonim kutub
Antonim yang mempertentangkan makna kata secara gradasi atau tingkatan antar makna kata.
Contoh:
Sewaktu masih muda, ibu aktif bergabung dalam kegiatan karang taruna.
Karena sekarang sudah tua, ibu lebih sering santai dirumah.
3.      Antonim hierarkial
Antonim antara makna kata yang memiliki tingkatan atau jenjang.
Contoh:
Becak hanya mampu membawa satu kuintal beras, sedangkan truk itu mampu mengangkut tiga ton beras.
4.      Antonim majemuk
 sebuah kata yang memiliki antonim lebih dari satu.
Contoh:
Para penonton berdiri di bawah panggung pertujukan.
Para tamu undangan duduk di tempat yang telah disediakan. 
Anto, seorang pelawak, melakukan adegan berbaring di tempat tidur di panggung
F.     Repetisi atau Pengulangan
Repetisi salah satu cara untuk mempertahankan konsesif atar kalimat.Hubungan ini di bentuk dengan satu lingual.
Contoh :
Berfilsafat di dorong untuk mengetahui apa yang sudah kita tahu dan apa yang kita belum tahu. Berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak semuanya kita ketahui dalam semesta yang seakan tidak terbatas ini.
Macam-macam ulangan atau repetisi berdasarkan data pemakaian bahasa Indonesia seperti berikut.
a)      Ulangan Penuh
Ulangan penuh berarti mengulang satu fungsi dalam kalimat secara penuh, tanpa pengurangan dan perubahan bentuk.
Contoh:
Buah Apel adalah salah satu buah yang sangat tidak diragukan kelezatan rasanya.Buah Apel memiliki kandungan vitamin, mineral dan unsur lain seperti serat, fitokimian, baron, tanin, asam tartar, dan lain sebagainya.

b)      Ulangan dengan bentuk lain
Terjadi apabila sebuah kata diulang dengan konstruksi atau bentuk kata lain yang masih mempunyai bentuk dasar yang sama.
Contoh:
Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa ragu-ragu dan fisafat dimulai dengan kedua-duanya. Berfilsafat didorong untuk mengetahui apa yang telah kita tahu dan apa yang belum kita tahu.

c)      Ulangan dengan Penggantian
Pengulangan dapat dilakukan dengan mengganti bentuk lain seperti dengan kata ganti.
Contoh:
Seorang yang berfilsafat dapat diumpamakan seorang yang berpijak di bumi sedang tengadah ke bintang-bintang. Dia ingin mengetahui hakikat dirinya.

d)     Ulangan dengan hiponim
Contoh:
      Bila musim kemarau tiba, tanaman di halaman rumah mulai mengering.
Bunga tidak mekar seperti biasanya.











BAB III
PENUTUP

1.      Simpulan
Koherensi dan kohesi merupakan unsure wacana yang penting. Kedua unsur itu digunakan untuk membangun teks yang baik. Wacana yang baik ditandai dengan adanya hubungan semantic antar unsure bagian dalam wacana. Hubungan tersebut disebut hubungan koherensi. Hubungan koherensi dapat diciptakan dengan menggunakan hubungan kohesi. Hubungan kohesi dapat dilihat dengan penggunaan piranti kohesi. Piranti kohesi ada bermacam-macam. Piranti kohesi gramatikal dan kohesi leksikal.
2.       Saran
Setelah menguraikan makalah yang berjudul “Pengertian Kohesi leksikal” dapat berguna bagi semua pihak. Tidak hanya berguna bagi kami selaku pembuat makalah tetapi juga berguna bagi pembaca. Pembaca dapat mempergunakannya untuk menambah wawasan dan pengetahuan.













DAFTAR PUSTAKA
Mulyana, 2005. Kajian Wacana. Yogyakarta: Tiara Wacana
Rani, Abdul. 2006. Analisis Wacana: Sebuah Kajian Bahasa dalam Pemakaian. Malang: Bayumedia Publishing.
http://endhi-pujiana.blogspot.com/2012/09/pengertian-wacana-kohesi-dan-koherensi.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar