BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Suatu wacana dituntut memiliki
keutuhan struktur. Keutuhan itu sendiri dibangun oleh komponen-komponen yang
terjalin di dalam suatu organisasi kewacanaan. Organisasi inilah yang disebut
sebagai struktur wacana. Sebagai sebuah organisasi, struktur wacana dapat
diurai atau dideskripsikan bagian-bagiannya.
Keutuhan struktur wacana lebih dekat
maknanya sebagai kesatuan maknawi ( semantis) ketimbang sebagai kesatuan bentuk
( sintaksis) ( lihat Halliday dan Hassan, 1976 : 2). Suatu rangkaian kalimat
dikatakan menjadi struktur wacana bial di dalamnya terdapat hubungan emosional
antar bagian yang satu dengan bagian lainnya. Sebaliknya, suatu rangkaian
kalimat belum tentu bisa disebut sebagai wacana apabila tiap-tiap kalimat dalam
rangkaian itu memiliki makna sendiri-sendiri dan tidak berkaitan secara
semantik.
2.
Rumusan Masalah
a)
Apa
yang dimaksud dengan kohesi leksikal?
b)
Apa
yang terkait dalam aspek kohesi leksikal?
3. Tujuan
a)
Untuk
menambah pengetahuan dan wawasan
b)
Untuk
memenuhi tugas dalam mata kuliah wacana bahasa Indonesia
c)
Sebagai
panduan atau referensi kegiatan belajar mengajar.
BAB II
KOHESI LEKSIKAL
1. Pengertian
Kohesi
leksikal atau perpaduan leksikal adalah hubungan leksikal antara bagian-bagian
wacana untuk mendapatkan keserasian struktur secara kohesif. Unsur kohesi
leksikal terdiri dari: sinonim (persamaan), antonim(lawan kata),
hiponim(hubungan bagian atau isi), repetisi (pengulangan), kolokasi (sanding
kata), dan ekuivalensi. Tujuan digunakannya aspek – aspek leksikal itu
diantaranya ialah untuk mendapatkan efek intensitas makna bahasa, kejadian
informasi, dan keindahan bahasa lain. ( Mulyana. 2005. Kajian Wacana.
Yogyakarta:Tiara Wacana).
Kohesi
leksikal adalah keterkaitan leksikal antara bagian-bagian wacana. Kohesi
leksikal dapat dirinci menjadi pengulangan (reiteration), hiponimi (hyponimi),
sinonim ( synonimi ), antonimi (antonymi), dan kolokasi ( collocation ) (
Baryadi 1990:46).
A. Kolokasi
adalah kohesi leksikal yang berupa relasi
makna yang berdekatan antara konstituen yang satu dengan konstituen yang lain
atau
hubungan antarkata yang berbeda pada lingkungan dan bidang yang sama.
Contoh kalimat aspek
kohesi kolokasi adalah sebagai berikut :
1. Kepala Sekolah Jakarta
International School (JIS) Timothy Carr terkait kasus kekerasan seksual
terhadap siswa taman kanak-kanak yang dilakukan 6 orang tersangka dari petugas
kebersihan di JIS.
Pada
kalimat di atas kata Kepala Sekolah berkolokasi dengan siswa taman kanak-kanak
dan petugas kebersihan.
2. Lalu lintas macet total. Angkot,
sepeda motor, becak jalannya pelan sekali.
Pada
kalimat di atas kata angkot, sepeda motor, becak dalam wacana membentuk
kolokasi leksikal karena unsur-unsur itu semuanya termasuk dalam hal yang
memacetkan jalan.
3.
Akan lebih baik lagi jika di dalam poliklinik
kampus, ada juga dokter atau spesialis kesehatannya.
Sehingga, kalau ada mahasiswa yang sakit bisa ditangani dan tidak
perlu sampai ke rumah sakit.
B. Hiponim
Dalam semantik, hiponim adalah suatu kata atau frasa
yang maknanya tercakup dalam kata atau frasa lain yang lebih umum, yang disebut
hiperonim atau hipernim. Suatu hiponim adalah anggota kelompok dari
hiperonimnya dan beberapa hiponim yang memiliki hiperonim yang sama disebut
dengan kohiponim.
Contoh
hiperonim, hiponim serta kohiponim antara lain:
kucing,
serangga, dan merpati adalah hiponim dari hewan
hewan adalah hiperonim
dari kucing, serangga, dan merpati
serangga dan merpati
adalah kohiponim dari kucing sebagai hewan
Hubungan makna
hiponim-hiperonim dibedakan dengan hubungan makna meronim-holonim yang merupakan
hubungan antara bagian dengan kesatuan.
C.
Ekuivalensi
(Kesepadanan)
Ekuivalensi merupakan hubungan
kesepadanan antara satuan lingual tertentu dengan satuan lingual yang lain
dalam dalam sebuah paradigma.
Ekuivalensi
dalam wacana ini ditunjukkan dengan kata rapelan (paragraf 1 kalimat 4) dan
kata dirapel (paragraf 7 kalimat 2). Kata rapelan dan dirapel memiliki hubungan
kesepadanan karena berasal dari satuan lingual asal rapel Secara definisi,
ekuivalensi adalah makna yang memiliki kedekatan atau memiliki tingkatan
sebanding. Sementara, semantik adalah ilmu tentang makna kata dan kalimat atau
pengetahuan mengenai seluk beluk dan pergeseran makna. Jadi dapat disimpulkan,
ekuivalensi semantik adalah kajian semantik yang memiliki hubungan kedekatan ,
sebanding, dan kekerabatan.
Asumsi
awal mengenai ekuivalensi konseptual atau sinonimi dapat diperlihatkan secara
langsung melalui sistem penggambaran semantik. Perlu disusun kaidah khusus
untuk menjelaskan ekuivalensi semantik untuk penggambaran semantik. Kaidah ini
mungkin bersifat arbitrer yang diimprovisasi agar para ahli semantik dapat
terlepas dari problem analitis dalam hubungan semantik kekerabatan. Dalam
pembahasan ini disampaikan sejumlah kaidah implikasi dan kemudian memikirkan
apakah kaidah ini memberikan fakta untuk tingkat ‘semantik dalam’.
Kaidah
implikasi adalah kaidah yang menentukan bahwa untuk suatu formula semantik
tertentu, ada kemungkinan untuk menggantikan formula semantik yang lain. Dalam
kaidah ini teorinya adalah subtitusi dua arah (bi-direksional) dan oleh karena
itu dapat diformulasikan dengan ‘A < - > B’.
Kaidah
implikasi dibagi menjadi dua, yaitu: kaidah implikasi substantif dan kaidah
implikasi formal. Kaidah Implikasi Substantif adalah kaidah implikasi yang
menyebutkan ciri-ciri spesifik, sedangkan Kaidah Implikasi Formal adalah kaidah
implikasi yang tidak mengacu kepada ciri-ciri fisik, tetapi menyatakan
ekuivalensi dari struktur pohon semantic yang digeneralisasikan dengan yang
lain. Kaidah implikasi formal terbagi menjadi kaidah subordinasi dan kaidah
indentifikasi. Adapun kaidah implikasi formal yang lain, yaitu: kaidah
koreferensi dan kaidah
D.
Sinonim
Kohesi
sinonim adalah kohesi
leksikal yang berupa relasi makna leksikal yang mirip antara konstituen yang
satu dengan konstituen yang lain.
Ciri-ciri kata bersinonim seperti
berikut.
1) Kedua kata memiliki makna yang sama
atau hamper sama.
2) Kedua kata harus dapat saling
ditukarkan dalam konteks kalimat yang sama.
Contoh kata sinonim misalnya ;
kredit = mencicil, berdusta = berbohong, haus = dahaga, baju = pakaian, bunga =
kembang dan masih banyak lagi contoh lainnya.
Contoh:
Contoh:
Jumlah orang jawa perantauan ini
selalu cenderung naik. Sensus yang dilakukan inggris di tahun-tahun mereka
berkuasa menunjukan peningkatan itu.
Kalimat
tersebut terlihat bahwa kata naik dalam kalimat pertama memiliki makna yang
sama dengan penigkatan dalam kalimat kedua.
Sinonim dapat dibedakan menjadi tiga macam.yaitu :
1. Sinonim mutlak
Kata-kata
yang dapat bertukar tempat dalam konteks kebahasaan apa pun tanpa mengubah
makna struktural dan makna leksikal dalam rangkaian kata/frasa/klausa/kalimat.
Contoh:
o kosmetik = alat kecantikan
o laris = laku, larap
o leksikografi = perkamusan
o kucing = meong
o kosmetik = alat kecantikan
o laris = laku, larap
o leksikografi = perkamusan
o kucing = meong
2. Sinonim semirip
Kata-kata
yang dapat bertukar tempat dalam konteks kebahasaan tertentu tanpa mengubah
makna struktural dan leksikal dalam rangkaian kata/frasa/klausa/kalimat
tersebut saja. Contoh:
o melatis = menerobos
o lahiriah = jasmaniah
o melatis = menerobos
o lahiriah = jasmaniah
3. Sinonim selingkung
Kata-kata
yang dapat saling mengganti dalam satu konteks kebahasaan tertentu saja secara
struktural dan leksikal.
Contoh:
lemah = lemas
E.
Antonim
kohesi leksikal yang berupa relasi makna leksikal yang
bersifat kontras atau berlawanan antara konstituen yang satu dengan konstituen
yang lain.
Ciri-ciri antonim seperti berikut.
1)
Kedua
kata tidak dapat saling ditukarkan dalam konteks kalimat yang sama.
2)
Kedua
kata memiliki makna yang berlawanan.
Contoh:
Laki-laki lebih rasional, lebih
aktif, lebih agresif. Wanita sebaliknya:lebih emosional, lebih pasif, lebih
submisif. (Budiman 1981: 3).
Pada kalimat tersebut terdapat tiga
pasangan kata yang memiliki makna yang saling bertentangan, yaitu rasional
>< emosional, aktif ><pasif, dan agresif >< submisif.
Perhatikan kalimat-kalimat berikut!
1.
Udara di pegunungan sangat dingin.
2.
Pada siang hari cuaca sangat panas.
Kata-kata
yang bercetak tebal dalam kalimat tersebut merupakan kata berantonim. Antonim adalah kata-kata yang maknanya dianggap kebalikan atau
berlawanan. Antonim juga disebut lawan kata.
Antonim dapat dibedakan atas empat macam.
1.
Antonim mutlak
Antonim yang
mempertentangkan makna secara mutlak.
Contoh:
Ia
hidup di bumi. Ia pun mati dan dikubur di bumi.
2. Antonim
kutub
Antonim yang mempertentangkan makna kata secara gradasi atau
tingkatan antar makna kata.
Contoh:
Sewaktu
masih muda, ibu aktif bergabung
dalam kegiatan karang taruna.
Karena
sekarang sudah tua, ibu lebih sering
santai dirumah.
3.
Antonim hierarkial
Antonim antara makna kata yang memiliki tingkatan atau
jenjang.
Contoh:
Becak
hanya mampu membawa satu kuintal
beras, sedangkan truk itu mampu mengangkut tiga ton beras.
4. Antonim
majemuk
sebuah kata yang
memiliki antonim lebih dari satu.
Contoh:
Para
penonton berdiri di bawah panggung
pertujukan.
Para
tamu undangan duduk di tempat yang
telah disediakan.
Anto, seorang pelawak, melakukan
adegan berbaring di tempat tidur di
panggung
F. Repetisi atau Pengulangan
Repetisi
salah satu cara untuk mempertahankan konsesif atar kalimat.Hubungan ini di
bentuk dengan satu lingual.
Contoh
:
Berfilsafat
di dorong untuk mengetahui apa yang sudah kita tahu dan apa yang kita belum
tahu. Berfilsafat berarti berendah
hati bahwa tidak semuanya kita ketahui dalam semesta yang seakan tidak terbatas
ini.
Macam-macam
ulangan atau repetisi berdasarkan data pemakaian bahasa Indonesia seperti
berikut.
a) Ulangan Penuh
Ulangan
penuh berarti mengulang satu fungsi dalam kalimat secara penuh, tanpa
pengurangan dan perubahan bentuk.
Contoh:
Buah
Apel adalah salah satu buah yang sangat tidak diragukan kelezatan
rasanya.Buah Apel memiliki kandungan vitamin, mineral dan unsur lain
seperti serat, fitokimian, baron, tanin, asam tartar, dan lain sebagainya.
b) Ulangan dengan bentuk lain
Terjadi
apabila sebuah kata diulang dengan konstruksi atau bentuk kata lain yang masih
mempunyai bentuk dasar yang sama.
Contoh:
Pengetahuan
dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa ragu-ragu
dan fisafat dimulai dengan
kedua-duanya. Berfilsafat didorong untuk mengetahui apa yang telah
kita tahu dan apa yang belum kita tahu.
c) Ulangan dengan Penggantian
Pengulangan
dapat dilakukan dengan mengganti bentuk lain seperti dengan kata ganti.
Contoh:
Seorang yang
berfilsafat dapat diumpamakan seorang yang berpijak di bumi sedang tengadah ke
bintang-bintang. Dia ingin mengetahui hakikat dirinya.
d) Ulangan dengan hiponim
Contoh:
Bila musim kemarau tiba, tanaman di halaman rumah mulai mengering.
Bunga tidak
mekar seperti biasanya.
BAB III
PENUTUP
1. Simpulan
Koherensi
dan kohesi merupakan unsure wacana yang penting. Kedua unsur itu digunakan
untuk membangun teks yang baik. Wacana yang baik ditandai dengan adanya
hubungan semantic antar unsure bagian dalam wacana. Hubungan tersebut disebut
hubungan koherensi. Hubungan koherensi dapat diciptakan dengan menggunakan
hubungan kohesi. Hubungan kohesi dapat dilihat dengan penggunaan piranti
kohesi. Piranti kohesi ada bermacam-macam. Piranti kohesi gramatikal dan kohesi
leksikal.
2. Saran
Setelah
menguraikan makalah yang berjudul “Pengertian Kohesi leksikal” dapat
berguna bagi semua pihak. Tidak hanya berguna bagi kami selaku pembuat makalah
tetapi juga berguna bagi pembaca. Pembaca dapat mempergunakannya untuk menambah
wawasan dan pengetahuan.
DAFTAR
PUSTAKA
Mulyana, 2005. Kajian
Wacana. Yogyakarta: Tiara Wacana
Rani, Abdul. 2006. Analisis
Wacana: Sebuah Kajian Bahasa dalam Pemakaian. Malang: Bayumedia Publishing.
http://endhi-pujiana.blogspot.com/2012/09/pengertian-wacana-kohesi-dan-koherensi.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar