Minggu, 19 Oktober 2014

Nilko Andreas Guarin Tampil di Jakarta


Tugas ini di buat untuk memenuhi tugas akhir
Mata Kuliah “Jurnalistik”

 

Di Susun Oleh :
Nurul Farida
201221570010


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA & SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
2014





Nilko Andreas Guarin Tampil di Jakarta



Untuk pertama kalinya pemain gitar asal Kolombia, Nilko Andreas Guarin menginjakkan kakinya di Jakarta dan menyuguhkan permainan jemarinya kepada para pengunjung yang memenuhi Usmar Ismail Hall, Kuningan, Jakarta pada 3 Desember 2013 lalu. Kedatangannya ke Indonesia diboyong langsung oleh Universitas Pancasila yang bekerjasama dengan Kedutaan Besar Kolombia di Indonesia dalam rangka  mempererat hubungan kedua negara melalui budaya.  

Nama Nilko Andreas Guarin dikenal sebagai gitaris klasik yang telah menggelar konser hampir di lima belas negara di seluruh dunia. Bahkan ia pernah bermain di beberapa tempat yang sangat prestisius, seperti Carnegie Hall di New York, Wildthurn Castle di Jerman, Jay Priztker Pavilion di Chicago, Palacio Foz di Portugal, Shenzhen Symphony Hall di Cina serta diundang di Institut Spanyol Yang Mulia Ratu Sofia. 

Dalam kesempatan tersebut, Nilko Andreas Guarin banyak mepertunjukkan beberapa komposisi karya maestro musisi klasik yang cukup tersohor. Salah satu contohnya komposisi klasik "Capricho Arabe" dan "Recuerdos de la Alhambra" milik Francisco Tarrega yang konon kabarnya biasa dimainkan hampir semua gitaris klasik. Selain itu, ia juga memainkan beberapa komposisi tersohor lainnya seperti "5 Preludios" (Heitor Villa-Lobos), "Bambuco en mi Menor" (Adolfo Meija), "Suite Colombiana No.2" (Gentil Montana), "Astruias" (Issac Albenix), serta ditutup dengan "Tango in Ski" (Rolland Dyens). 

Para pengunjung yang terdiri dari para tamu undangan, termasuk para warga Kolombia yang tinggal di Jakarta cukup menikmati permainan dari gitaris klasik bertaraf nasional tersebut. Sayangnya, beberapa penampilan sang gitaris tidak bisa dinikmati dengan baik dikarenakan beberapa hal yang menganggu kenyamanan para penonton. Kurangnya peringatan yang tegas dari pihak penyelenggara terhadap peraturan standard yang biasa diterapkan di konser klasik kurang dipatuhi dengan baik. 

Dari raut wajahnya, sang gitaris merasa terganggu permainannya dengan beberapa penonton yang hilir-mudik, kilatan blitz dari handphone pengunjung, serta para penonton yang sibuk berbicara dengan pengunjung lainnya saat pertunjukkan sedang berlangsung. Sejatinya konser musik klasik bisa dinikmati dengan suasana yang khusu'. Bahkan pengunjung seharusnya tidak diperkenankan keluar masuk saat pertunjukkan sedang berlangsung demi kenyamanan konser tersebut.  




Tidak ada komentar:

Posting Komentar