Tugas
ini di buat untuk memenuhi tugas akhir
Mata
Kuliah “Jurnalistik”
Di
Susun Oleh :
Nurul
Farida
201221570010
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BAHASA & SASTRA INDONESIA
FAKULTAS
BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS
INDRAPRASTA PGRI
2014
Nilko
Andreas Guarin Tampil di Jakarta
Untuk pertama kalinya pemain gitar
asal Kolombia, Nilko Andreas Guarin menginjakkan kakinya di Jakarta dan
menyuguhkan permainan jemarinya kepada para pengunjung yang memenuhi Usmar
Ismail Hall, Kuningan, Jakarta pada 3 Desember 2013 lalu. Kedatangannya ke
Indonesia diboyong langsung oleh Universitas Pancasila yang bekerjasama dengan
Kedutaan Besar Kolombia di Indonesia dalam rangka mempererat hubungan kedua
negara melalui budaya.
Nama Nilko Andreas Guarin dikenal
sebagai gitaris klasik yang telah menggelar konser hampir di lima belas negara
di seluruh dunia. Bahkan ia pernah bermain di beberapa tempat yang sangat
prestisius, seperti Carnegie Hall di New York, Wildthurn Castle di Jerman, Jay
Priztker Pavilion di Chicago, Palacio Foz di Portugal, Shenzhen Symphony Hall
di Cina serta diundang di Institut Spanyol Yang Mulia Ratu Sofia.
Dalam kesempatan tersebut, Nilko
Andreas Guarin banyak mepertunjukkan beberapa komposisi karya maestro musisi
klasik yang cukup tersohor. Salah satu contohnya komposisi klasik
"Capricho Arabe" dan "Recuerdos de la Alhambra" milik
Francisco Tarrega yang konon kabarnya biasa dimainkan hampir semua gitaris
klasik. Selain itu, ia juga memainkan beberapa komposisi tersohor lainnya
seperti "5 Preludios" (Heitor Villa-Lobos), "Bambuco en mi
Menor" (Adolfo Meija), "Suite Colombiana No.2" (Gentil Montana),
"Astruias" (Issac Albenix), serta ditutup dengan "Tango in
Ski" (Rolland Dyens).
Para pengunjung yang terdiri dari
para tamu undangan, termasuk para warga Kolombia yang tinggal di Jakarta cukup
menikmati permainan dari gitaris klasik bertaraf nasional tersebut. Sayangnya,
beberapa penampilan sang gitaris tidak bisa dinikmati dengan baik dikarenakan
beberapa hal yang menganggu kenyamanan para penonton. Kurangnya peringatan yang
tegas dari pihak penyelenggara terhadap peraturan standard yang biasa
diterapkan di konser klasik kurang dipatuhi dengan baik.
Dari raut wajahnya, sang gitaris
merasa terganggu permainannya dengan beberapa penonton yang hilir-mudik,
kilatan blitz dari handphone pengunjung, serta para penonton yang sibuk
berbicara dengan pengunjung lainnya saat pertunjukkan sedang berlangsung.
Sejatinya konser musik klasik bisa dinikmati dengan suasana yang khusu'. Bahkan
pengunjung seharusnya tidak diperkenankan keluar masuk saat pertunjukkan sedang
berlangsung demi kenyamanan konser tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar