Senin, 25 Juli 2011

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN TERPADU

Prabowo (2000:3) mengatakan bahwa pembelajaran terpadu sebagai suatu proses mempunyai beberapa ciri yaitu : (1) berpusat pada siswa (student centered), (2) proses pembelajaran mengutamakan pemberian pengalaman langsung, serta (3) pemisahan antar bidang studi tidak terlihat jelas. Dari beberapa ciri pembelajaran terpadu di atas, menunjukkan bahwa model pembelajaran terpadu adalah sejalan dengan beberapa aliran pendidikan modern yaitu termasuk dalam aliran pendidikan progresivisme. Aliran pendidikan progresivisme memandang pendidikan yang mengutamakan penyelenggaraan pendidikan di sekolah berpusat pada anak (child-centered), sebagai reaksi terhadap pelaksanaan pendidikan yang masih berpusat pada guru dan pada bahan ajar. Tujuan utama sekolah adalah untuk meningkatkan kecerdasan praktis, serta untuk membuat anak lebih efektif dalam memecahkan berbagai problem yang disajikan dalam konteks pengalaman (experience) pada umumnya (William F. O’neill, 1981).


Tujuan pendidikan aliran progresivisme adalah melatih anak agar kelak dapat bekerja, bekerja secara sistematis, mencintai kerja, dan bekerja dengan otak dan hati. Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan seharusnya dapat mengembangkan sepenuhnya bakat dan minat setiap anak. Kurikulum pendidikan progresif adalah kurikulum yang mengakomodasi pengalaman-pengalaman (atau kegiatan) belajar yang diminati oleh setiap siswa (experience curriculum). Sedangkan metode pendidikan progresif lebih berupa penyediaan lingkungan dan fasilitas yang memungkinkan berlangsungnya proses belajar secara bebas pada setiap anak untuk mengembangkan bakat dan minatnya (Mudyaharjo, 2001).

Adapun model-model pembelajaran terpadu sebagaimana yang dikemukakan oleh Fogarty, R (1991 : 61– 65) yaitu sebanyak sepuluh model pembelajaran terpadu. Kesepuluh model pembelajaran terpadu tersebut adalah :
1) the fragmented model ( Model Fragmen )
2) the connected model ( Model Terhubung )
3) the nested model ( Model Tersarang )
4) the sequenced model ( Model Terurut )
5) the shared model ( Model Terbagi )
6) the webbed model ( Model Jaring Laba-Laba )
7) the threaded model ( Model Pasang Benang )
8) the integrated model ( Model Integrasi )
9) the immersed model ( Model Terbenam ), dan
10) the networked model ( Model Jaringan )

Dari kesepuluh model pembelajaran terpadu di atas dipilih tiga model pembelajaran yang dipandang layak dan sesuai untuk dapat dikembangkan dan mudah dilaksanakan di pendidikan dasar (Prabowo, 2000:7). Ketiga model pembelajaran terpadu yang dimaksud adalah model terhubung (connected), model jaring laba-laba (webbed), model keterpaduan (integrated ).

Berdasarkan karakteristik yang dimiliki oleh masing-masing model pembelajaran tersebut, maka model pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah model terhubung (the connected model), karena model terhubung ini penekanannya terletak pada perlu adanya integrasi inter bidang studi itu sendiri. Selain itu, Model terhubung ini juga secara nyata menghubungkan satu konsep dengan konsep lain, satu topik dengan topik lain, satu keterampilan dengan keterampilan lain, tugas yang dilakukan dalam satu hari dengan tugas yang dilakukan pada hari berikutnya, serta ide-ide yang dipelajari pada satu semester dengan semester berikutnya. Pemanfaatan penerapan model terhubung (connected) ini sangat relevan dengan konsep Cahaya (dalam fisika) dan konsep Sistem Indera pada manusia (dalam biologi), agar dapat terwujud pemampatan/ pengurangan waktu dalam pembelajaran pada konsep-konsep tersebut (Reduce Instructional Time). Hal ini terkait dengan upaya menghindari terjadinya penjejalan kurikulum dalam proses pembelajaran, sebagai akibat dari mengejar target kurikulum.

Beberapa kelebihan dari model terhubung (connected) adalah sebagai berikut : (1) dampak positif dari mengaitkan ide-ide dalam satu bidang studi adalah siswa memperoleh gambaran yang luas sebagaimana suatu bidang studi yang terfokus pada suatu aspek tertentu. (2) siswa dapat mengembangkan konsep-konsep kunci secara terus menerus, sehingga terjadilah proses internalisasi. (3) menghubungkan ide-ide dalam suatu bidang studi sangat memungkinkan bagi siswa untuk mengkaji, mengkonseptualisasi, memperbaiki, serta mengasimilasi ide-ide secara terus menerus sehingga memudahkan untuk terjadinya proses transfer ide-ide dalam memecahkan masalah.

Di samping mempunyai kelebihan, model terhubung ini juga mempunyai kekurangan sebagai berikut : (1) masih kelihatan terpisahnya antar bidang studi, (2) tidak mendorong guru untuk bekerja secara tim, sehingga isi dari pelajaran tetap saja terfokus tanpa merentangkan konsep-konsep serta ide-ide antar bidang studi, dan (3) dalam memadukan ide-ide dalam satu bidang studi, maka usaha untuk mengembangkan keterhubungan antar bidang studi menjadi terabaikan.

Sintaks (pola urutan) dari model pembelajaran terpadu tipe connected (terhubung) menurut Prabowo (2000:11 – 14) sebagai berikut :
1. Tahap Perencanaan :
1.1. menentukan tujuan pembelajaran umum
1.2. menentukan tujuan pembelajaran khusus

2. Langkah-langkah yang ditempuh oleh guru :
2.1. menyampaikan konsep pendukung yang harus dikuasai siswa.
(materi prasyarat)
2.2. menyampaikan konsep-konsep yang hendak dikuasai oleh siswa
2.3. menyampaikan keterampilan proses yang dapat dikembangkan
2.4. menyampaikan alat dan bahan yang akan digunakan / dibutuhkan
2.5. menyampaikan pertanyaan kunci

3. Tahap Pelaksanaan, meliputi :
3.1. pengelolaan kelas; dengan membagi kelas kedalam beberapa kelompok
3.2. kegiatan proses
3.3. kegiatan pencatatan data
3.4. diskusi secara klasikal

4. Evaluasi, meliputi :
4.1. evaluasi proses , berupa :
- ketepatan hasil pengamatan
- ketepatan dalam penyusunan alat dan bahan
- ketepatan siswa saat menganalisis data
4.2. evaluasi produk :
- penguasaan siswa terhadap konsep-konsep / materi sesuai dengan tujuan pembelajaran khusus yang telah ditetapkan.
4.3. evaluasi psikomotor :
- kemampuan penguasaan siswa terhadap penggunaan alat ukur.


Tujuan Pembelajaran
Posted by dirgahayu on September 8th, 2008
Seri Mengajar dan Pembelajaran di Pendidikan Tinggi (2)
Salah satu syarat keberhasilan proses pembelajaran adalah kejelasan tujuan. Tujuan yang jelas membantu pengajar dalam
• berkomunikasi dengan diri sendiri, dengan rekan pengajar, dan -yang paling penting- dengan para pelajar,
• menetapkan materi bahasan dan urutan penyampaiannya,
• menentukan media dan kegiatan yang paling tepat dalam pembelajaran,
• menetapkan cara evaluasi keberhasilan proses pembelajaran dan juga efektifitas pengajaran.
Ada beberapa macam tujuan pembelajaran. Dalam konteks pengajaran, tujuan-tujuan yang paling penting adalah tujuan keseluruhan pendidikan, tujuan suatu matakuliah, dan tujuan suatu tatapmuka. Tujuan keseluruhan pendidikan bersifat umum, sedangkan tujuan tatapmuka lebih khusus. Serangkaian tatapmuka membentuk satu matakuliah, maka tujuan tiap tatapmuka harus berperan dalam mencapai tujuan matakuliah. Demikian juga, serangkaian matakuliah membentuk keseluruhan pendidikan, maka tujuan tiap matakuliah harus berperan dalam mencapai tujuan keseluruhan pendidikan.
Taruh kata seorang pengajar telah mengetahui tujuan matakuliah yang harus ia ajarkan. Ia harus menentukan tujuan yang harus dicapai di tiap tatapmuka. Satu tujuan matakuliah mungkin bisa dicapai dalam satu tatapmuka, sedangkan tujuan yang lain mungkin memerlukan beberapa kali tatapmuka.
Dua pertanyaan yang bisa membantu pengajar menetapkan tujuan tatapmuka adalah:
• Tujuan matakuliah mana yang ingin dicapai dalam tatapmuka ini?
• Pada (aspek) tujuan matakuliah mana pelajar harus ditingkatkan kemampuannya dalam tatapmuka ini?
Dalam menentukan tujuan, ada dua macam pendekatan yang bisa dipakai.
Satu, tujuan berorientasi kebutuhan.
Pengajar terlebih dulu mempelajari kebutuhan pekerjaan di masa depan: Pekerjaan apa yang akan dilakukan oleh pelajar di masa depan? Prosedur apa yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan tersebut? Dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, pengajar dapat menentukan prosedur yang harus diajarkan dan pengetahuan yang diperlukan untuk menjalankan prosedur tersebut secara benar. Tujuan matakuliah dan tujuan tiap tatapmuka diturunkan dari kebutuhan-kebutuhan ini.
Dua, tujuan berorientasi isi.
Pengajar mempunyai gagasan tentang isi matakuliah dan kemungkinan pemanfaatannya. Berdasarkan gagasan itu, pengajar menentukan tujuan matakuliah dan tujuan tiap tatapmuka. Pada pendekatan ini, kebutuhan masa depan bisa terabaikan karena (i) matakuliah tidak mencakup pengetahuan dan kemampuan yang diperlukan di masa depan, (ii) matakuliah malah mengajarkan bahasan yang tak diperlukan, atau (iii) pengajar jadi tidak fokus pada penerapan pengetahuan.
Akan tetapi, pendekatan ini masih bisa dipakai jika
• tujuan matakuliah cocok dengan pekerjaan di masa depan,
• isi matakuliah berfokus pada penggunaan pengetahuan, bukan pada pengetahuan itu sendiri.
Di tingkat PT, kemampuan yang dikembangkan adalah kemampuan kognitif atau kemampuan membuktikan pernyataan. Dalam mengembangkan kemampuan kognitif, ada enam level tujuan yang bisa diraih.
1. mengetahui: mampu menyampaikan ulang pengetahuan seperti yang diajarkan.
2. memahami: mampu menyampaikan pengetahuan dengan cara sendiri.
3. menerapkan: mampu menerapkan pengetahuan dalam situasi yang tepat.
4. menelaah: mampu memecah masalah rumit menjadi masalah-masalah penyusunnya yang lebih sederhana.
5. menyusun: mampu menggabungkan bagian-bagian menjadi suatu kesatuan dengan struktur atau pola baru.
6. menilai: mampu memberikan penilaian yang masuk akal atas suatu pernyataan.
Dua level tujuan pertama (mengetahui dan memahami) bisa diraih pada tahap orientasi dalam proses pembelajaran. Level-level tujuan yang lain diraih pada tahap aplikasi dan evaluasi.
Suatu tujuan semestinya dirumuskan dalam pernyataan yang terukur. Untuk itu, tujuan harus mengandung:
• kata kerja aktif yang menyatakan suatu perilaku,
• bahasan yang dirujuk,
• kondisi (misal: topik, waktu, buku), dan
• hasil minimal.
Contoh: Di akhir tatapmuka, pelajar bisa menyebutkan empat metode kriptografi yang bisa digunakan untuk mendeteksi keutuhan pesan.
• perilaku: menyebutkan
• bahasan: metode kriptografi
• kondisi: pendeteksian keutuhan pesan
• hasil minimal: empat metode.
Acuan primer
Rowntree, D. Teaching through Self-instruction, Kogan Page, New York, USA, 1986.
Terlouw, C. De Fundes-procedure voor het ontwikkelen van onderwijs, University of Twente, The Netherlands, 1989.
Kallenberg, A.J., van der Grijspaarde, L., ter Brake, A., van Horzen, C.J. Leren (en) doceren in het hoger onderwijs, Lemma, Utrecht, The Netherlands, 2005.

Prinsip-prinsip metode pembelajaran
Posted by: marinipiscesgirls on: Januari 5, 2009
• In: Uncategorized
• Comment!
Prinsip-prinsip kegiatan belajar-mengajar
Panduan prinsip-prinsip pembelajaran efektif
Pembelajaran efektif berkaitan langsung dengan keberhasilan pencapaian pengalaman belajar
Pembelajaran efektif menguatkan praktek dalam tindakan
Pembelajaran efektif mengintegrasikan komponen-komponen kurikulum inti
Pembelajaran efektif bersifat dinamis dan dapat membangkitkan kegairahan
Pembelajaran efektif merupakan perpaduan antara seni dan ilmu tentang pengajaran
Pembelajaran efektif membutuhkan pemahaman komprehensif tentang siklus pembelajaran
Pembelajaran efektif dapat menemukan ekspresi terbaiknya ketika guru berkolaborasi untuk mengembangkan, mengimplementasikan, dan menemukan bentuk praktek mengajar yang profesional
GURU, PESERTA DIDIK, DAN PEMBELAJARAN
Peran Guru :
• memperhatikan dan bersikap positif;
• mempersiapkan baik isi materi pelajaran maupun praktek pembelajarannya;
• memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap siswanya;
• memiliki sensitivitas dan sadar akan adanya hubungan antara guru, siswa, serta tugas masing-masing;
• konsisten dan memberikan umpan balik positif kepada siswa.
Peran Siswa :
• tertarik pada topik yang sedang dibahas;
• dapat melihat relevansi topik yang sedang dibahas;
• merasa aman dalam lingkungan sekolah;
• terlibat dalam pengambilan keputusan belajarnya;
• memiliki motivasi;
• melihat hubungan antara pendekatan pembelajaran yang digunakan dengan pengalaman belajar yang akan dicapai.
Tugas pembelajaran :
• spesifik dan dapat dikelola dengan baik
• kemampuan yang dapat dicapai dan menarik bagi siswa
• secara aktif melibatkan siswa
• bersifat menantang dan relevan bagi kebutuhan siswa
Variabel-variabel dalam memilih bentuk pembelajaran
Sejumlah variabel sebaiknya dijadikan pertimbangan ketika guru menyeleksi model pembelajaran, strategi, dan metode-metode yang akan digunakan. Variabel-variabel tersebut di antaranya :
• hasil dan pengalaman belajar siswa yang diinginkan;
• urutan pembelajaran (sequence) yang selaras : deduktif atau induktif;
• tingkat pilihan dan tanggung jawab siswa (degree);
• pola interaksi yang memungkinkan;
• keterbatasan praktek pembelajaran yang ada.

Apresiasi Sastra

2.1 Definisi Apresiasi Sastra
Istilah apresiasi berasal dari bahasa Inggris "apresiation" yang berarti penghargaan, penilaian, pengertian. Bentuk itu berasal dari kata kerja " ti appreciate" yang berarti menghargai, menilai, mengerti dalam bahasa indonesia menjadi mengapresiasi. Dengan demikian, yang dimaksud dengan apresiasi sastra adalah penghargaan, penilaian, dan pengertian terhadap karya sastra, baik yang berbentuk puisi maupun prosa atau suatu kegiatan menggauli sastra dengan sungguh-sungguh hingga tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap cipta sastra.
Untuk pengertian sastra anak, yaitu :
(1) Sastra anak-anak adalah sastra yang ditulis oleh pengarang yang usianya remaja atau dewasa isi dan bahasanya mencerminkan corak kehidupan dan kepribadian anak.
(2) Sastra anak-anak adalah sastra yang ditulis oleh pengarang yang usianya masih tergolong anak-anak yang isi dan bahasanya mencerminkan corak kehidupan dan kepribadian anak.
Dengan demikian, sastra anak-anak dapat dikatakan bahwa suatu karya sastra yang bahasa dan isinya sesuai perkembangan usia dan kehidupan anak, baik ditulis oleh pengarang yang sudah dewasa, remaja atau oleh anak-anak itu sendiri. Karya sastra yang dimaksud bukan hanya yang berbentuk puisi dan prosa, melainkan juga bentuk drama.

2.2 Jenis Apresiasi Sastra
Jenis sastra (anak-anak) terdiri atas:
(1) Puisi
Secara etimologi istilah puisi berasal dari bahasa Yunani “poeima” = membuat atau “poeisis” = pembuatan. Sedangkan dalam bahasa Inggris disebut “poem” atau “poetry”.
Merupakan pengungkapan gagasan dan perasaan dalam bentuk rangkaian bait. Apresiasi puisi dapat dilakukan dengan memadukannya dengan empat aspek keterampilan berbahasa, yakni: mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.
Apresiasi puisi yang berkaitan dengan tujuan tersebut dapat dilakukan dengan cara membaca, mendeklamasikan, menciptakan puisi, dan mendiskusikan tema, keindahan bahasa, serta hal-hal yang menarik dari puisi tersebut.
Seperti bentuk karya sastra lain, puisi mempunyai ciri-ciri khusus. Pada umumnya penyair mengungkapkan gagasan dalam kalimat yang relatif pendek-pendek serta padat, ditulis berderet-deret ke bawah (dalam bentuk bait-bait), dan tidak jarang menggunakan kata-kata/kalimat yang bersifat konotatif.
Struktur dan ragam puisi sebagai karya cipta kreatif jika dilihat dari ciri-cirinya terus mengalami perubahan zaman. Misal di masa lampau, penciptaan puisi harus memenuhi ketentuan jumlah baris, ketentuan rima dan persyaratan lain (Wirjosoedarmo:karangan terikat). Definisi tersebut tentu saja tidak tepat lagi untuk masa sekarang karena saat ini penyair sudah lebih bebas dan tidak harus tunduk pada persyaratan-persyaratan tertentu.
Menurut zaman puisi dibagi dalam dua kategori :
1. Puisi Lama, dengan ciri-ciri :
a. Merupakan puisi rakyat yang tak dikenal nama pengarangnya
b. Disampaikan lewat mulut ke mulut, jadi merupakan sastra lisan
c. Sangat terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata maupun rima
Yang termasuk puisi lama adalah :
a. Mantra, adalah ucapan-ucapan yang dianggap memiliki kekuatan gaib.
Assalammu’alaikum putri satulung besar
Yang beralun berilir simayang
Mari kecil, kemari
Aku menyanggul rambutmu
Aku membawa sadap gading
Akan membasuh mukamu

b. Pantun, adalah puisi yang bercirikan bersajak a-b-a-b, tiap bait 4 baris, tiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, 2 baris awal sebagai sampiran, 2 baris berikutnya sebagai isi. Pembagian pantun menurut isinya terdiri dari pantun anak, muda-mudi, agama/nasihat, teka-teki, jenaka.
Contoh pantun :
a). Jalan-jalan ke kota Blitar b. Membawa peti dari malaka
jangan lupa beli sukun Berisi pakaian si anak raja
Jika kamu ingin pintar Kalau hati sudah merasa suka
belajarlah dengan tekun Semua keadaan indah di mata

c. Karmina, adalah pantun kilat seperti pantun tetapi pendek.
d. Seloka, adalah pantun berkait.
e. Gurindam, adalah puisi yang berdirikan tiap bait 2 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat.
 Kurang pikir kurang siasat (a)  Barang siapa tinggalkan sembahyang (b)
Tentu dirimu akan tersesat (a) Bagai rumah tiada bertiang (b)
f. Syair, adalah puisi yang bersumber dari Arab dengan ciri tiap bait 4 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat atau cerita.
Bila dua orang wanita berbicara
mereka tidak mengatakan apa-apa
tetapi jika seorang saja yang berbicara
dia akan membuka semua tabir kehidupannya

g. Talibun, adalah pantun genap yang tiap bait terdiri dari 6, 8, ataupun 10 baris.
2. Puisi Baru dengan ciri-ciri :
a. bentuknya lebih bebas daripada puisi lama, baik dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun rima

Menurut isinya, puisi baru dibedakan atas:
a. Balada, adalah puisi berisi kisah/cerita.
b. Himne, adalah puisi pujaan untuk Tuhan, tanah air, atau pahlawan.
c. Ode, adalah puisi sanjungan untuk orang yang berjasa.
d. Epigram, adalah puisi yang berisi tuntunan/ajaran hidup.
e. Romance, adalah puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih.
f. Elegi, adalah puisi yang berisi ratap tangis/kesedihan.
g. Satire, adalah puisi yang berisi sindiran/kritik
Contoh puisi moderen
biduk di langit masih kering tertawa
melihat aku yang tetap bercumbu dengan khayal
menari kata dalam balutan puisi
membingkaikan rasa dalam bait
puisi adalah aku
aku bercinta dengan kata
dan merangkai menjadi satu kenangan indah
dekapan kalimat panjang membuai mesra diriku
kutemukan ada detak lemah setia

(2) Prosa
Prosa ialah karya sastra yang berbentuk cerita yang bebas, tidak terikat oleh rima (bunyi yang berselang/berulang di dalam/akhir larik), irama, dan kemerduan bunyi (meliputi euphony/mengambarkan keriangan, cacophony/bernuansa ketertekanan batin, kebekuan dan kesedihan, onomatope/sugesti suara yang sebenarnya). Prosa juga pemaparan pemikiran dan perasaan melalui bentuk paragraf demi paragraf.
(3) Drama
Merupakan pengemukaan gagasan dan perasan melalui bentuk dialog antara berbagai tokoh. Drama adalah salah satu genre sastra yang berada pada dua dunia seni, yaitu seni sastra dan seni pertunjukan atau teater. Orang yang melihat drama sebagai seni sastra menunjukkan perhatiannya pada seni tulis teks drama yang dinamakan juga dengan seni lakon. Teknik penulisan teks drama berbeda dengan teknik penulisan puisi atau prosa. Orang yang menganggap drama sebagai seni pertunjukan (teater) fokus perhatiannya ditujukan pada pertunjukannya atau pementasannya, tidak semata pada teksnya saja.
Drama anak merupakan suatu bentuk drama yang diperankan/ tokoh pelakunya adalah anak-anak. Misalnya: opera anak (trans7), ketoprak anak, dll.



2.3 Metode Apresiasi Sastra
Metode apresiasi sastra terbagi dalam dua kategori :
1. Apresiasi secara langsung : membaca atau menikmati cipta sastra berupa teks maupun performansi secara langsung.
2. Apresiasi secara secara tidak langsung : dapat dilakukan semisal mempelajari teori sastra, membaca artikel yang berkaitan dengan kesastraan, memberikan penilaian, dan mempelajari sejarah tentang sastra.
3. Apresiasi secara dokumentatif : Termasuk dalam kegiatan ini antara lain upaya mengumpulkan atau mengadakan koleksi tentang hasil-hasil karya sastrawan, mengumpulkan buku, artikel, atau pembahasan tentang sastra, khususnya prosa
4. Apresiasi secara kreatif : Termasuk dalam kegiatan ini adalah melakukan upaya penciptaan prosa itu sendiri atau menulis tentang prosa.


2.4 Tahapan Apresiasi Sastra
Adapun tahapan dalam apresiasi sastra, adalah :
1. Tingkat menggemari, yang ditandai oleh adanya rasa tertarik kepada buku-buku sastra serta keinginan membacanya dengan sungguh-sungguh, anak melakukan kegiatan kliping sastra secara rapi, atau membuat koleksi pustaka mini tentang karya sastra dari berbagai bentuk.
2. Tingkat menikmati, yaitu mulai dapat menikmati cipta sastra karena mulai tumbuh pengertian, anak dapat merasakan nilai estetis saat membaca puisi anak-anak, atau mendengarakan deklamasi puisi/prosa anak-anak, atau menonton drama anak-anak.
3. Tingkat mereaksi, yaitu mulai ada keinginan utuk menyatakan pendapat tentang cipta sastra yang dinikmati misalnya menulis sebuah resensi, atau berdebat dalam suatu diskusi sastra secara sederhana. Dalam tingkat ini juga termasuk keinginan untuk berpartisipasi dalam berbagai kegiatan sastra.
4. Tingkat produktif, yaitu mulai ikut menghasilkan ciptasastra di berbagai media masa seperti koran, majalah atau majalah dinding sekolah yang tersedia, baik dalam bentuk puisi, prosa atau drama (Wardani 1981)
5. Tingkat penikmatan, misalnya menikmati pembacaan/deklamasi puisi,menonton drama, mendengarkan cerita.
6. Tingkat penghargaan, misalnya memetik pesan positif dalam cerita, mengagumi suatu karya sastra, meresapkan nilai-nilai humanistik dalam jiwa; menghayati amanat yang terkandung dalam puisi yang dibacanya atau yang dideklamasikan.
7. Tingkat pemahaman, misalnya mengemukakan berbagai pesan-pesan yang terkandung dalam karya sastra setelah menelaah atau menganalisis unsur instrinsik-ekstrinsiknya, baik karya puisi, prosa maupun drama anak-anak.
8. Tingkat penghayatan, misalnya melakukan kegiatan mengubah bentuk karya sastra tertentu ke dalam bentuk karya lainnya (parafrase), misalnya mengubah puisi ke dalam bentuk prosa, mengubah prosa ke dalam bentuk drama, menafsirkan menemukan hakikat isi karya sastra dan argumentasinya secara tepat.
9. Tingkat implikasi, misalnya mengamalkan isi sastra, mendayagunakan hasil apresiasi sastra untuk kepentingan peningkatan harkat kehidupan (Suparman dalam Tarigan 2000)

2.5 Tujuan dan Manfaat Apresiasi Sastra
Manfaat apresiasi sastra, diantaranya :
1. melatih keempat keterampilan berbahasa, yakni mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis
2. menambah pengetahuan tentang pengalaman hidup manusia seperti adat istiadat, agama, kebudayaan, dsb,
3. membantu mengembangkan pribadi,
4. membantu pembentukan watak,
5. memberi kenyamanan,
6. meluaskan dimensi kehidupan dengan pengalaman baru (Wardani 1981)
Selain itu, manfaat lain dari apresiasi sastra, diantaranya :
1. Nilai personal
memberi kesenangan, mengembangkan imajinasi, memberi pengalaman yang dapat terhayati, mengembangkan pandangan ke arah persoalan kemanusiaan, menyajikan pengalaman yang bersifat emosional;
2. Nilai pendidikan
Membantu perkembangan bahasa, meningkatkan kelancaran-kemahiran membaca, meningkatkan keterampilan menulis, mengembangkan kepekaan terhadap sastra (Huck 1987)
Pembelajaran Sastra dimaksudkan Untuk meningkatkan kemampuan siswa mengapresiasikan karya sastra. Menurut Huck (1987 : 630-623) bahwa pembelajaran sastra harus irri pengalaman pada siswa yang akan berkontribusi pada 4 tujuan, yakni :
1. Pencarian kesenangan Pada buku
2. Menginterprestasikan bacaan sastra
3. Mengembangkan kesadaran bersastra
4. Mengembangkan apresiasi




2.6 Unsur-unsur Apresiasi Sastra
Squire dan Taba berkesimpulan bahwa sebagai suatu proses, apresiasi melibatkan tiga ciri inti, yaitu:
1. Aspek kognitif sejalan pengertian, pengertian berkaitan dengan pemahaman tentang teori-teori dasar sastra, seperti pengertian puisi, unsur-unsur instrinsik prosa, dan lain-lain.
2. Aspek emotif sejalan dengan kepekaan perasaan, kepekaan perasaan berkaitan dengan kemampuan menikmati dan menampilkan nilai-nilai keindahan yang terkandung dalam karya sastra, seperti rasa senang tidak senang, berkenaan dengan cerita dan tokoh, perasaan terharu dan gembira berkenaan dengan nasib tokoh, perasaan takut, kecewa, dan kagum berkenaan dengan gambaran peristiwa dalam cerita yang tergambar pada ekspresi wajah, gestur tubuh dan atau intonasi pada saat pembacaan karya sastra tertentu.
3. Aspek evaluatif berkaitan dengan kepekaan pikiran kritis dan penghargaan yang positif :
a. Penghargaan berkaitan dengan sikap pandang positif terhadap sastra bahwa sastra memiliki nilai-nilai positif yang bermanfaat bagi penjernihan batin, peningkatan harkat kehidupan individual-sosial.
b. Kepekaan pikiran kritis berkaitan dengan kemampuan memahami dan mengungkapkan sinstesis tentang makna atau nilai-nilai yang dikandung suatu karya sastra setelah mengadakan analisis yang teliti, saksama dan menyeluruh.
Apresiasi sastra anak-anak merupakan serangkaian kegiatan bermain dengan sastra sehingga tumbuh pemahaman, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, kepekaan perasaan yang baik bagi anak terhadap karya sastra anak-anak.

2.7 Ciri-ciri Apresiasi Sastra
Ciri pembelajaran apresiasi satra (anak) diantaranya :
1. Ciri keterbacaan, meliputi :
a. Bahasa yang digunakan dapat dipahami anak, artinya kosa kata yang digunakan dikenal oleh anak, susunan kalimatnya sederhana sehingga dapat dipahami oleh anak
b. Pesan yang dikandung puisi dapat dibaca dan dipahami anak karena tidak bersifat diapan (tersembunyi) melainkan bersifat transparan atau eksplisit.
2. Ciri kesesuaian
a. Kesesuaian dengan kelompok usia anak, pada usia anak sekolah dasar menyukai puisi yang membicarakan kehidupan sehari-hari , petualangan, kehidupan keluarga yang nyata.
b. Kesesuaian dengan lingkungan sekitar tempat anak berada. Artinya, anak yang berada di lingkungan sekitar pantai akan bersemangat jika puisi yang diberikan untuk dipelajari adalah puisi yang berbicara tentang pantai. Atau pada musim kemarau, puisi yang diajadikan irri ajar adalah puisi yang berbicara tentang kemarau
Adapun cirri-ciri apresiasi sastra sesuai dengan jenisnya yaitu:
1. Puisi
a. isi sajak harus merupakan pengalaman dari dunia anak sesuai umur dan taraf perkembangan jiwa anak,
b. sajak itu memiliki daya tarik terhadap anak,
c. sajak itu harus memiliki keindahan lahiriah bahasa, misalnya irama yang hidup, tekanan kata yang nyata, permainan bunyi, dan lain-lain,
d. perbendaharaan kata yang sesuai dengan dunia anak.
2. Prosa
a. Bahasa yang digunakan haruslah sesuai dengan tingkat perkembangan bahasa anak.
b. Isi ceritanya haruslah sesuai dengan tingkat usia
c. latarnya dikenal anak, alurnya berbentuk maju dan tunggal, penokohannya dari kalangan anak dengan jumlah sekitar 3-4 orang, temanya tentang kehidupan sehari-hari, petualangan, olahraga, dan keluarga


3. Drama
Drama anak-anak tidak jauh beda dengan cerita anak-anak, baik dari segi bahasanya, tema, pesannya. Yang berbeda adalah dari segi dialog yang sederhana dan jumlah adegan yang tidak terlalu panjang dan berbelit.


2.8 Prinsip-prinsip Apresiasi Sastra
Pembelajaran apresiasi sastra meliputi pembelajaran apresiasi puisi, prosa, dan drama. Ada beberapa prinsip dalam pelaksanaan pembelajaran apresiasi sastra. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut :
1. Pembelajaran sastra berfungsi untuk meningkatkan kepekaan rasa pada budaya bangsa.
2. Pembelajaran sastra memberikan kepuasan batin dan pengayaan daya estetis melalui bahasa.
3. Pembelajaran apresiasi sastra bukan pelajaran sejarah, aliran, dan teori sastra.
4. Pembelajaran apresiasi sastra adalah pembelajaran untuk memahami nilai kemanusiaan di dalam karya yang dapat dikaitkan dengan nilai kemanusiaan di dalam dunia nyata.

2.9 Penilaian Apresiasi Sastra
Standar kompetensi yang harus dicapai melalui pembelajaran Bahasa Indonesia adalah meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomununikasi dalam Bahasa Indonesia, baik secara lisan maupun tulisan serta menimbulkan penghargaan terhadap hasil cipta manusia Indonesia. Standar kompetensi tersebut dimaksudkan agar peserta didik siap mengakses situasi multi global lokal yang berorientasi pada keterbukaan dan kemasa depanan. Untuk itu, maka guru harus dapat membantu mereka membangun berbagai strategi komunikasi yang membuat mereka dapat menghadapi situasi kritis yang akan mereka hadapi.

Begitu pentingnya kemampuan berbahasa, sehingga masalah kemampuan berbahasa khususnya kemampuan baca-tulis atau literasi (melek huruf) menurut Azies dan Alwasilah (1997: 12) dan Akhadiah (1992: 18) di seluruh dunia masalah literasi atau melek huruf (membaca dan menulis) ini merupakan persoalan manusiawi sepenting dan semendasar persoalan pangan dan papan. Untuk itu, maka menurut Gani (1995: 1) proses pendidikan bahasa sejak di sekolah dasar harus mampu mewujudkan lulusan yang melek huruf dalam arti yang lebih luas yaitu melek teknologi dan melek pikir yang keseluruhannya juga mengarah pada melek kebudayaan.
Untuk mengukur keberhasilan pembelajaran ini, terdapat model-model penilaian pembelajaran keterampilan berbahasa baik lisan maupun tulis. Menurut Sugito (Santosa, 2003) penilaian pembelajaran keterampilan berbahasa lisan, meliputi penilaian menyimak dan berbicara, sementara penilaian keterampilan berbahasa tulis meliputi penilaian keterampilan membaca dan menulis. Sementara menurut Soegito (Santosa, 2003) dan menurut Oller ( Rofi’uddin, 1999) jenis-jenis tes yang dapat digunakan untuk menilai kemamampuan berbahasa banyak ragamnya, seperti jenis tes untuk penilaian pembelajaran menyimak, di antaranya tes respons terbatas, tes respons pilihan ganda, tes komunikasi luas, dan dikte. Sementara dalam penilaian kemampuan berbicara terdapat jenis tes, yaitu tes respon terbatas, tes terpadu, dan tes wawancara, tes kemampuan berbicara berdasarkan gambar, bercerita, diskusi, dan tes ujaran terstruktur, seperti mengatakan kembali, membaca kutipan, mengubah kalimat, dan membuat kalimat.
Penilaian Berbasis Kelas (PBK) merupakan penilaian yang dilaksanakan terpadu dengan kegiatan belajar mengajar di kelas (berbasis kelas) melalui pengumpulan kerja peserta didik (portfolio), hasil karya (produk), penugasan (proyek), kinerja (performance), dan tertulis (paper and pen).

PBK yang dilakukan guru secara terpadu dengan kegiatan pembelajaran berguna untuk :
(a) umpan balik bagi peserta didik dalam mengetahui kemampuan dan kekurangannya sehingga menimbulkan motivasi untuk memperbaiki hasil belajarnya;
(b) memantau kemajuan dan mendiagnosis kemampuan belajar peserta didik sehingga memungkinkan dilakukannya pengayaan dan remediasi untuk memenuhi kebutuhan peserta didik sesuai dengan kemajuan dan kemampuannya;
(c) memberikan masukan bagi guru untuk memperbaiki program pembelajarannya di kelas;
(d) memungkinkan peserta didik mencapai kompetensi yang telah ditentukan walaupun dengan kecepatan belajar yang berbeda-beda;
(e) memberikan informasi yang lebih komunikatif kepada masyarakat tentang efektivitas pendidikan sehingga mereka dapat meningkatkan partisipasinya di bidang pendidikan.

KURIKULUM

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kurikulum mengandung arti sebuah perangkat mata pelajaran yang diajarkan pada lembaga pendidikan; perangkat mata kuliah mengenai bidang keahlian khusus. Keahlian khusus yang dimaksud adalah bidang keguruan yang merupakan kajian kita.

Berdasarkan UU No.20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional), pemerintah melalui Departemen Pendidikan Nasional menyatakan bahwa:
“Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.”
Untuk lebih memahami makna ‘kurikulum’ secara mudah dan sederhana, berikut ini adalah beberapa definisi atau pengertian yang terkait dengan makna dari kata “kurikulum”:
• Suatu pedoman atau panduan yang dipergunakan dalam menyelenggarakan pembelajaran
• Suatu panduan atau acuan yang mengatur tentang isi dan proses penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar pada suatu lembaga pendidikan
• Proses/aturan kegiatan belajar mengajar di sekolah
• Standar yang harus dicapai dalam melaksanakan kegiatan pendidikan
• Seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. (UU No. 20 tahun 2003)
Secara sederhana, kurikulum merupakan pengalaman belajar yang akan dilalui dan dilakukan peserta didik. Dalam perspektif yang lebih luas, kurikulum merupakan seperangkat rencana (panduan) yang memberikan penjelasan atau pengaturan tentang isi pendidikan dan proses pendidikan yang akan dijalankan.
Kurikulum memberikan gambaran tentang isi pendidikan (tujuan, materi dan sasaran subjek didik) yang harus diperoleh, diterima dan diolah peserta didik pada suatu tingkatan pendidikan sekolah tertentu. Isi pendidikan yang ditetapkan mungkin telah diperhitung atau ditaksir berdasarkan berbagai pertimbangan seperti kajian lintas referensi, pertimbangan ahli (ahli kurikulum, ahli bidang studi atau ahli yang sesuai), kajian perkembangan peserta didik, hasil penelitian kemampuan peserta didik dalam menguasai bidang studi tertentu. Intinya, kurikulum dari aspek isi pendidikan (bahasa KTSPnya: standar isi) adalah kurikulum yang diperkirakan atau kurikulum yang diestimasikan (Estimate Curriculum). Mungkin saja isi pendidikan dalam suatu kurikulum tingkatan sekolah tertentu menjadi under estimate curriculum atau mungkin malah menjadi over estimate curriculum.
Kurikulum under estimate adalah kurikulum yang perkiraan isinya dibawah kemampuan atau perkembangan peserta didik pada suatu tingkatan usia atau tingkatan sekolah tertentu sehingga dapat dipastikan standar minimal isi kurikulum ini tentunya akan sangat mudah dilampaui oleh peserta didik, sedangkan kurikulum yang over estimate adalah kurikulum yang perkiraan isinya diatas kemampuan atau perkembangan peserta didik pada suatu tingkatan pendidikan sekolah tertentu sehingga standar isi kurikulum tersebut akan menjadi pengalaman yang sulit dilampaui oleh peserta didik.
Kurikulum under estimate akan melahirkan suatu proses pendidikan yang tidak memacu atau mengoptimalisasi perkembangan peserta didik. Namun sebaliknya, kurikulum yang over estimate akan mengakibatkan frustasi dan kecemasan pada peserta didik dalam setiap proses pendidikan. Oleh karena itu, estimasi kurikulum (khususnya standar isi pendidikan) harus disusun, dirancang dan ditetapkan dengan mempertimbangkan berbagai aspek terkait dengan peserta didik seperti tingkat perkembangan, kemampuan rata-rata yang dicapai dalam menguasai bidang tertentu dan berbagai pertimbangan bijaksana lainnya.
Aspek lain yang juga diatur dalam kurikulum adalah proses pelaksanaaan atau penyelenggaraan pendidikan. Untuk mencapai atau merealisasikan pencapaian isi pendidikan oleh peserta didik maka pendidik harus mampu menciptakan suatu proses pendidikan yang tidak hanya sesuai dengan isi pendidikan yang akan digali atau dibahas melainkan juga harus sesuai dengan kebutuhan, minat, kemampuan dan berbagai karakteristik peserta didik itu sendiri sebagai penerima, pengolah dan penelaah isi pendidikan. Kurikulum dimata pemerintah:
1. Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
2. Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik. Pengembang-an kurikulum secara berdiversifikasi dimaksudkan untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan pada satuan pendidikan dengan kondisi dan kekhasan potensi yang ada di daerah.
3. Kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan:
a. peningkatan iman dan takwa;
b. peningkatan akhlak mulia;
c. peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik;
d. keragaman potensi daerah dan lingkungan;
e. tuntutan pembangunan daerah dan nasional;
f. tuntutan dunia kerja;
g. perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;
h. agama;
i. dinamika perkembangan global; dan
j. persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.

Cara Buat Anak Cinta Belajar

Penulis : Ikarowina Tarigan

Ketika Rabbi Shmuley, penyiar radiao oparah & friends, di usia sekolah dasar, diat tidak terlalu perduli dengan sekolah karena menurutnya sekolah hanyalah tempat pamer popularitas dan tidak mengajarkan apa pun.

Tetapi ketika dia berusia 14 tahun, dia minta kepada ibunya agar memindahkan dia ke sekolah lain. Di sekolah baru, pandangan dan pola pikirnya tentang sekolah berubah."Saya bergabung dengan anak-anak yang serius dan cinta belajar, saya mulai belajar dengan cara yang berbeda," ujarnya."Tiba-tiba saya juga cinta belajar."

Berikut, Rabbi Shmuley menuturkan beberapa alasan yang mungkin membuat putra-putri kesayangan Anda malas ke sekolah:

Mereka tidak melihat adanya tujuan

Hal ini bukan disebabkan oleh cara kerja sekolah tetapi mereka tidak bisa melihat tujuannya.

"Kita sebagai orangtua tidak berusaha menghubungkan kedua hal ini. Kita hanya menyuruh anak pergi ke sekolah dengan alasan untuk mendapatkan masa depan yang lebih baik, padahal mereka tahu banyak orang yang sukses tanpa pendidikan formal," kata Rabbi.

Orangtua seharusnya menunjukkan kepada anak bahwa sekolah berkenaan dengan satu hal, cinta belajar.

Mereka bosan

Menurut Rabbi, kebosanan merupakan ancaman terbesar bagi pendidikan anak. Orangtua sebaiknya mencoba membuat anak cinta belajar tidak hanya di sekolah tetapi juga di rumah. Coba tanyakan diri Anda: apakah rumah Anda merupakan tempat dimana belajar sangat dihargai?

Mereka capek

Anak-anak perlu tidur malam yang nyenyak. Pastikan anak-anak Anda mendapatkan tidur yang cukup sesuai dengan jadwal.

Mereka merasa diintimidasi

Menurut Rabbi, tidak ada salahnya mengantarkan anak masuk ke sekolah pada hari pertama atau selalu mengantar anak ke sekolah. Hal ini membuat Anda terlibat dengan mereka dan Anda bisa bertanya apa yang mereka rasakan.

Mereka berada di sekolah yang salah

Menemukan sekolah yang tepat sangat penting bagi anak-anak. Jadi, Anda harus perduli kalau anak merasa pindah ke sekolah lain lebih baik. Anda juga harus mengenal guru-guru di sekolah anak serta menempatkan pertemuan guru-orangtua sebagai prioritas utama.

Mereka merasa PR tiada habisnya

Menurut Rabbi, anak-anak sekarang mempunyai tugas terlalu banyak."Anda harus perduli dengan sekolah anak dan pastikan anak-anak Anda tidak terlalu dibebani dengan setumpuk PR yang akan membuat mereka tidak cinta belajar," kata Rabbi.
merasa sendiri

Berkomunikasilah dengan anak Anda mengenai hal-hal yang mereka lakukan di sekolah dan jadikan belajar sebagai aktifitas keluarga.mr-mediaindonesia
Mereka

10 sifat cukup untuk kita...

Apakah 10 sifat ini cukup buat kita?

1. Mempunyai Ketulusan
Ketulusan menempati peringkat pertama sebagai sifat yang paling disukai oleh semua wanita. Ketulusan membuat orang lain merasa aman dan dihargai karena yakin tidak akan dibodohi dan dibohongi. Pria yang tulus selalu mengatakan kebenaran, tidak suka mengada-ada, pura-pura, mencari-cari alasan atau memutarbalikkan fakta.

2. Rendah Hati
Beda dengan rendah diri yang merupakan kelemahan, sifat rendah hati justru mengungkapkan kekuatan. Hanya pria yang kuat jiwanya yang bisa bersikap rendah hati. Ia seperti padi yang semakin berisi, semakin menunduk. Pria yang rendah hati bisa mengakui dan menghargai keunggulan orang lain. Ia bisa membuat orang yang di atasnya merasa oke dan membuat orang yang di bawahnya tidak minder.

3. Kesetiaan
Kesetiaan sudah menjadi barang langka dan sangat tinggi harganya. Pria setia selalu bisa dipercaya dan diandalkan. Dia selalu menepati janji, punya komitmen yang kuat, rela berkorban, dan tidak suka berkhianat. Karena itu, pria dengan kepribadian seperti ini sudah tentu akan dipilih wanita.

4. Bersikap Positif
Pria yang bersikap positif selalu berusaha melihat segala sesuatu dengan kaca mata positif, bahkan dalam situasi yang buruk sekalipun. Dia lebih suka membicarakan kebaikan daripada keburukan orang lain, lebih suka bicara mengenai harapan daripada keputusasaan, lebih suka mencari solusi daripada frustasi, lebih suka memuji daripada mengecam.

5. Ceria
Karena tidak semua orang dikaruniai temperamen ceria, maka keceriaan tidak harus diartikan ekspresi wajah dan tubuh, tapi sikap hati. Pria yang ceria adalah mereka yang bisa menikmati hidup, tidak suka mengeluh, dan selalu berusaha meraih kegembiraan. Dia bisa “mentertawakan” situasi, orang lain, juga dirinya sendiri. Dia punya potensi untuk menghibur dan mendorong semangat orang lain.

6. Bertanggung jawab
Pria yang bertanggung jawab akan melaksanakan kewajibannya dengan sungguh-sungguh. Kalau melakukan kesalahan, dia berani mengakuinya. Ketika mengalami kegagalan, dia tidak akan mencari kambing hitam untuk disalahkan. Bahkan kalau dia kecewa dan sakit hati, dia tidak akan menyalahkan siapapun. Dia menyadari bahwa dirinya sendirilah yang bertanggung jawab atas apapun yang dialami dan dirasakannya.

7. Percaya Diri
Rasa percaya diri memungkinkan seseorang menerima dirinya apa adanya, menghargai orang lain. Pria yang percaya diri mudah menyesuikan diri dengan lingkungan dan situasi yang baru. Dia tahu apa yang harus dilakukannya dan melakukannya dengan baik.

9. Kebesaran Jiwa
Kebesaran jiwa dapat dilihat dari kemampuan seseorang memaafkan orang lain. Seorang pria yang berjiwa besar tidak membiarkan dirinya dikuasai oleh rasa benci dan permusuhan. Ketika menghadapi masa-masa sukar dia tetap tegar, tidak membiarkan dirinya hanyut dalam kesedihan dan keputusasaan.

10. Easy Going
Pria yang easy going menganggap hidup ini ringan. Dia tidak suka membesar-besarkan masalah kecil. Bahkan berusaha mengecilkan masalah-masalah besar. Dia tidak suka mengungkit masa lalu dan tidak mau khawatir dengan masa depan. Dia tidak mau pusing dan stres dengan masalah-masalah yang berada di luar kontrolnya.

10. Empati
Empati adalah sifat yang sangat mengagumkan. Pria yang berempati bukan saja pendengar yang baik, tapi juga bisa menempatkan diri pada posisi orang lain. Ketika terjadi konflik, dia selalu mencari jalan keluar terbaik bagi kedua belah pihak, tidak suka memaksakan pendapat dan kehendaknya sendiri. Dia selalu berusaha memahami dan mengerti orang lain.

Kalo belum cukup? kita tambahin ya, setia, paham agama, tauladan di rumah tangga, dan mengajak menuju sorga. Kalo dia pengen wayuh gimana? berarti dia suami yg hebat, artinya berani menantang bahaya, dan mampu melaluinya. Kita ga boleh benci karena itu ayat Quran.


referens: triyogo

Masalah Lagii

Hari senin,, awal dari hari. Masih terasa fresh,, sama seperti bulan agustus yg baru dimulai.
Banyak yang kulihat hari ini... Banyak yang kurasa hari ini... Dan banyak pula yang kupahami hari ini.
Aku selalu bersyukur pada Allah SWT,,, DIA memberiku nikmat begitu banyak.
Nikmat yang tak pernah bisa ku hitung.... nikmat yang terus mengalir untukku. Nikmat itu adalah nikmat sehat.
Sehat akal/pikiran, jasmani dan rohani.

Kawan.... membahas hidup tak akan ada habisnya.
Biasanya jika kita mulai bercerita tentang hidup... yang dilontarkan mulut kita apalagi kalau bukan masalah.
Iya... masalah... selalu masalah. Kita mengeluh karena masalah. Kita merasa masalah begitu besar. Kita merasa masalah selalu menghantui kemanapun kita berada. Benarkah begitu??

Pernahkah berfikir sebaliknya kawan...
Detik ini... tiba-tiba aku merasa tergelitik dengan imajinasiku sendiri. Ya beginilah aku dengan khayalan2ku...
Aku berfikir... mungkin saja "masalah" juga jenuh dengan kita. Bisa jadi "masalah" merasa rugi bertemu dengan kita. Atau kalau si "masalah" bisa protes,, dia juga akan protes karena selalu dikambinghitamkan sebagai penyebab mengapa orang jadi stress, nekad bunuh diri atau melakukan hal2 bodoh lainnya.
Manusia akan selalu mengatakan..."Semua ini karena masalah...."

Kasihan si "mas-alah"... selalu dipersalahkan terus ya... (hihihihi.... *lho kok aq ketawa sih?? aneh. Jangan2 aku juga sdh termasuk golongan manusia yg stress karena masalah?? hahahaha.... bukan,, bukan karena masalah... tenang saja kawan... aku masih waras dan normal 100%... buktinya aku masih bisa merangkai kata-kata sepanjang ini. hehehe...)

Lanjut lagi soal masalah nih...
Yang aku tahu tentang arti kata "masalah" adalah KESENJANGAN ANTARA HARAPAN DENGAN KENYATAAN.

Yupz... segala hal2 yg dirasa jauh dari harapan akan dianggap sebagai masalah....
Sekarang coba tanya pada diri kita sendiri....

>> Ketika kita berharap diberi rejeki yang banyak,, tetapi nyatanya semua serba pas-pasan... apakah ini masalah??
......Ada yg menjawab iya,, tetapi ada juga yg bilang tidak... apa aja boleh kok... bebas.... (eit...jangan ada yg saling jitak dong! Kurang sopan... coba pukul lebih kencang.. wkwkwkwk.... *ga jebo nih yg nulis!! aneh)

Oke,, kita kembali ke jalan yang lurus...
Sebenarnya dalam tulisan ini... ada yang ingin aku ungkapkan....

Begini kawan,, kita selalu merasa hal-hal yang tidak kita inginkan tak perlu terjadi. Dan sebaliknya... Kita berharap semua yang kita inginkan harus terjadi.... Bolehkah seperti ini??
Jawabnya: manusiawi bgt....

Aku pun sering merasa seperti itu...
Merasa bahwa apapun yang ku inginkan harus terwujud... ketika tidak sesuai dengan harapan,, maka aku frustasi dan terpuruk lalu berfikir bahwa aku bodoh. Padahal tidak begitu adanya.... tidak....
Itu hanya fikiran2 negatif kita saja. Dibalik kesulitan pasti ada kemudahan.
Tak ada hujan yang tak reda. Tak ada badai yang tak berlalu.
Awan hitam pasti kembali terang. Meski hujan masih rintik-rintik membasahi bumi,,, namun lihatlah pelangi yang mulai melengkung indah... Itulah awal kebahagiaan... Maka sambutlah ia dengan senyuman...
(Weleh...weleh.... sok puitis bgt diriku ini... hehehe....)

Begitulah kira2 yang ingin ku tulis hari ini...
Apa yang kutulis adalah nasihat untuk diriku sendiri. Aku tak mau dia merapuh, lemah dan cengeng.
Biarkan saja mereka menertawai ku, tapi aku tak boleh ikut menertawai diriku sendiri.
Biarkan saja dia tak menganggapku ada, tapi aku tak boleh rapuh.
Aku pasti bisa bertahan karena harapan itu masih ada.

Kalau sedang merasa tak berdaya seperti saat ini... Aku ingat kata-kata bijak dalam sebuah film barat.... Kata ahli kejiwaan,,, tersenyumlah pada diri sendiri dan ucapkan kata-kata ini,,,"Aku tidak mempedulikan hal-hal kecil".

Atau...

Kata temanku dulu... jangan pernah katakan: "Tuhan, aku punya masalah besar!"...
Tetapi cobalah mengatakan seperti ini: "Masalah, aku punya Tuhan Yang Maha Besar!"

Trust me! It's work. hehehehe.....
tertawalah,,, (jangan terlalu lama, nanti disangka gila lho)... senyum yg manis... dan tenangkan diri ya!!!

Hariii yang apesss,,,,,

Kawan,,, gak tau kenapa hari ini aku merasakan yang aneehh,,, mulai dari tadi malam,,pagi ini sampai dengan aku menulis tulisan ini,,, aku ingin mengantarkan temanku yang ingin masuk kuliah,, tak kusangka seragam hijau-hijau yang mengkilat itu banyak sekali dijalanan,, aku mersa santai karena aku tau aku membawa surat-surat yang lengkap saat mengendarai kendaraan roda dua,,,
Tetepi,,, alangkah kagetnya aku,, seragam hijau itu memberhentikanku dengan senyuman yang lembutt,,, dan ternyata aku lupa menyalakan LAMPU UTAMA motorku,,,aaakkkhhhh,,,, dasar polisi tau saja hal-hal yang luput dari manusia,,,
Ketika aku turun dari kendaraanku,,, ternyata polisi itu tak bisa menego lagii... ia minta 100rb,,,aaahhh,,, seketika aku kaget “MAHALL BAGTTTT” ucap temanku,,,
Ketika aku ingin menego dengan polisi itu.. dia langsung marah mendengan kebawelanku,,,uuuhhhh dasar polisi andai saja aku memiliki kedudukan diatas tingkatnya,,, tak mungkin aku dimaki-maki seperti itu,,,akhirnya SIM ku disita,,,,
Ya allahh ternyata seperti ini rasanya DITILANG,,, hiks,,hiks,,, penuh dengan emosi aku menghadapinya... tapii ya sudahlah mungkin memang aku jarang beramal,,,
Tapii akuu gak sudi kalo beramal untuk orang seragam hijau seperti ituuu,,,
Mereka sudah kaya,, terjamin,,, mengapa mereka senang sekali mendzolimi rakyat kecil,,, sempat ketika hendak ditilang aku melihat seorang laki-laki lanjut usia,,, yaa,,,sekitar 40tahunan,,, ia juga kena ditilang,,, ketika ia memberikan uang selembar kertas 10 rb,, polisi itu langsung mengejek sambil mengipas2 uang tersebut “ uang segini dapet apa?” ujar salah satu polisi yang gendut yang sangat menyebalkan itu,,,
Ya allah ,,, sungguh kasihan laki-laki tua itu,,, aku ingin sekali menolongnya,, tapii aku tidak punya uang yang aku bawa,,,
Apakah semua polisi itu sama seperti itu,,,
Akuu tau mereka hanya menjalankan tugas mereka,, tapii cara mereka yang tidak aku suka,,, andai aku memiliki kedudukan tinggi,,, ingin rasanya aku memaki-maki polisi itu,, tapii aku hanya bisa berbicara dalam hati,,,
Sempat aku berdebat dengan polisi itu dan aku minta rasa kemurah hatian polisi itu dengan aku seorang perempuan dan mahasiswa yang tidak memiliki uang,,tapii alangkah terkejutnya aku mendengar ucapan dari polisi itu “ Memang mahasiswa ini yang selalu merusak bangsa “.....
Rasanya aku ingin menangis mendengar kata-kata sperti itu,,,, katanya polisi adalah orang yang berpendidikan,,, tapii apa...
Yang ada didalam hati ini adalah sebuah kemarahan yang menyalah-ngalah,,,
Akan ku buktikan akuu seorang MAHASISWA yang bisa mengharumkan Bangsa ini,,,,!!!
Dan tak akan aku lupa nama polisi itu,,,,,

Jumat, 22 Juli 2011

Menjadi Orang Tabah

Siapa pun kita, tidak ada yang bebas dari tekanan hidup atau stres. Bagaimana kita menyikapi atau merespon stres, ternyata sangat membedakan kita satu sama lain.

Ada orang yang mudah mengeluh dan mudah menyerah dalam menghadapi tekanan hidup. Ada pula yang begitu tegar, optimistis, dan memandang tekanan hidup sebagai tantangan yang dapat dihadapi. Perbedaan ini dapat disebut perbedaan dalam ketabahan menghadapi stres. Ketabahan hati ternyata memiliki manfaat yang sangat besar bagi kesehatan fisik dan mental kita.

Ketabahan hati, keteguhan hati, atau hardiness, merupakan topik yang jarang dibicarakan dalam psikologi. Untunglah, hal tersebut masih menjadi perhatian sebagian kalangan psikologi, sehingga kita dapat memanfaatkan pengetahuan mengenai ketabahan hati untuk keperluan praktis dalam menghadapi persoalan hidup.

Dalam uraian ini kita akan menemukan pengertian, komponen-komponen, dan manfaat dari ketabahan hati.
Pengertian Kobasa dkk. dalam Journal of Personality and Social Psychology (1982) menjelaskan ketabahan hati sebagai suatu konstelasi karakteristik kepribadian yang berfungsi sebagai sumber daya untuk menghadapi peristiwa-peristiwa hidup yang menimbulkan stres.

Tokoh lain, Cotton (1990), lebih jelas lagi mengartikan ketabahan hati sebagai komitmen yang kuat terhadap diri sendiri, sehingga dapat menciptakan tingkah laku yang aktif terhadap lingkungan dan perasaan bermakna yang menetralkan efek negatif stres.

Sementara Quick dkk. (1997) menyatakan ketabahan hati sebagai konstruksi kepribadian yang merefleksikan sebuah orientasi yang lebih optimistis terhadap hal-hal yang menyebabkan stres. Ini sesuai dengan pendapat Kobasa yang melihat ketabahan hati sebagai kecenderungan untuk mempersepsikan atau memandang peristiwa-peristiwa hidup yang potensial mendatangkan stres sebagai sesuatu yang tidak terlalu mengancam.
Orang yang memiliki ketabahan hati memiliki keberanian berkonfrontasi terhadap perubahan atau perbedaan dan menarik hikmah dari keadaan tersebut (Foster & Dion, 2004).

Nah, apa yang dapat Anda simpulkan mengenai ketabahan hati berdasarkan berbagai penjelasan tadi?

Komponen Komponen atau aspek apa saja yang terdapat dalam ketabahan hati? Pengetahuan mengenai hal ini memberikan kejelasan kepada kita untuk dapat mewujudkan ketabahan dalam hidup kita.

Franken dalam bukunya Human Motivation (2002) menjelaskan adanya tiga komponen di dalam ketabahan hati. Ketiga komponen itu adalah:

1. Kontrol Komponen ini berisi keyakinan bahwa individu dapat memengaruhi atau mengendalikan apa saja yang terjadi dalam hidupnya. Individu percaya bahwa dirinya dapat menentukan terjadinya sesuatu dalam hidupnya, sehingga tidak mudah menyerah ketika sedang berada dalam keadaan tertekan.

Individu dengan ketabahan hati yang tinggi memiliki pandangan bahwa semua kejadian dalam lingkungan dapat ditangani oleh dirinya sendiri dan ia bertanggung jawab terhadap apa yang harus dilakukan sebagai respon terhadap stres. Seorang tokoh, DuDell, menjabarkan komponen ini menjadi empat, yaitu: (a) kerelaan dan keterampilan untuk membuat keputusan yang baik; (b) perasaan otonomi diri dan perasaan adanya suatu pilihan yang dapat diambil; (c) kemampuan untuk melihat peristiwa yang menyebabkan stres sebagai suatu bagian dari kehidupan; (d) motivasi untuk berprestasi sesuai dengan tujuan.

2. Komitmen Komponen ini berisi keyakinan bahwa hidup itu bermakna dan memiliki tujuan. Individu juga berkeyakinan teguh pada dirinya sendiri walau apa pun yang akan terjadi.

Individu dengan ketabahan hati yang tinggi percaya akan nilai-nilai kebenaran, kepentingan dan nilai-nilai yang menarik tentang siapakah dirinya dan apa yang mampu ia lakukan. Selain itu, individu dengan ketabahan hati yang tinggi juga percaya bahwa perubahan akan membantu dirinya berkembang dan mendapatkan kebijaksanaan serta belajar banyak dari pengalaman yang telah didapat. DuDell menjabarkan komponen ini menjadi empat, yaitu: (a) ketertarikan dan keingintahuan tentang hidup; (b) keyakinan dan ketahanan diri; (c) kerelaan untuk mencari bantuan dan dukungan sosial; (d) kemampuan mengenali nilai-nilai pribadinya yang unik dan tujuannya sendiri.

3. Tantangan Komponen ini berupa pengertian bahwa hal-hal yang sulit dilakukan atau diwujudkan adalah sesuatu yang umum terjadi dalam kehidupan, yang pada akhirnya akan datang kesempatan untuk melakukan dan mewujudkan hal tersebut.

Dengan demikian individu akan secara ikhlas bersedia terlibat dalam segala perubahan dan melakukan segala aktivitas baru untuk bisa lebih maju. Individu seperti ini biasanya menilai perubahan sebagai sesuatu yang menyenangkan dan menantang daripada sesuatu yang sifatnya mengancam. Dengan pandangan yang terbuka dan fleksibel, tantangan dapat dipandang sebagai bagian tak terpisahkan dari kehidupan dan harus dihadapi. Bahkan, tantangan dilihat sebagai kesempatan untuk belajar lebih banyak.
DuDell menjabarkan komponen ini menjadi empat, yaitu: (a) pendekatan yang fleksibel terhadap orang lain dan kondisi-kondisi tertentu; (b) memandang segala sesuatu secara positif dan optimis; (c) kerelaan untuk mengambil risiko yang membangun; (d) penghargaan serta penerimaan atas keunikan diri sendiri sebagai suatu berkah.

Tidak Mudah Jatuh Sakit Orang yang tabah dapat memetik beberapa manfaat bagi dirinya. Wahyu Rahardjo dalam laporan penelitiannya mengenai ketabahan hati (2005) merangkum dari berbagai literatur, dan menuliskan adanya tujuh fungsi ketabahan hati ini.

1. Membantu dalam proses adaptasi Individu dengan ketabahan yang tinggi akan sangat terbantu dalam melakukan proses adaptasi terhadap hal-hal baru, sehingga stres yang ditimbulkan tidak banyak. Sebuah penelitian membuktikan bahwa etnis Cina Kanada yang tinggal di Toronto, yang memiliki ketabahan hati lebih tinggi, lebih mudah beradaptasi dan mengurangi efek kecemasan serta tetap memiliki harga diri yang tinggi ketika mengalami diskriminasi. Sebuah penelitian lain memiliki hasil yang senada, menunjukkan bahwa ketabahan hati dapat membantu penyesuaian diri remaja pria yang melakukan wajib militer.

2. Lebih memiliki toleransi terhadap frustrasi Sebuah penelitian terhadap dua kelompok mahasiswa, yaitu kelompok yang memiliki ketabahan hati tinggi dan yang rendah, menunjukkan bahwa mereka yang memiliki ketabahan hati tinggi menunjukkan tingkat frustrasi yang lebih rendah dibanding mereka yang ketabahan hatinya rendah.

Senada dengan hasil penelitian itu, penelitian lain menyimpulkan bahwa ketabahan hati dapat membantu mahasiswa untuk tidak berpikir akan melakukan bunuh diri ketika sedang stres dan putus asa.

3. Mengurangi akibat buruk dari stres Kobasa yang banyak meneliti ketabahan hati menyebutkan bahwa ketabahan hati sangat efektif berperan ketika terjadi periode stres dalam kehidupan seseorang. Demikian pula pernyataan beberapa tokoh lain. Hal ini dapat terjadi karena mereka tidak terlalu menganggap stres sebagai suatu ancaman.

4. Mengurangi kemungkinan terjadinya burnout Burnout, yaitu situasi kehilangan kontrol pribadi karena terlalu besarnya tekanan pekerjaan terhadap diri, sangat rentan dialami oleh pekerja-pekerja emergency seperti perawat dsb. yang memiliki beban kerja tinggi. Untuk individu yang memiliki beban kerja tinggi, ketabahan hati sangat dibutuhkan untuk mengurangi burnout yang sangat mungkin timbul. Sebuah penelitian memberikan hasil yang sesuai dengan pernyataan itu, yaitu perawat yang memiliki ketabahan hati tinggi, ternyata lebih sulit mengalami burnout dibanding perawat yang ketabahan hatinya rendah.

5. Mengurangi penilaian negatif terhadap suatu kejadian atau keadaan yang dirasa mengancam dan meningkatkan pengharapan untuk melakukan coping yang berhasil Coping adalah penyesuaian secara kognitif dan perilaku menuju keadaan yang lebih baik, bertoleransi terhadap tuntutan internal dan eksternal yang terdapat dalam situasi stres. Ketabahan hati membuat individu dapat melakukan coping yang cocok dengan masalah yang sedang dihadapi. Individu dengan ketabahan hati tinggi cenderung memandang situasi yang menyebabkan stres sebagai hal positif, dan karena itu mereka dapat lebih jernih dalam menentukan coping yang sesuai.

Pernyataan dari Schult & Schult (1994) tersebut didukung oleh sebuah penelitian terhadap perawat yang menunjukkan bahwa mereka yang memiliki ketabahan hati tinggi lebih baik dalam memilih coping yang sesuai dengan masalah yang dihadapi.

6. Lebih sulit untuk jatuh sakit yang biasanya disebabkan oleh stres Ketabahan hati dapat menjaga individu untuk tetap sehat walaupun mengalami kejadian-kejadian yang penuh stres (Smet, 1994). Karena lebih tahan terhadap stres, individu juga akan lebih sehat dan tidak mudah jatuh sakit karena caranya menghadapi stres lebih baik dibanding individu yang ketabahan hatinya rendah (Cooper dkk, 1998).

7. Membantu individu untuk melihat kesempatan lebih jernih sebagai suatu latihan untuk mengambil keputusan. Kobasa & Pucetti (1983) menyatakan bahwa ketabahan hati dapat membantu individu untuk melihat kesempatan lebih jernih sebagai suatu latihan untuk mengambil keputusan, baik dalam keadaan stres ataupun tidak.

@ M.M Nilam Widyarini M.Si Kandidat Doktor Psikologi.

Pohon Zaitun Masih Berbunga

Di kota Basrah,,
Seorang ibu melagu
Didepan ayunan bayinya
Mendendangkan lagu sayang,,
Tidurlah nak,, malam masih panjang,,
Pohon zaitun dihalaman masih berbunga,,

Seribu satu cerita masih aku punya,,
Untuk mengantarkan kau dewasa..
Syahrazad mungkin habis cerita..
Tak menyangka diujung umur dunia,
Seorang durja memporakporanda negeri kita,
Namun doa robiah
Membuka pintu tuhan
Pinta lah apa yang bisa kau pinta
Pintalah zaitun tetap berbunga
Pintalah darah syahada menjadi pupuknya
Pintalah negeri kita tetap ada,
Pintalah nak,,
Pinta,,,
Tuhan Menjaga,,,

TATA DIRI

Tak perlu mencari istri secantik Bilqis..
Jika diri tak segagah Sulaiman,,,
Mengapa mengharap suami setampan Yusuf,,,
Jika diri tak seindah Zulaikha,,,
Tak perlu mencari seperti Ibrahim,,,
Jika diri tak sekuat Hajar & Saroh,,,
Mengapa didambakan teman hidup seistimewa Khadijah,,,
Jika diri tak sesempurna Rosululloh SAW..
Menikahlaahh,,,, karna nikah itu ibadaahh,,,,

Kamis, 21 Juli 2011

Mengenal & Membimbing Anak Hiperaktif

Apa sebenarnya yang disebut hiperaktif itu ? Gangguan hiperaktif sesungguhnya sudah dikenal sejak sekitar tahun 1900 di tengah dunia medis. Pada perkembangan selanjutnya mulai muncul istilah ADHD (Attention Deficit/Hyperactivity disorder). Untuk dapat disebut memiliki gangguan hiperaktif, harus ada tiga gejala utama yang nampak dalam perilaku seorang anak, yaitu inatensi, hiperaktif, dan impulsif.
Inatensi
Inatensi atau pemusatan perhatian yang kurang dapat dilihat dari kegagalan seorang anak dalam memberikan perhatian secara utuh terhadap sesuatu. Anak tidak mampu mempertahankan konsentrasinya terhadap sesuatu, sehingga mudah sekali beralih perhatian dari satu hal ke hal yang lain.
Hiperaktif
Gejala hiperaktif dapat dilihat dari perilaku anak yang tidak bisa diam. Duduk dengan tenang merupakan sesuatu yang sulit dilakukan. Ia akan bangkit dan berlari-lari, berjalan ke sana kemari, bahkan memanjat-manjat. Di samping itu, ia cenderung banyak bicara dan menimbulkan suara berisik.
Impulsif
Gejala impulsif ditandai dengan kesulitan anak untuk menunda respon. Ada semacam dorongan untuk mengatakan/melakukan sesuatu yang tidak terkendali. Dorongan tersebut mendesak untuk diekspresikan dengan segera dan tanpa pertimbangan. Contoh nyata dari gejala impulsif adalah perilaku tidak sabar. Anak tidak akan sabar untuk menunggu orang menyelesaikan pembicaraan. Anak akan menyela pembicaraan atau buru-buru menjawab sebelum pertanyaan selesai diajukan. Anak juga tidak bisa untuk menunggu giliran, seperti antri misalnya. Sisi lain dari impulsivitas adalah anak berpotensi tinggi untuk melakukan aktivitas yang membahayakan, baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain.
Selain ketiga gejala di atas, untuk dapat diberikan diagnosis hiperaktif masih ada beberapa syarat lain. Gangguan di atas sudah menetap minimal 6 bulan, dan terjadi sebelum anak berusia 7 tahun. Gejala-gejala tersebut muncul setidaknya dalam 2 situasi, misalnya di rumah dan di sekolah.
Problem-problem yang biasa dialami oleh anak hiperaktif
*Problem di sekolah
Anak tidak mampu mengikuti pelajaran yang disampaikan oleh guru dengan baik. Konsentrasi yang mudah terganggu membuat anak tidak dapat menyerap materi pelajaran secara keseluruhan. Rentang perhatian yang pendek membuat anak ingin cepat selesai bila mengerjakan tugas-tugas sekolah. Kecenderungan berbicara yang tinggi akan mengganggu anak dan teman yang diajak berbicara sehingga guru akan menyangka bahwa anak tidak memperhatikan pelajaran. Banyak dijumpai bahwa anak hiperaktif banyak mengalami kesulitan membaca, menulis, bahasa, dan matematika. Khusus untuk menulis, anak hiperaktif memiliki ketrampilan motorik halus yang secara umum tidak sebaik anak biasa
*Problem di rumah
Dibandingkan dengan anak yang lain, anak hiperaktif biasanya lebih mudah cemas dan kecil hati. Selain itu, ia mudah mengalami gangguan psikosomatik (gangguan kesehatan yang disebabkan faktor psikologis) seperti sakit kepala dan sakit perut. Hal ini berkaitan dengan rendahnya toleransi terhadap frustasi, sehingga bila mengalami kekecewaan, ia gampang emosional. Selain itu anak hiperaktif cenderung keras kepala dan mudah marah bila keinginannya tidak segera dipenuhi. Hambatan-hambatan tersbut membuat anak menjadi kurang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Anak dipandang nakal dan tidak jarang mengalami penolakan baik dari keluarga maupun teman-temannya. Karena sering dibuat jengkel, orang tua sering memperlakukan anak secara kurang hangat. Orang tua kemudian banyak mengontrol anak, penuh pengawasan, banyak mengkritik, bahkan memberi hukuman. Reaksi anakpun menolak dan berontak. Akibatnya terjadi ketegangan antara orang tua dengan anak. Baik anak maupun orang tua menjadi stress, dan situasi rumahpun menjadi kurang nyaman. Akibatnya anak menjadi lebih mudah frustrasi. Kegagalan bersosialisasi di mana-mana menumbuhkan konsep diri yang negatif. Anak akan merasa bahwa dirinya buruk, selalu gagal, tidak mampu, dan ditolak.
*Problem berbicara
Anak hiperaktif biasanya suka berbicara. Dia banyak berbicara, namun sesungguhnya kurang efisien dalam berkomunikasi. Gangguan pemusatan perhatian membuat dia sulit melakukan komunikasi yang timbal balik. Anak hiperaktif cenderung sibuk dengan diri sendiri dan kurang mampu merespon lawan bicara secara tepat.
*Problem fisik
Secara umum anak hiperaktif memiliki tingkat kesehatan fisik yang tidak sebaik anak lain. Beberapa gangguan seperti asma, alergi, dan infeksi tenggorokan sering dijumpai. Pada saat tidur biasanya juga tidak setenang anak-anak lain. Banyak anak hiperaktif yang sulit tidur dan sering terbangun pada malam hari. Selain itu, tingginya tingkat aktivitas fisik anak juga beresiko tinggi untuk mengalami kecelakaan seperti terjatuh, terkilir, dan sebagainya.
Berikut ini adalah faktor-faktor penyebab hiperaktif pada anak :
Faktor neurologik
*Insiden hiperaktif yang lebih tinggi didapatkan pada bayi yang lahir dengan masalah-masalah prenatal seperti lamanya proses persalinan, distres fetal, persalinan dengan cara ekstraksi forcep, toksimia gravidarum atau eklamsia dibandingkan dengan kehamilan dan persalinan normal. Di samping itu faktor-faktor seperti bayi yang lahir dengan berat badan rendah, ibu yang terlalu muda, ibu yang merokok dan minum alkohol juga meninggikan insiden hiperaktif
*Terjadinya perkembangan otak yang lambat. Faktor etiologi dalam bidang neuoralogi yang sampai kini banyak dianut adalah terjadinya disfungsi pada salah satu neurotransmiter di otak yang bernama dopamin. Dopamin merupakan zat aktif yang berguna untuk memelihara proses konsentrasi
*Beberapa studi menunjukkan terjadinya gangguan perfusi darah di daerah tertentu pada anak hiperaktif, yaitu di daerah striatum, daerah orbital-prefrontal, daerah orbital-limbik otak, khususnya sisi sebelah kanan
Faktor toksik
Beberapa zat makanan seperti salisilat dan bahan-bahan pengawet memilikipotensi untuk membentuk perilaku hiperaktif pada anak. Di samping itu, kadar timah (lead) dalam serum darah anak yang meningkat, ibu yang merokok dan mengkonsumsi alkohol, terkena sinar X pada saat hamil juga dapat melahirkan calon anak hiperaktif.
Faktor genetik
Didapatkan korelasi yang tinggi dari hiperaktif yang terjadi pada keluarga dengan anak hiperaktif. Kurang lebih sekitar 25-35% dari orang tua dan saudara yang masa kecilnya hiperaktif akan menurun pada anak. Hal ini juga terlihat pada anak kembar.
Faktor psikososial dan lingkungan
Pada anak hiperaktif sering ditemukan hubungan yang dianggap keliru antara orang tua dengan anaknya.
Berikut ini adalah beberapa cara yang bisa dilakukan oleh orang tua untuk mendidik dan membimbing anak-anak mereka yang tergolong hiperaktif :
*Orang tua perlu menambah pengetahuan tentang gangguan hiperaktifitas
*Kenali kelebihan dan bakat anak
*Membantu anak dalam bersosialisasi
*Menggunakan teknik-teknik pengelolaan perilaku, seperti menggunakan penguat positif (misalnya memberikan pujian bila anak makan dengan tertib), memberikan disiplin yang konsisten, dan selalu memonitor perilaku anak
*Memberikan ruang gerak yang cukup bagi aktivitas anak untuk menyalurkan kelebihan energinya
*Menerima keterbatasan anak
*Membangkitkan rasa percaya diri anak
*Dan bekerja sama dengan guru di sekolah agar guru memahami kondisi anak yang sebenarnya
Disamping itu anak bisa juga melakukan pengelolaan perilakunya sendiri dengan bimbingan orang tua. Contohnya dengan memberikan contoh yang baik kepada anak, dan bila suatu saat anak melanggarnya, orang tua mengingatkan anak tentang contoh yang pernah diberikan orang tua sebelumnya.

KREATIVITAS ANAK

A. Pengertian Kreatif
Sekarang hampir setiap orang mulai dari orang awam, pemimpin lembaga pendidikan, manajer perusahaan sampai dengan pejabat pemerintah berbicara tentang pentingnya kreativitas dikembangkan di sekolah, dituntut dalam pekerjaan, dan diperlukan untuk pembangunan. Harus diakui bahwa memang sukar untuk menentukan satu definisi yang operasional dari kreativitas, karena kreativitas merupakan konsep yang majemuk dan multi dimensional. Apa yang dimaksud dengan kreativitas? Banyak buku yang membahas kreativitas, kelompok kami akan menyampaikan beberapa pendapat para ahli tentang kreativitas.
1. Kreativitas adalah kemampuan untuk mencipta atau daya cipta. (K B B I)
2. Kreativitas adalah pengalaman mengekpresikan dan mengaktualisasikan identitas individu dalam bentuk terpadu dalam hubungan dengan diri sendiri, dengan alam, dan dengan orang lain. (Clark Moustatis)
3. Kreativitas merupakan kemampuan untuk memberi gagasan baru yang menerapkannya dalam pemecahan masalah. (Conny R. Semiawan).
4. Kreativitas adalah kecenderungan untuk mengaktualisasikan diri, mewujudkan potensi, dorongan untuk berkembang dan menjadi matang ,kecenderungan untuk mengekpresikan dan mengaktifkan semua kemampuan organisme (Rogers).
5. Kreativitas adalah kegiatan yang mendatangkan hasil yang sifatnya:
(1) Baru (novel): inovatif, belum ada sebelumnya, segar, menarik, aneh, mengejutkan.
(2) Berguna (useful): lebih enak , lebih praktis, mempermudah, memperlancar, mendorong, mengembangkan, memdidik, memecahkan masalah, mengurangi hambatan, mengatasi kesulitan, mendatangkan hasil lebih baik/ banyak.
(3) Dapat dimengerti (understandable): hasil yang sama dapat dimengerti dan dapat dibuat di lain waktu. (David Cambell)
Dari beberapa uraian definisi di atas dapat dikemukakan bahwa kreativitas pada intinya merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, baik dalam bentuk cirri-ciri aptitude maupun non aptitude, baik dalam karya baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada, yang semuanya itu relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya.
Pengertian kreativitas menunjukkan ada tiga tekanan kemampuan yaitu yang berkaitan dengan kemampuan untuk mengkombinasikan, memecahkan/ menjawab masalah, dan cerminan kemampuan operasional anak kreatif (Utami Munandar: 1992)

B. Kreativitas sebagai Multi Kecerdasan
Proses pemikiran untuk menyelesaikan masalah secara efektif melibatkan otak kiri atau otak kanan . Pemecahan masalah adalah kombinasi dari pemikiran logis dan kreatif. Secara umum, otak kiri memainkan peranan dalam pemrosesan logika, kata-kata, matematika, dan urutan – yang disebut pembelajaran akademis. Otak kanan berurusan dengan irama, rima, musik, gambar, dan imajinasi—yang disebut dengan aktivitas kreatif.
Bagan Proses Pimikiran Otak
Otak Kiri Otak Kanan
 Vertikal
 Kritis
 Strategis
 Analistis  Lateral
 Hasil
 Kreatif
Keterangan:
Berpikir Vertikal. Suatu proses bergerak selangkah demi selangkah menuju tujuan Anda, seolah-olah Anda sedang menaiki tangga.
Berpikir Lateral. Melihat permasalahan Anda dari beberapa sudut baru, seolah-olah melompat dari satu tangga ke tangga lainnya.
Berpikir Kritis. Berlatih atau memasukkan penilaian atau evaluasi yang cermat, seperti menilai kelayakan suatu gagasan atau produk.
Berpikir Analitis. Suatu proses memecahkan masalah atau gagasan Anda menjadi bagian-bagian. Menguji setiap bagian untuk melihat bagaimana bagian tersebut saling cocok satu sama lain, dan mengeksplorasi bagaimana bagian-bagian ini dapat dikombinasikan kembali dengan cara-cara baru.
Berpikir Strategis. Mengembangkan strategi khusus untuk perencanaan dan arah operasi-operasi skala besar dengan melihat proyek itu dari semua sudut yang mungkin.
Berpikir tentang Hasil. Meninjau tugas dari perspektif solusi yang dikehendaki.
Berpikir Kreatif. Berpikir kreatif adalah pemecahan masalah dengan menggunakan kombinasi dari semua proses.

C. Delapan Kecerdasan Gardner
Gardner dengan “Teori Multi Kecerdasan” mengatakan bahwa , “ IQ tidak boleh dianggap sebagai gambaran mutlak, suatu entitas tunggal yang tetap yang bisa diukur dengan tes menggunakan pensil dan kertas. Ungkapan yang tepat adalah bukan seberapa cerdas Anda, tetapi bagaimana Anda menjadi cerdas”. (2002: 58)
Setiap orang memiliki beberapa tipe kecerdasan. Gardner mendifinisikan kecerdasan adalah kemampuan untuk memecahkan masalah atau menciptakan suatu produk yang bernilai dalam satu latar belakang budaya atau lebih. Dengan kata lain kecerdasan dapat bervariasi menurut konteknya. Dalam bukunya Frames of Mind Gardner menawarkan delapan jenis kecerdasan manusia, sebagai berikut:




KinestikTubuh Linguistik

Naturalis

Intrapersonalasial

Interpersonal Musikal

Kecerdasan Linguistik (Bahasa). Kemampuan membaca, menulis,dan berkomunikasi dengan kata-kata atau bahasa. Contoh orang yang memiliki kecerdasan linguistic adalah penuulis, jurnalis, penyair, orator, dan pelawak.
Kecerdasan Logis-Matematis. Kemanpuan berpikir (bernalar) dan menghitung, berpikir logis dan sistematis. Ini adalah jenis keterampilan yang sangat dikembangkan pada diri insinyur, ilmuwan, ekomon, akuntan, detektif, dan para anggota profesi hukum.
Kecerdasan Visual-Spasial. Kemampuan berpikir menggunakan gambar, memvisualisasikan hasil masa depan. Membayangkan berbagai hal pada mata pikiran Anda. Orang yang memiliki jenis kecerdasan ini antara lain para arsitek, seniman, pemahat, pelaut , fotografer, dan perencara strategis.
Kecerdasan Musikal. Kemampuan menggubah atau mencipta musik, dapat menyanyi dengan baik, dapat memahami atau memainkan musik, serta menjaga ritme. Ini adalah bakat yang dimiliki oleh para musisi, composer, perekayasa rekaman
Kecerdasan Kinestik-Tubuh. Kemampuan menggunakan tubuh Anda secara terampil untuk memecahkan masalah, menciptakan produk atau mengemukakan gagasan dan emosi. Kemampuan ini dimiliki oleh para atlet, seniman tari atau akting atau dalam bidang banguan atau konstruksi.
Kecerdasan Interpersonal (social). Kemampuan bekerja secara efektif dengan orang lain, berhubungan dengan orang lain dan memperlihatkan empati dan pengertian, memeperhatikan motivasi dan tujuan mereka. Kecerdasan jenis ini biasanya dimiliki oleh para guru yang baik, fasilitator, penyembuh, polisi, pemuka agama, dan waralaba.
Kecerdasan Intrapersonal. Kemampuan menganalis-diri dan merenungkan-diri, mampu merenung dalam kesunyian dan menilai prestasi seseorang, meninjau perilaku seseorang dan perasaan-perasaan terdalamnya, membuat rencana dan menyusun tujuan yang hendak dicapai, mengenal benar diri sendiri. Kecerdasan ini biasanya dimiliki oleh para filosof, penyuluh , pembimbing, dan banyak penampil puncak dalam setiap bidang.
Pada tahun 1996, Gardner memutuskan untuk menambahkan satu jenis kecerdasan kedelapan (yaitu kecerdasan naturalis), dan kendatipun banyak pendapat yang menentang, ada godaan untuk menambahkan yang kesembilan, yaitu kecerdasan spiritual.
Kecerdasan Naturalis. Kemampuan mengenal flora dan fauna, melakukan pemilahan-pemilahan runtut dalam dunia kealaman, dan menggunakan kemampuan ini secara produktif- misalnya berburu, bertani, atau melakukan penelitian biologi.
Kecerdasan hanyalah sehimpunan kemampuan dan keterampilan. Manusia dapat mengembangkan dan meningkatkan kecerdasan dengan belajar menggunakan kemampuannya secara penuh.
Delapan kecerdasan yang dimiliki oleh manusia ini mengungkapkan kepada kita bahwa ada “banyak jendela menuju satu ruangan yang sama” di mana subjek-subjek pelajaran dapat didekati dari berbagai prespektif. Dan ketika orang mampu menggunakan bentuk-bentuk kecerdasan mereka yang paling kuat, mereka akan
D. Proses Kreatif
Kreativitas dalam perkembangannya sangat sangat terkait dengan empat aspek, yaitu:
1. Aspek Pribadi
Ditinjau dari aspek pribadi, kreativitas muncul dari interaksi pribadi yang unik dengan lingkungannya.


2. Aspek Pendorong
Ditinjau dari aspek pendorong kreativitas dalam perwujudannya memerlukan dorongan internal maupun eksternal dari lingkungan.
3. Aspek Proses
Ditinjau sebagai proses, menurut Torrance (1988) kreativitas adalah proses merasakan dan mengamati adanya masalah, membuat dugaan tentang kekurangan (masalah) ini, menilai, dan menguji dugaan atau hipotesis, kemudian mengubah dan mengujinya lagi, dan akhirnya menyaipaikan hasil-hasilnya.
4. Aspek Produk
Definisi produk kreativitas menekankan bahwa apa yang dihasilkan dari proses kreativitas adalah sesuatu yang baru, orisinil, dan bermakna.
Kreativitas tidak timbul serta-merta, tetapi melalui proses. Proses kreatif menurut Bobbi De Porter & Mike Hernacki (2001:301) dalam bukunya Quantum Learning mengalir melalui lima tahap, hatap-tahap tersebut sebagai berikut :
1. Persiapan Mendifinisikan masalah, tujuan, atau tantangan.
2. Inkubasi Mencerna fakta-fakta dan mengolahnya dalam pikiran.
3. Iluminasi Mendesak ke permukaan, gagasan-gagasan bermunculan.
4. Verifikasi Memastikam apakah solusi itu benar-benar memecahkan masalah.
5. Aplikasi Mengambil langkah-langkah untuk menindaklanjuti solusi tersebut
Proses Kreatif menurut David Cambell urutannya sebagai berikut
1. Persiapan (preparation) : meletakan dasar, mempelajari latar belakang masalah, seluk beluk dan problematikanya. Meskipun tidak semua ahli kreatif, namun kebanyakan pencipta adalah ahli. Terobosan gemilang dalam suatu bidang hampir selalu dihasilkan oleh orang-orang yang sudah lama berkecimpung dan lama berpikir dalam bidang itu. Persiapan untuk kreativitas itu kebanyakan dilakukan atas dasar “minat”. Kesuksesan orang-orang besar tercapai dan bertahan, bukan oleh loncatan yang tiba-tiba, tetapi dengan usaha keras.
2. Konsentrasi (concentration): sepenuhnya memikirkan, masuk luluh, terserap dalam perkara yang dihadapi. Orang-orang kreatif biasanya serius, perhatiannya tercurah dan pikirannya terpusat pada hal yang mereka kerjakan. Tahap konsentrasi merupakan waktu pemusatan, waktu menimbang-nimbang, waktu menguji, waktu awal untuk mencoba dan mengalami gagal, trial dan error .
3. Inkubasi (incubation) : mengambil waktu untuk meninggalkan perkara, istirahat, waktu santai. Sebuah busur tak dapat direntang terus-menerus untuk jangka panjang tanpa bahaya patah. Maka kita perlu melarika diri dari perkara yang sedang kita selesaikan, masalah yang hendak kita pecahkan. Inkubasi merupakan saat di mana sedikit demi sedikit kita bebaskan dari kerutinan berpikir, kebiasaan bekerja, kelaziman pemakai cara.
4. Iluminasi : mendapatkan ide gagasan, pemecahan, penyelesaian, cara kerja, jawaban baru Bagian paling nikmat dalam penciptaan, tahap AHA! Ketika segalanya jelas, hubungan kaitan perkara gambling, dan penerangan untuk pemecahan masalah, jawaban baru tiba-tiba tampak laksana kilat. Reaksi keberhasilan itu biasanya tidak hanya teras di batin, tetapi juga diungkapkan keluar secara fisik.
5. Verifikasi/ Produksi : memastikan apakah solusi itu benar-benar memecahkan masalah. Tahap AHA!, betapa pun memuaskan, barulah merupakan akhir dari suatu awal. Masih ada pekerjaan berat yang harus dikerjakan. Kalau sudah menemukan ide, gagasan, pemecahan, penyelesaian, cara kerja baru, kita harus turun tangan mewujudkannya. Kecakapan kerja merupakan bagian penting dalam karya kreatif. Betapapun banyak ide, gagasan, ilham, impian bagus-bagus yang ditemukan, jika tidak dapat diwujudkan, semuanya akan lenyap bagai embun diterjang sinar matahari.. Maka orang kreatif harus memiliki kecakapan kerja baik secara pribadi maupun kelompok.
Salah satu teori tradisional yang sampai sekarang banyak dikutip ialah teori Wallas yang dikemukakan tahun 1926 dalam bukunya The art of Thought (Piirto,1992), yang mengatakan bahwa proses kreatif meliputi empat tahap yaitu:
(1) persiapan, (2) inkubasi, (3) iluminasi, (4) verifikasi.
Pada tahap pertama, seseorang mempersiapkan diri untuk memecahkan masalah dengan belajar berpikir, mencari jawaban, bertanya kepada orang, dan sebagainya. Pada tahap kedua, kegiatan mencari dan menghimpun data/ informasi tidak dilanjutkan. Tahap inkubasi ialah tahap di mana individu seakan-akan melepaskan diri sementara dari masalah tersebut, dalam arti bahwa ia tidak memikirkan masalahnya secara sadar, tetapi “mengeramnya” dalam alam pra sadar. Tahap iluminasi ialah tahap timbulnya “insght” atau”aha Erlebnis”, saat timbulnya inspirasi atau gagasan baru, beserta proses-proses psikologis yang mengawali dan mengikuti munculnya inspirasi atau gagasan baru. Tahap verifikasi atau tahap evaluasi ialah tahap dimana ide atau kreasi baru tersebut harus diuji terhadap realitas. Di sini diperlukan pemikiran kritis dan konvergen. Dengan perkataan lain, proses divergen (pemikiran kreatif) harus diikuti oleh proses konvergensi (pemikiran kritis).

E. Ciri-ciri Kreativitas
Setelah kita mengetahui tahap-tahap bagaimana kreativitas tercipta, berikutnya kami akan uraikan bagaimana ciri-ciri orang yang kreatif itu. Menurut David Cambell ciri-ciri kreativitas ada tiga kategori:
1. Ciri-ciri pokok: kunci untuk melahirkan ide, gagasan, ilham, pemecahan, cara baru, penemuan.
2. Ciri-ciri yang memungkinkan: yang membuat mampu mempertahankan ide-ide kreatif, sekali sudah ditemuka tetap hidup.
3. Ciri-ciri sampingan: tidak langsung berhubungan dengan penciptaan atau menjaga agar ide-ide yang sudah ditemukan tetap hidup, tetapi kerap mempegaruhi perilaku orang-orang kreatif.



Ciri-ciri Kreativitas
Ciri-ciri Pokok
Ciri-ciriyang Memungkinkan Ciri-ciri Sampingan
1. Brpikir dari segala arah( convergent thingking)
2. Berpikir ke segala arah (divergent thingking)
3. Fleksibilitas koseptual (kemampuan secara spontan mengganti cara memandang,pendekatan, kerja yang tak jalan.
4. Orisinalitas (kemampuan menelorkan ide yang asli bahkan mengejutkan)
5. Lebih menyukai kompleksitas daripada simplisitas
6. Latar belakang hidup yang merangsang (hidup dalam lingkungan yang dapat menjadi contoh)
7. Kecakapan dalam banyak hal (multiple skills)
1. Kemampuan untuk bekerja keras.
2. Berpikir mandiri
3. Pantang menyerah
4. Mampu berkomunikasi dengan baik
5. Lebih tertarik pada konsep daripada detail (segi-segi kecil)
6. Keinginan tahu intelektual.
7. Kaya humor dan fantasi
8. Tidak segera menolak ide atau gagasan baru
9. Arah hidup yang mantap
1. Tidak mengambil pusing apa yang dipikirkan orang lain.
2. kekacauan psikologis

Reni Akbar Hawadi dalam bukunya Keberbakatan Intelektual menyebutkan ciri-ciri kreativitas sebagai berikut:
1. Memiliki rasa ingin tahu yang mendalam
2. Sering mengajukan pertanyaan yang berbobot
3. Memberikan banyak gagasan, usul-usul terhadap suatu masalah
4. Mampu menyatakan pendapat secara spontan dan tidak malu-malu
5. Mempunyai/ menghargai rasa keindahan
6. Menonjol dalam satu atau lebih bidang studi
7. Dapat mencari pemecahan masalah dari berbagai segi
8. Mempunyai rasa humor
9. Mempunyai daya imajinasi (misalnya memikirkan hal-hal yang baru dan tidak biasa)
10. Mampu mengajukan pemikiran, gagasan pemecahan masalah yang berbeda dengan orang lain (orisinil)
11. Kelancaran dalam menghasilkan bermacam-macam gagasan
12. mampu menghadapi masalah dari berbagai sudut pandangan

F. Kiat-kiat menjadi Kreatif
Kreativitas bisa dilakukan oleh siapa saja yang mau. Menurut Colin Rose & Malcolm J. Nichol (2002: 275) dalam bukunya Accelerated Learning, “ Menjadi kreatif tidak hanya berpangku tangan menunggu kilatan ilham. Kreativitas menuntut banyak usaha keras dan mensyaratkan persiapan matang.” Terlebih sekarang banyak sekali orang yang menulis cara-cara untuk menjadi kreatif, baik dalam bentuk literature, permainnan, peta pemikiran, dll. Oleh karena itu, pengembangan kreativitas dilakukan sejak usia dini, tinjauan dan penelitian-penelitian tentang proses kreativitas, kondisi-kondisinya serta cara-cara yang dapat memupuk, merangsang, dan mengembangkannya menjadi sangat penting. Beberapa alasan mengapa kreativitas perlu dipupuk sejak dini:
a. Dengan berkreasi orang dapat mewujudkan (mengkatualisasikan) dirinya, dan perwujudan/ aktualitas diri merupakan kebutuhan pokok pada tingkat tertinggi dalam hidup manusia (Maslow,1967). Kreativitas merupakan manifestasi dari individu yang berfungsi sepenuhnya.
b. Kreativitas atau berpikir kreatif sebagai kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah merupakan bentuk pemikiran yang sampai saat ini kurang mendapat perhatian dalam pendidikan (Guilford,1967)
c. Bersibuk diri secara kreatif tidak hanya bermanfaat (bagi diri pribadi dan bagi lingkungan) tetapi juga memberikan kepuasan kepada individu.
d. Kreativitas memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya.
Kiat-kiat untuk Memperoleh Teknik-teknik Kreativitas menurut Bobbi De Porter & Mike Hernacki (2001: 321) dalam bukunya Quantum Learning adalah sebagai berikut:
Ingatlah sukses-sukses Anda di masa lalu. Jika Anda pernah berhasil (dan setiap manusia pasti pernah mengalami suatu waktu dalam hidupnya), Anda tahu tahu bahwa akan mampu melakukannya lagi. berhasil melakukan sesuatu dalam hidupnya
Yakinlah ini dapat menjadi hari terobosan. Jalani hari Anda dengan keyakinan bahwa sesuatu dapat terjadi untuk mengubah segalanya. Dengan cara itu, jika sesuatu benar-benar muncul, maka Anda akan siap menerimanya.
Latihlah kreativitas Anda dengan permainan mental. Otak Anda, seperti bagian tubuh lain Anda, berfungsi lebih lancar jika selalu dijaga dalam keadaan prima. Inilah beberapa saran untuk melakukannya:
• Pikirkanlah penggunaan kembali barang-barang lama!
• Lihatlah kejadian sehari-hari, dan susunan uraian kisah tentang peristiwa-peristiwa yang memunculkannya!
• Isilah teka-teki silang dan permainan-permainan kata lainnya!
• Temukan peribahasa-peribahasa yang dapat Anda gunakan untuk menjelaskan sesuatu kepada seseorang!
• Pikirkanlah berbagai cara untuk mengatakan hal yang sama!
• Tontonlah acara televise dengan mematikan suaranya, dan cobalah memperkirakan apa yang dikatakan orang dalam acara itu!
Anda juga dapat mencoba salah satu dari banyak permainan mental yang ada di toko-toko buku.
Ingat bahwa kegagalan membawa keberhasilan. Banyak ilmuwan termasyur dunia bergelut dalam solusi=solusi gagal yang tak terhitung jumlahnya sebelum menemukan satu yang berhasil. Beranilah untuk mengam,bil risiko salah agar mencapai keberhasilan.
Raihlah impian dan fantasi Anda. Sering kali mimpi dan fantasi merupakan hasil dari pikiran bawah sadar Anda yang bekerja untuk mendapatkan solusi suatu masalah. Berikan nilai untuk hal-hal tersebut, walaupun semua itu tampak tidak berhubungan karena gagasan-gagasan aneh dapat memunculkan solusi inovatif dan revolusioner.
Biarkan kesenangan memasuki kehidupan Anda. Bermainlah! Ini membuat sifat anak-anak dalam diri Anda muncul dan memberikan wawasan segar. Anda pun akan menjadi lebih kreatif jika kehidupan Anda seimbang antara bekerja dan bermain.
Kumpulkan pengetahuan dari tempat lain. Ketika bekerja dengan situasi yang menantang, lihatlah tempat-tempat lain dalam kehidupan Anda dan cobalah untuk melihat kesamaan-kesamaannya. Mungkin sesuatu yang berhasil untuk suatu jenis masalah dapat digunakan untuk masalah yang sedang Anda hadapi saat ini.
Pandanglah situasi dari semua sisi. Bayangkan diri Anda secara fisik berada di bawah sedang menatap ke atas, dari atas melihat ke bawah, dari belakang melihat ke depan, dari dalam melihat ke luar, dan dari sudut pandang semua pihak yang terlibat. Hal ini membuat Anda mampu melihat situasi tersebut dari jendela-jendela baru dan dapat memberikan wawasan yang Anda butuhkan untuk pemecahan masalah secara kreatif.
Bersihkan pikiran Anda dari asumsi-asumsi. Asumsi dapat menyembunyikan solusi. Pikiran yang dibiarkan mengikuti aliran alamiahnya dapat menciptakan hal-hal baru yang menakjubkan
Ubahlah posisi Anda sesering mungkin. Jika anda duduk di belakang meja Anda, pergilah ke luar dan berbaringlah di atas rumput. Atau, jika Anda berada dalam ruang konferensi di kantor, bertukartempatlah dengan orang lain atau berdirilah. Mungubah posisi Anda berarti mengubah pandangan Anda terhadap berbagai hal, dan perubahan posisi mungkin akan menghasilkan perubahan sikap mental.

E – LEARNING

A. Sejarah perkembangan E. learning
E-learning atau pembelajaran elektronik pertama kali diperkenalkan oleh
universitas Illionis di Urbana-Champaign dengan menggunakan sistem instruksi berbasis komputer (computer-assisted instruktion) dan komputer bernama PLATO. Sejak saat itu, perkembangan e-learning berkembang sejalan dengan perkembangan dan kemajuan teknologi.
Berikut perkembangan e-learning dari masa ke masa :
• Tahun 1990 :
Era CBT (Computer-Based Training) di mana mulai bermunculan aplikasi e-learning yang berjalan dalam PC standlone ataupun berbentuk kemasan CD-ROM. Isi materi dalam bentuk tulisan maupun multimedia (Video dan Audio).
• Tahun 1994 :
Seiring dengan diterimanya CBT oleh masyarakat sejak tahun 1994 CBT muncul dalam bentuk paket-paket yang lebih menarik dan diproduksi secara masal.
• Tahun 1997 :
LMS (Learning Management System). Seiring dengan perkembangan teknologi internet, masyarakat di dunia mulai terkoneksi dengan internet. Kebutuhan akan informasi yang dapat diperoleh dengan cepat mulai dirasakan sebagai kebutuhan mutlak dan jarak serta lokasi bukanlah halangan lagi. Dari sinilah muncul LMS. Perkembangan LMS yang makin pesat membuat pemikiran baru untuk mengatasi masalah interoperability antar LMS yang satu dengan lainnya secara standar. Bentuk standar yang muncul misalnya standar yang dikeluarkan oleh AICC (Airline Industry CBT Commettee), IMS, IEEE LOM, ARIADNE, dsb.
• Tahun 1999 :
Sebagai tahun Aplikasi E-learning berbasis Web. Perkembangan LMS menuju aplikasi e-learning berbasis Web berkembang secara total, baik untuk pembelajar (learner) maupun administrasi belajar mengajarnya. LMS mulai digabungkan dengan situs-situs informasi, majalah dan surat kabar. Isinya juga semakin kaya dengan perpaduan multimedia, video streaming serta penampilan interaktif dalam berbagai pilihan format data yang lebih standar dan berukuran kecil.
Melihat perkembangan e-learning dari dari masa ke masa yang terus berkembang mengikuti perkembangan teknologi, maka dapat disimpulkan bahwa e-learning akan menjadi sistem pemblajaran masa depan. Alasan efektifitas dan fleksibilitas akan menjadi alasan utama.
Untuk menyampaikan pembelajarannya, e-learning tidak harus selalu menggunakan internet. Banyak media -media lain yang dapat digunakan selain internet. Seperti intranet, cd, dvd, mp3, PDA dan lain-lain.. Penggunaan teknologi internet pada e-learning umumnya dengan pertimbangan memiliki jangkauan yang luas. Ada juga beberapa lembaga pendidikan dan perusahaan yang menggunakan jaringan intranet sebagai media e-learning sehingga biaya yang disiapkan relatif lebih murah.
B. Pengertian e. learning
Sistem pembelajaran elektronik atau e-pembelajaran (Inggris: Electronic learning disingkat E-learning) adalah cara baru dalam proses belajar mengajar. E-learning merupakan dasar dan konsekuensi logis dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Dengan e-learning, peserta ajar (learner atau murid) tidak perlu duduk dengan manis di ruang kelas untuk menyimak setiap ucapan dari seorang guru secara langsung. E-learning juga dapat mempersingkat jadwal target waktu pembelajaran, dan tentu saja menghemat biaya yang harus dikeluarkan oleh sebuah program studi atau program pendidikan.
Banyak pakar yang menguraikan definisi e-learning dari berbagai sudut pandang. Definisi yang sering digunakan banyak pihak adalah sebagai berikut:
a. E-learning merupakan suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media internet, intranet atau media jaringan komputer lain [Hartley, 2001].
b. E-learning adalah sistem pendidikan yang menggunakan aplikasi elektronik untuk mendukung belajar mengajar dengan media internet, jaringan komputer, maupun komputer standalone [LearnFrame.Com, 2001].
c. E-learning adalah semua yang mencakup pemanfaatan komputer dalam menunjang peningkatan kualitas pembelajaran, termasuk di dalamnya penggunaan mobile technologies seperti PDA dan MP3 players. Juga penggunaan teaching materials berbasis web dan hypermedia, multimedia CD-ROM atau web sites, forum diskusi, perangkat lunak kolaboratif, e-mail, blogs, wikis, computer aided assessment, animasi pendidkan, simulasi, permainan, perangkat lunak manajemen pembelajaran, electronic voting systems, dan lain-lain. Juga dapat berupa kombinasi dari penggunaan media yang berbeda [Thomas Toth, 2003; Athabasca University, Wikipedia].
d. Glossary of e-Learning Terms [Glossary, 2001] menyatakan suatu definisi yang lebih luas bahwa: e-Learning adalah sistem pendidikan yang menggunakan aplikasi elektronik untuk mendukung belajar mengajar dengan media Internet, jaringan komputer,maupun komputer standalone.
e. Thomson, Ganxglass, dan Simon (dalam Siahaan, 2004) bahwa e-learning merupakan suatu pengalaman belajar yang disampaikan melalui teknologi elektronika.
f. Menurut Loftus (2001) dalam Siahaan (2004) kegiatan e-learning lebih bersifat demokratis dibandingkan dengan kegiatan belajar pada pendidikan konvensional, karena peserta didik memiliki kebebasan dan tidak merasa khawatir atau ragu-ragu maupun takut, baik untuk mengajukan pertanyaan maupun menyampaikan pendapat/tanggapan karena tidak ada peserta belajar lainnya yang secara fisik langsung mengamati dan kemungkinan akan memberikan komentar, meremehkan, atau mencemoohkan pertanyaan maupun pernyataannya.
Sedangkan E-Learning adalah pembelajaran jarak jauh (distance Learning) yang memanfaatkan teknologi komputer, jaringan komputer dan/atau Internet. E-Learning memungkinkan pembelajar untuk belajar melalui komputer di tempat mereka masing-masing tanpa harus secara fisik pergi mengikuti pelajaran di kelas. E-Learning sering pula dipahami sebagai suatu bentuk pembelajaran berbasis web yang bisa diakses dari intranet di jaringan lokal atau internet. Sebenarnya materi e-Learning tidak harus didistribusikan secara on-line baik melalui jaringan lokal maupun internet, distribusi secara off-line menggunakan media CD/DVD pun termasuk pola e-Learning. Dalam hal ini aplikasi dan materi belajar dikembangkan sesuai kebutuhan dan didistribusikan melalui media CD/DVD, selanjutnya pembelajar dapat memanfatkan CD/DVD tersebut dan belajar di tempat di mana dia berada.
• Pembelajaran dengan perangkat komputer
E-Learning disampaikan dengan memanfaatkan perangkat komputer. Pada umumnya perangkat dilengkapi perangkat multimedia, dengan cd drive dan koneksi Internet ataupun Intranet lokal. Dengan memiliki komputer yang terkoneksi dengan intranet ataupun Internet, pembelajar dapat berpartisipasi dalam e-Learning. Jumlah pembelajar yang bisa ikut berpartisipasi tidak dibatasi dengan kapasitas kelas. Materi pelajaran dapat diketengahkan dengan kualitas yang lebih standar dibandingkan kelas konvensional yang tergantung pada kondisi dari pengajar.
• Pembelajaran formal vs. informal
E-Learning bisa mencakup pembelajaran secara formal maupun informal. E-Learning secara formal, misalnya adalah pembelajaran dengan kurikulum, silabus, mata pelajaran dan tes yang telah diatur dan disusun berdasarkan jadwal yang telah disepakati pihak-pihak terkait (pengelola e-Learning dan pembelajar sendiri).
Dengan munculnya Inovasi Teknologi Informatika berimbas pada dunia pendidikan yang ditandai oleh inovasi dan kreasi serta memudahkan pendidik dalam proses penyampaian bahan ajar kepada peserta didik.
Sebagaimana kita ketahui, bahwa dalam proses pendidikan terdapat 3 proses inti pendidikan (Core processes), yaitu:
1. Pengajaran (Teaching)
2. Penelitian (Research), dan
3. Pelayanan (Services)
Dimana ketiganya menjadi sumber akses bagi penggunaan dan pemanfaatan TI. Dan ada beberapa konsep yang melatar belakangi penggunanaan TI untuk kegiatan pendidikan, dan beberapa diantara sudah banyak diteapkan di sekolah-sekolah baik tingkat dasar maupun tingkat menengah, apalagi di perguruan tinggi. Penggunanaan teknologi ini telah berdampak langsung dan tidak langsung terhadap cara penyelenggaraan pendidikan yang mengarah pada peningkatan mutu sumber daya manusia (Soesianto dan Indrajit, 2004).
 Konsep-konsep tersebut diantaranya adalah:
a. Sebagai Media Simulasi
Penggunanaan teknologi IT untuk membantu tenaga pendidik dalam penyelenggaraan proses pembelajaran, terutama digunakan sebagai alat penggambaran/ilustrasi dari pelajaran yang sedang diajarkan sehingga peserta didik memperoleh gambaran jelas keterkaitan antara teori dengan gambaran nyatanya. Program aplikasi yang sering digunakan untuk keperluan ini adalah: Simulation Game, Multy media presentation, Interactive Study case, dan sebagainya.
b. Course Management
Course management adalah penggunaan TI untuk membantu pengajar maupun peserta didik dalam melakukan interaksi, kooperasi, dan komunikasi untuk penyelenggaraan sebuah kelas dengan mata ajar tertentu.
c. Virtual Class
Teknologi ini memungkinkan adanya kelas maya atau Virtual class. Kelas maya ini adalah penyelenggaraan proses belajar mengajar dari jarak jauh dengan memanfaatkan beberapa software khusus yang dihubungkan melalui jalur internet. Salah salah satu diantaranya adalah dengan teknologi Video Cronfrence.
d. Computer Based Training (CBT)
Konsep ini dianggap paling ampuh dalam menerapkan sistem belajar secara mandiri. Dengan cara seperti ini seorang peserta didik dapat mencari berbagai sumber literatur mata ajar yang diperlukannya dari internet. Sumber literatur yang ada di internet sangat banyak jumlahnya, jauh melebihi daya tampung perpustakaan yang ada di sekolah-sekolah pada umumnya.
Disamping itu pula, peserta didik dapat mempelajari sesuatu hal dari beberapa software yang sengaja dirancang untuk memberi kemudahan bagi seseorang dalam mempelajari sesuatu hal yang ingin dipelajarinya. Misalnya saja cara membuat animasi, cara membuat halaman Situs Web (Web Site) dan sebagainya.
g. Knowledge Portal.
Knowledge Portal (Portal Pengetahuan), adalah sekumpulan alamat situs web yang memiliki berbagai macam reverensi dari berbagai disiplin ilmu. Seseorang yang mencari informasi tentang salah satu disiplin ilmu, dengan mudah dapat langsung mengaksesnya melalui portal ini. Oleh sebab itu, keberadaan portal ini sangat membantu para pendidik dan peserta didik dalam upaya mengembangkan ilmu dan pengetahuan yang dimilikinya.
Peran perkembangan teknologi computer bagi pendidikan anak pada sekarang ini perkembangannya sangat pesat, saat ini teknologi komputer sudah menjadi sarana informasi dan pendidikan khususnya teknologi internet. Dalam hal pendidikan, komputer dapat dipergunakan sebagai alat bantu (media) dalam proses belajar mengajar baik untuk guru maupun siswa yang mempunyai fungsi sebagai Media tutorial, alat peraga dan juga alat uji dimana tiap fungsi tersebut masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Sebagai media tutorial, komputer memiliki keunggulan dalam hal interaksi, menumbuhkan minat belajar mandiri serta dapat disesuaikan dengan kebutuhan siswa/anak. Tetapi interaksi komputer dengan manusia belum dapat menggantikan interaksi manusia dengan manusia, selain itu mempunyai kelemahan lain yaitu kemauan belajar mandiri yang masih rendah. Komputer sebagai alat uji memiliki keunggulan dalam keobyektifan, ketepatan dan kecepatan dalam penghitungan tetapi masih belum dapat menilai soal-soal essay, pendapat dan hal yang terkait dengan moral dan etika.
Yang terakhir, sebagai media alat peraga, komputer mempunyai kelebihan dapat memperagakan percobaan tanpa adanya resiko, tetapi membutuhkan waktu dalam pengembangannya.
Sebelum memperkenalkan komputer kepada anak, orangtua maupun guru seharusnya dapat memahami perkembangan pemahaman anak, dimana pada usia 0 -2 tahun anak mendapatkan pemahamannya dari penginderaannya. Kemudian usia 2 – 7 tahun anak mulai belajar menggunakan bahasa, angka dan simbol-simbol tertentu. Pada usia 7 – 12 tahun anak mulai dapat berpikir logis, terutama yang berhubungan dengan obyek yang tampak langsung olehnya.
Yang saat ini perlu menjadi perhatian bagi orangtua maupun guru adalah bagaimana cara memperkenalkan komputer kepada anak. Hal yang perlu dicoba adalah dengan program-program aplikasi (software) yang bersifat “Edutainment” yaitu perpaduan antara education (pendidikan) dan entertainment (hiburan). Selain itu program (software) aplikasi “Edutainment” tersebut mempunyai kemampuan menumbuhkembangkan kreatifitas dan imajinasi anak serta melatih saraf motorik anak. Contohnya program permainan kombinasi benda, menyusun benda atau gambar (Puzzle) serta program berhitung dan software-software lain yang didukung perangkat multimedia.
C. Fungsi Pembelajaran Elektronik (e-learning)
Ada 3 (tiga) fungsi pembelajaran elektronik terhadap kegiatan pembelajaran di dalam kelas (classroom instruction) :
1. Suplemen (tambahan)Dikatakan berfungsi sebagai suplemen apabila peserta didik mempunyai kebebasan memilih, apakah akan memanfaatkan materi pembelajaran elektronik atau tidak. Dalam hal ini tidak ada kewajiban/keharusan bagi peserta didik untuk mengakses materi pembelajaran elektronik. Sekalipun sifatnya opsional, peserta didik yang memanfaatkannya tentu akan memiliki tambahan pengetahuan atau wawasan.
2. Komplemen (pelengkap)Dikatakan berfungsi sebagai komplemen apabila materi pembelajaran elektronik diprogramkan untuk melengkapi materi pembelajaran yang diterima peserta didik di dalam kelas. Sebagai komplemen berarti materi pembelajaran elektronik diprogramkan untuk melengkapi materi pengayaan atau remedial. Dikatakan sebagai pengayaan (enrichment), apabila kepada peserta didik yang dapat dengan cepat menguasai/ memahami materi pelajaran yang disampaikan pada saat tatap muka diberi kesempatan untuk mengakses materi pembelajaran elektronik yang memang secara khusus dikembangkan untuk mereka. Tujuannya agar semakin memantapkan tingkat penguasaan terhadap materi pelajaran yang telah diterima di kelas. Dikatakan sebagai program remedial, apabila peserta didik yang mengalami kesulitan memahami materi pelajaran pada saat tatap muka diberikan kesempatan untuk memanfaatkan materi pembelajaran elektronik yang memang secara khusus dirancang untuk mereka. Tujuannya agar peserta didik semakin mudah memahami materi pelajaran yang disajikan di kelas.
3. Substitusi (pengganti) apabila e-learning dilakukan sebagai pengganti kegiatan belajar, misalnya dengan menggunakan model-model kegiatan pembelajaran. Ada 3 (tiga) alternatif model yang dapat dipilih, yakni :
a) Sepenuhnya secara tatap muka (konvensional).
b) Sebagian secara tatap muka dan sebagian lagi melalui internet, atau bahkan
c) sepenuhnya melalui internet.
D. Penyelenggaraan e. learning
Pembelajaran elektronik (e-learning) telah dimulai pada tahun 1970-an. Beberapa 3 hal penting yang dapat ditarik sebagai persyaratan kegiatan belajar elektronik (e-learning), yaitu :
a. Kegiatan pembelajaran dilakukan melalui pemanfaatan jaringan (misalnya penggunaan internet).
b. Tersedianya dukungan layanan belajar yang dapat dimanfaatkan oleh peserta didik, misalnya CD-Room, atau bahan cetak, dan
c. Tersedianya dukungan layanan tutor yang dapat membantu peserta didik apabila mengalami kesulitan.
Di samping ketiga persyaratan tersebut masih dapat ditambahkan persyaratan lainnya, seperti adanya :
a. Lembaga yang menyelenggarakan/ mengelola kegiatan e-learning,
b. Sikap positif dari peserta didik dan pendidik/tenaga kependidikan terhadap teknologi komputer dan internet.
c. Rancangan sistem pembelajaran yang dapat dipelajari/diketahui oleh setiap peserta didik.
d. Sistem evaluasi terhadap kemajuan atau perkembangan belajar peserta didik, dan
e. Mekanisme umpan balik yang dikembangkan oleh lembaga penyelenggara.
Ada beberapa pertimbangan untuk menggunakan e-learning dewasa ini, antara lain :
a. harga perangkat komputer semakin lama semakin terjangkau (tidak lagi diperlakukan sebagai barang mewah).
b. Peningkatan kemampuan perangkat komputer dalam mengolah data lebih cepat dan kapasitas penyimpanan data semakin besar. Memperluas akses atau jaringan komunikasid. Memperpendek jarah dan mempermudah komunikasie. Mempermudah pencarian atau penelusuran informasi melalui internet.
E. Kelebihan e. learning
Kelebihannya yaitu peserta didik dapat merasa senang dan tidak bosan dengan materi yang diajarkan karena menggunakan alat bantu seperti video, audio dan juga dapat menggunakan alat bantu seperti komputer bagi sekolah yang sudah mempunyai peralatan komputer.
Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang semakin hari semakin berkembang telah memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap dunia pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini interaksi antara guru dan peserta didik tidak hanya dilakukan melalui hubungan tatap muka tetapi juga dilakukan dengan menggunakan mediamedia tersebut.
Guru dapat memberikan layanan tanpa harus berhadapan langsung dengan peserta didik atau guru menggunakan alat bantu seperti video dan music yang dapat membuat anak merasa tidak bosan. Dengan menggunakan alat bantu video dan musik peserta didik dapat belajar dengan suasana yang tidak membosankan karena pada dasarnya peserta didik mempunyai daya pikir sendiri untuk dapat mengembangkan kemampuannya dalam memperoleh informasi dari yang dipelajarinya.
Sedangkan dengan menggunakan media lain seperti computer peserta didik dapat juga memperoleh informasi dalam lingkup yang lebih luas dari berbagai sumber melalui ruang maya dengan menggunakan internet. Hal yang paling mutakhir adalah berkembangnya apa yang disebut “cyber teaching” atau pengajaran maya, yaitu proses pengajaran yang dilakukan dengan menggunakan media teknologi komunikasi dan informasi khususnya internet.
Aplikasi E-Learning dapat disimpulkan bahwa :
1. Model Pembelajarn e-Learning bisa menggunakan jasa audio, video atau perangkat komputer atau kombinasi dari ketiganya.

2. Proses belajar mengajar menggunakan alat bantu video dan musik dapat mendorong peserta didik untuk belajar dengan diiringin musik dan gambargambar atau tampilan yang menarik lewat video sehingga peserta didik lebih senang yang tidak merasa bosan dengan bahan yang diajarkan dan proses belajar mengajar menggunakan alat bantu komputer dapat juga mendorong peserta didik selalu ingin tau mengenai informasi yang ingin didapat sehingga peserta didik lebih aktif untuk mencari informasi.
Berikut ini diuraikan 7 kelebihan dan 7 kekurangan sistem eLearning dalam implementasinya, yaitu :
 Kelebihan e. learning
1. Pembelajar dapat belajar kapan saja dan dimana saja mereka punya akses internet.
2. Menghemat waktu proses belajar dan mengajar dan mengurangi biaya perjalanan.
3. Pembelajar dapat memilih materi pembelajaran sesuai dengan level pengetahuan dan interesnya serta menghemat biaya pendidikan secara keseluruhan (infrastruktur, peralatan, buku).
4. Fleksibilitas untuk bergabung dalam forum diskusi setiap saat, atau menjumpai teman sekelas dan pengajar secara remote melalui ruang chatting serta menjangkau wilayah geografis yang lebih luas.
5. Mampu memfasilitasi dan menerapkan gaya belajar yang berbeda melalui beragam aktivitas.
6. Pengembangan keterampilan TIK yang mampu mendukung aktivitas lain pembelajar dan melatih pelajar/siswa lebih mandiri dalam mendapatkan ilmu pengetahuan.
7. Keberhasilan menyelesaikan pembelajaran/perkuliahan online mampu membangun kemampuan belajar mandiri dan kepercayaan diri pembelajar serta mendorong pembelajar untuk lebih bertanggung jawab dalam studinya.
F. Kekurangan e-learning
Guru banyak yang belum siap menggunakan metode e-learning dan masih
mengajar menggunakan metode ceramah serta belum terampil menggunakan fasilitas seperti video dan komputer.
1. Pembelajar yang tidak termotivasi dan perilaku belajar yang buruk akan terbelakang/tertinggal dalam pembelajaran.
2. Pembelajar dapat merasakan terisolasi dan bermasalah dalam interaksi social.
3. Pengajar tidak mungkin selalu dapat menyediakan waktu pada saat dibutuhkan.
4. Koneksi internet yang lambat dan tidak handal dapat menimbulkan rasa frustasi.
5. Beberapa subjek/matakuliah bisa saja sulit direalisasikan dalam bentuk eLearning.
6. Pembelajar harus menyediakan waktu untuk mempelajari software/aplikasi eLearning sehingga dapat mengganggu beban belajarnya.
7. Pembelajar yang tidak familiar dengan struktur dan rutin software akan tertinggal dari temannya sekelas.