Senin, 25 Juli 2011

Apresiasi Sastra

2.1 Definisi Apresiasi Sastra
Istilah apresiasi berasal dari bahasa Inggris "apresiation" yang berarti penghargaan, penilaian, pengertian. Bentuk itu berasal dari kata kerja " ti appreciate" yang berarti menghargai, menilai, mengerti dalam bahasa indonesia menjadi mengapresiasi. Dengan demikian, yang dimaksud dengan apresiasi sastra adalah penghargaan, penilaian, dan pengertian terhadap karya sastra, baik yang berbentuk puisi maupun prosa atau suatu kegiatan menggauli sastra dengan sungguh-sungguh hingga tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap cipta sastra.
Untuk pengertian sastra anak, yaitu :
(1) Sastra anak-anak adalah sastra yang ditulis oleh pengarang yang usianya remaja atau dewasa isi dan bahasanya mencerminkan corak kehidupan dan kepribadian anak.
(2) Sastra anak-anak adalah sastra yang ditulis oleh pengarang yang usianya masih tergolong anak-anak yang isi dan bahasanya mencerminkan corak kehidupan dan kepribadian anak.
Dengan demikian, sastra anak-anak dapat dikatakan bahwa suatu karya sastra yang bahasa dan isinya sesuai perkembangan usia dan kehidupan anak, baik ditulis oleh pengarang yang sudah dewasa, remaja atau oleh anak-anak itu sendiri. Karya sastra yang dimaksud bukan hanya yang berbentuk puisi dan prosa, melainkan juga bentuk drama.

2.2 Jenis Apresiasi Sastra
Jenis sastra (anak-anak) terdiri atas:
(1) Puisi
Secara etimologi istilah puisi berasal dari bahasa Yunani “poeima” = membuat atau “poeisis” = pembuatan. Sedangkan dalam bahasa Inggris disebut “poem” atau “poetry”.
Merupakan pengungkapan gagasan dan perasaan dalam bentuk rangkaian bait. Apresiasi puisi dapat dilakukan dengan memadukannya dengan empat aspek keterampilan berbahasa, yakni: mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.
Apresiasi puisi yang berkaitan dengan tujuan tersebut dapat dilakukan dengan cara membaca, mendeklamasikan, menciptakan puisi, dan mendiskusikan tema, keindahan bahasa, serta hal-hal yang menarik dari puisi tersebut.
Seperti bentuk karya sastra lain, puisi mempunyai ciri-ciri khusus. Pada umumnya penyair mengungkapkan gagasan dalam kalimat yang relatif pendek-pendek serta padat, ditulis berderet-deret ke bawah (dalam bentuk bait-bait), dan tidak jarang menggunakan kata-kata/kalimat yang bersifat konotatif.
Struktur dan ragam puisi sebagai karya cipta kreatif jika dilihat dari ciri-cirinya terus mengalami perubahan zaman. Misal di masa lampau, penciptaan puisi harus memenuhi ketentuan jumlah baris, ketentuan rima dan persyaratan lain (Wirjosoedarmo:karangan terikat). Definisi tersebut tentu saja tidak tepat lagi untuk masa sekarang karena saat ini penyair sudah lebih bebas dan tidak harus tunduk pada persyaratan-persyaratan tertentu.
Menurut zaman puisi dibagi dalam dua kategori :
1. Puisi Lama, dengan ciri-ciri :
a. Merupakan puisi rakyat yang tak dikenal nama pengarangnya
b. Disampaikan lewat mulut ke mulut, jadi merupakan sastra lisan
c. Sangat terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata maupun rima
Yang termasuk puisi lama adalah :
a. Mantra, adalah ucapan-ucapan yang dianggap memiliki kekuatan gaib.
Assalammu’alaikum putri satulung besar
Yang beralun berilir simayang
Mari kecil, kemari
Aku menyanggul rambutmu
Aku membawa sadap gading
Akan membasuh mukamu

b. Pantun, adalah puisi yang bercirikan bersajak a-b-a-b, tiap bait 4 baris, tiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, 2 baris awal sebagai sampiran, 2 baris berikutnya sebagai isi. Pembagian pantun menurut isinya terdiri dari pantun anak, muda-mudi, agama/nasihat, teka-teki, jenaka.
Contoh pantun :
a). Jalan-jalan ke kota Blitar b. Membawa peti dari malaka
jangan lupa beli sukun Berisi pakaian si anak raja
Jika kamu ingin pintar Kalau hati sudah merasa suka
belajarlah dengan tekun Semua keadaan indah di mata

c. Karmina, adalah pantun kilat seperti pantun tetapi pendek.
d. Seloka, adalah pantun berkait.
e. Gurindam, adalah puisi yang berdirikan tiap bait 2 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat.
 Kurang pikir kurang siasat (a)  Barang siapa tinggalkan sembahyang (b)
Tentu dirimu akan tersesat (a) Bagai rumah tiada bertiang (b)
f. Syair, adalah puisi yang bersumber dari Arab dengan ciri tiap bait 4 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat atau cerita.
Bila dua orang wanita berbicara
mereka tidak mengatakan apa-apa
tetapi jika seorang saja yang berbicara
dia akan membuka semua tabir kehidupannya

g. Talibun, adalah pantun genap yang tiap bait terdiri dari 6, 8, ataupun 10 baris.
2. Puisi Baru dengan ciri-ciri :
a. bentuknya lebih bebas daripada puisi lama, baik dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun rima

Menurut isinya, puisi baru dibedakan atas:
a. Balada, adalah puisi berisi kisah/cerita.
b. Himne, adalah puisi pujaan untuk Tuhan, tanah air, atau pahlawan.
c. Ode, adalah puisi sanjungan untuk orang yang berjasa.
d. Epigram, adalah puisi yang berisi tuntunan/ajaran hidup.
e. Romance, adalah puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih.
f. Elegi, adalah puisi yang berisi ratap tangis/kesedihan.
g. Satire, adalah puisi yang berisi sindiran/kritik
Contoh puisi moderen
biduk di langit masih kering tertawa
melihat aku yang tetap bercumbu dengan khayal
menari kata dalam balutan puisi
membingkaikan rasa dalam bait
puisi adalah aku
aku bercinta dengan kata
dan merangkai menjadi satu kenangan indah
dekapan kalimat panjang membuai mesra diriku
kutemukan ada detak lemah setia

(2) Prosa
Prosa ialah karya sastra yang berbentuk cerita yang bebas, tidak terikat oleh rima (bunyi yang berselang/berulang di dalam/akhir larik), irama, dan kemerduan bunyi (meliputi euphony/mengambarkan keriangan, cacophony/bernuansa ketertekanan batin, kebekuan dan kesedihan, onomatope/sugesti suara yang sebenarnya). Prosa juga pemaparan pemikiran dan perasaan melalui bentuk paragraf demi paragraf.
(3) Drama
Merupakan pengemukaan gagasan dan perasan melalui bentuk dialog antara berbagai tokoh. Drama adalah salah satu genre sastra yang berada pada dua dunia seni, yaitu seni sastra dan seni pertunjukan atau teater. Orang yang melihat drama sebagai seni sastra menunjukkan perhatiannya pada seni tulis teks drama yang dinamakan juga dengan seni lakon. Teknik penulisan teks drama berbeda dengan teknik penulisan puisi atau prosa. Orang yang menganggap drama sebagai seni pertunjukan (teater) fokus perhatiannya ditujukan pada pertunjukannya atau pementasannya, tidak semata pada teksnya saja.
Drama anak merupakan suatu bentuk drama yang diperankan/ tokoh pelakunya adalah anak-anak. Misalnya: opera anak (trans7), ketoprak anak, dll.



2.3 Metode Apresiasi Sastra
Metode apresiasi sastra terbagi dalam dua kategori :
1. Apresiasi secara langsung : membaca atau menikmati cipta sastra berupa teks maupun performansi secara langsung.
2. Apresiasi secara secara tidak langsung : dapat dilakukan semisal mempelajari teori sastra, membaca artikel yang berkaitan dengan kesastraan, memberikan penilaian, dan mempelajari sejarah tentang sastra.
3. Apresiasi secara dokumentatif : Termasuk dalam kegiatan ini antara lain upaya mengumpulkan atau mengadakan koleksi tentang hasil-hasil karya sastrawan, mengumpulkan buku, artikel, atau pembahasan tentang sastra, khususnya prosa
4. Apresiasi secara kreatif : Termasuk dalam kegiatan ini adalah melakukan upaya penciptaan prosa itu sendiri atau menulis tentang prosa.


2.4 Tahapan Apresiasi Sastra
Adapun tahapan dalam apresiasi sastra, adalah :
1. Tingkat menggemari, yang ditandai oleh adanya rasa tertarik kepada buku-buku sastra serta keinginan membacanya dengan sungguh-sungguh, anak melakukan kegiatan kliping sastra secara rapi, atau membuat koleksi pustaka mini tentang karya sastra dari berbagai bentuk.
2. Tingkat menikmati, yaitu mulai dapat menikmati cipta sastra karena mulai tumbuh pengertian, anak dapat merasakan nilai estetis saat membaca puisi anak-anak, atau mendengarakan deklamasi puisi/prosa anak-anak, atau menonton drama anak-anak.
3. Tingkat mereaksi, yaitu mulai ada keinginan utuk menyatakan pendapat tentang cipta sastra yang dinikmati misalnya menulis sebuah resensi, atau berdebat dalam suatu diskusi sastra secara sederhana. Dalam tingkat ini juga termasuk keinginan untuk berpartisipasi dalam berbagai kegiatan sastra.
4. Tingkat produktif, yaitu mulai ikut menghasilkan ciptasastra di berbagai media masa seperti koran, majalah atau majalah dinding sekolah yang tersedia, baik dalam bentuk puisi, prosa atau drama (Wardani 1981)
5. Tingkat penikmatan, misalnya menikmati pembacaan/deklamasi puisi,menonton drama, mendengarkan cerita.
6. Tingkat penghargaan, misalnya memetik pesan positif dalam cerita, mengagumi suatu karya sastra, meresapkan nilai-nilai humanistik dalam jiwa; menghayati amanat yang terkandung dalam puisi yang dibacanya atau yang dideklamasikan.
7. Tingkat pemahaman, misalnya mengemukakan berbagai pesan-pesan yang terkandung dalam karya sastra setelah menelaah atau menganalisis unsur instrinsik-ekstrinsiknya, baik karya puisi, prosa maupun drama anak-anak.
8. Tingkat penghayatan, misalnya melakukan kegiatan mengubah bentuk karya sastra tertentu ke dalam bentuk karya lainnya (parafrase), misalnya mengubah puisi ke dalam bentuk prosa, mengubah prosa ke dalam bentuk drama, menafsirkan menemukan hakikat isi karya sastra dan argumentasinya secara tepat.
9. Tingkat implikasi, misalnya mengamalkan isi sastra, mendayagunakan hasil apresiasi sastra untuk kepentingan peningkatan harkat kehidupan (Suparman dalam Tarigan 2000)

2.5 Tujuan dan Manfaat Apresiasi Sastra
Manfaat apresiasi sastra, diantaranya :
1. melatih keempat keterampilan berbahasa, yakni mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis
2. menambah pengetahuan tentang pengalaman hidup manusia seperti adat istiadat, agama, kebudayaan, dsb,
3. membantu mengembangkan pribadi,
4. membantu pembentukan watak,
5. memberi kenyamanan,
6. meluaskan dimensi kehidupan dengan pengalaman baru (Wardani 1981)
Selain itu, manfaat lain dari apresiasi sastra, diantaranya :
1. Nilai personal
memberi kesenangan, mengembangkan imajinasi, memberi pengalaman yang dapat terhayati, mengembangkan pandangan ke arah persoalan kemanusiaan, menyajikan pengalaman yang bersifat emosional;
2. Nilai pendidikan
Membantu perkembangan bahasa, meningkatkan kelancaran-kemahiran membaca, meningkatkan keterampilan menulis, mengembangkan kepekaan terhadap sastra (Huck 1987)
Pembelajaran Sastra dimaksudkan Untuk meningkatkan kemampuan siswa mengapresiasikan karya sastra. Menurut Huck (1987 : 630-623) bahwa pembelajaran sastra harus irri pengalaman pada siswa yang akan berkontribusi pada 4 tujuan, yakni :
1. Pencarian kesenangan Pada buku
2. Menginterprestasikan bacaan sastra
3. Mengembangkan kesadaran bersastra
4. Mengembangkan apresiasi




2.6 Unsur-unsur Apresiasi Sastra
Squire dan Taba berkesimpulan bahwa sebagai suatu proses, apresiasi melibatkan tiga ciri inti, yaitu:
1. Aspek kognitif sejalan pengertian, pengertian berkaitan dengan pemahaman tentang teori-teori dasar sastra, seperti pengertian puisi, unsur-unsur instrinsik prosa, dan lain-lain.
2. Aspek emotif sejalan dengan kepekaan perasaan, kepekaan perasaan berkaitan dengan kemampuan menikmati dan menampilkan nilai-nilai keindahan yang terkandung dalam karya sastra, seperti rasa senang tidak senang, berkenaan dengan cerita dan tokoh, perasaan terharu dan gembira berkenaan dengan nasib tokoh, perasaan takut, kecewa, dan kagum berkenaan dengan gambaran peristiwa dalam cerita yang tergambar pada ekspresi wajah, gestur tubuh dan atau intonasi pada saat pembacaan karya sastra tertentu.
3. Aspek evaluatif berkaitan dengan kepekaan pikiran kritis dan penghargaan yang positif :
a. Penghargaan berkaitan dengan sikap pandang positif terhadap sastra bahwa sastra memiliki nilai-nilai positif yang bermanfaat bagi penjernihan batin, peningkatan harkat kehidupan individual-sosial.
b. Kepekaan pikiran kritis berkaitan dengan kemampuan memahami dan mengungkapkan sinstesis tentang makna atau nilai-nilai yang dikandung suatu karya sastra setelah mengadakan analisis yang teliti, saksama dan menyeluruh.
Apresiasi sastra anak-anak merupakan serangkaian kegiatan bermain dengan sastra sehingga tumbuh pemahaman, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, kepekaan perasaan yang baik bagi anak terhadap karya sastra anak-anak.

2.7 Ciri-ciri Apresiasi Sastra
Ciri pembelajaran apresiasi satra (anak) diantaranya :
1. Ciri keterbacaan, meliputi :
a. Bahasa yang digunakan dapat dipahami anak, artinya kosa kata yang digunakan dikenal oleh anak, susunan kalimatnya sederhana sehingga dapat dipahami oleh anak
b. Pesan yang dikandung puisi dapat dibaca dan dipahami anak karena tidak bersifat diapan (tersembunyi) melainkan bersifat transparan atau eksplisit.
2. Ciri kesesuaian
a. Kesesuaian dengan kelompok usia anak, pada usia anak sekolah dasar menyukai puisi yang membicarakan kehidupan sehari-hari , petualangan, kehidupan keluarga yang nyata.
b. Kesesuaian dengan lingkungan sekitar tempat anak berada. Artinya, anak yang berada di lingkungan sekitar pantai akan bersemangat jika puisi yang diberikan untuk dipelajari adalah puisi yang berbicara tentang pantai. Atau pada musim kemarau, puisi yang diajadikan irri ajar adalah puisi yang berbicara tentang kemarau
Adapun cirri-ciri apresiasi sastra sesuai dengan jenisnya yaitu:
1. Puisi
a. isi sajak harus merupakan pengalaman dari dunia anak sesuai umur dan taraf perkembangan jiwa anak,
b. sajak itu memiliki daya tarik terhadap anak,
c. sajak itu harus memiliki keindahan lahiriah bahasa, misalnya irama yang hidup, tekanan kata yang nyata, permainan bunyi, dan lain-lain,
d. perbendaharaan kata yang sesuai dengan dunia anak.
2. Prosa
a. Bahasa yang digunakan haruslah sesuai dengan tingkat perkembangan bahasa anak.
b. Isi ceritanya haruslah sesuai dengan tingkat usia
c. latarnya dikenal anak, alurnya berbentuk maju dan tunggal, penokohannya dari kalangan anak dengan jumlah sekitar 3-4 orang, temanya tentang kehidupan sehari-hari, petualangan, olahraga, dan keluarga


3. Drama
Drama anak-anak tidak jauh beda dengan cerita anak-anak, baik dari segi bahasanya, tema, pesannya. Yang berbeda adalah dari segi dialog yang sederhana dan jumlah adegan yang tidak terlalu panjang dan berbelit.


2.8 Prinsip-prinsip Apresiasi Sastra
Pembelajaran apresiasi sastra meliputi pembelajaran apresiasi puisi, prosa, dan drama. Ada beberapa prinsip dalam pelaksanaan pembelajaran apresiasi sastra. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut :
1. Pembelajaran sastra berfungsi untuk meningkatkan kepekaan rasa pada budaya bangsa.
2. Pembelajaran sastra memberikan kepuasan batin dan pengayaan daya estetis melalui bahasa.
3. Pembelajaran apresiasi sastra bukan pelajaran sejarah, aliran, dan teori sastra.
4. Pembelajaran apresiasi sastra adalah pembelajaran untuk memahami nilai kemanusiaan di dalam karya yang dapat dikaitkan dengan nilai kemanusiaan di dalam dunia nyata.

2.9 Penilaian Apresiasi Sastra
Standar kompetensi yang harus dicapai melalui pembelajaran Bahasa Indonesia adalah meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomununikasi dalam Bahasa Indonesia, baik secara lisan maupun tulisan serta menimbulkan penghargaan terhadap hasil cipta manusia Indonesia. Standar kompetensi tersebut dimaksudkan agar peserta didik siap mengakses situasi multi global lokal yang berorientasi pada keterbukaan dan kemasa depanan. Untuk itu, maka guru harus dapat membantu mereka membangun berbagai strategi komunikasi yang membuat mereka dapat menghadapi situasi kritis yang akan mereka hadapi.

Begitu pentingnya kemampuan berbahasa, sehingga masalah kemampuan berbahasa khususnya kemampuan baca-tulis atau literasi (melek huruf) menurut Azies dan Alwasilah (1997: 12) dan Akhadiah (1992: 18) di seluruh dunia masalah literasi atau melek huruf (membaca dan menulis) ini merupakan persoalan manusiawi sepenting dan semendasar persoalan pangan dan papan. Untuk itu, maka menurut Gani (1995: 1) proses pendidikan bahasa sejak di sekolah dasar harus mampu mewujudkan lulusan yang melek huruf dalam arti yang lebih luas yaitu melek teknologi dan melek pikir yang keseluruhannya juga mengarah pada melek kebudayaan.
Untuk mengukur keberhasilan pembelajaran ini, terdapat model-model penilaian pembelajaran keterampilan berbahasa baik lisan maupun tulis. Menurut Sugito (Santosa, 2003) penilaian pembelajaran keterampilan berbahasa lisan, meliputi penilaian menyimak dan berbicara, sementara penilaian keterampilan berbahasa tulis meliputi penilaian keterampilan membaca dan menulis. Sementara menurut Soegito (Santosa, 2003) dan menurut Oller ( Rofi’uddin, 1999) jenis-jenis tes yang dapat digunakan untuk menilai kemamampuan berbahasa banyak ragamnya, seperti jenis tes untuk penilaian pembelajaran menyimak, di antaranya tes respons terbatas, tes respons pilihan ganda, tes komunikasi luas, dan dikte. Sementara dalam penilaian kemampuan berbicara terdapat jenis tes, yaitu tes respon terbatas, tes terpadu, dan tes wawancara, tes kemampuan berbicara berdasarkan gambar, bercerita, diskusi, dan tes ujaran terstruktur, seperti mengatakan kembali, membaca kutipan, mengubah kalimat, dan membuat kalimat.
Penilaian Berbasis Kelas (PBK) merupakan penilaian yang dilaksanakan terpadu dengan kegiatan belajar mengajar di kelas (berbasis kelas) melalui pengumpulan kerja peserta didik (portfolio), hasil karya (produk), penugasan (proyek), kinerja (performance), dan tertulis (paper and pen).

PBK yang dilakukan guru secara terpadu dengan kegiatan pembelajaran berguna untuk :
(a) umpan balik bagi peserta didik dalam mengetahui kemampuan dan kekurangannya sehingga menimbulkan motivasi untuk memperbaiki hasil belajarnya;
(b) memantau kemajuan dan mendiagnosis kemampuan belajar peserta didik sehingga memungkinkan dilakukannya pengayaan dan remediasi untuk memenuhi kebutuhan peserta didik sesuai dengan kemajuan dan kemampuannya;
(c) memberikan masukan bagi guru untuk memperbaiki program pembelajarannya di kelas;
(d) memungkinkan peserta didik mencapai kompetensi yang telah ditentukan walaupun dengan kecepatan belajar yang berbeda-beda;
(e) memberikan informasi yang lebih komunikatif kepada masyarakat tentang efektivitas pendidikan sehingga mereka dapat meningkatkan partisipasinya di bidang pendidikan.

1 komentar: