Dalam tahun-tahun belakangan ini telah terjadi pergeseran paradigma dalam pembelajaran ke arah paradigma konstruktivisme. Menurut pandangan ini bahwa pengetahuan tidak begitu saja bisa ditransfer oleh guru ke pikiran siswa, tetapi pengetahuan tersebut dikonstruksi di dalam pikiran siswa itu sendiri. Guru bukanlah satu-satunya sumber belajar bagi siswa (teacher centered), tetapi yang lebih diharapkan adalah bahwa pembelajaran berpusat pada siswa (student centered). Dalam kondisi seperti ini, guru atau pengajar lebih banyak berfungsi sebagai fasilitator pembelajaran. Jadi, siswa atau pebelajar sebaiknya secara aktif berinteraksi dengan sumber belajar, berupa lingkungan. Lingkungan yang dimaksud (menurut Arsyad, 2002) adalah guru itu sendiri, siswa lain, kepala sekolah, petugas perpustakaan, bahan atau materi ajar (berupa buku, modul, selebaran, majalah, rekaman video, atau audio, dan yang sejenis), dan berbagai sumber belajar serta fasilitas (OHP, perekam pita audio dan video, radio, televisi, komputer, perpustakaan, laboratorium, pusat-pusat sumber belajar, termasuk alam sekitar).
Bertitik tolak dari kenyataan tersebut di atas, maka proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah suatu proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan (isi atau materi ajar) dari sumber pesan melalui saluran/media tertentu ke penerima pesan (siswa/pebelajar atau mungkin juga guru). Penyampaian pesan ini bisa dilakukan melalui simbul-simbul komunikasi berupa simbul-simbul verbal dan non-verbal atau visual, yang selanjutya ditafsirkan oleh penerima pesan (Criticos, 1996). Adakalanya proses penafsiran tersebut berhasil dan terkadang mengalami kegagalan. Kegagalan ini bisa saja disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya adanya hambatan psikologis (yang menyangkut minat, sikap, kepercayaan, inteligensi, dan pengetahuan), hambatan fisik berupa kelelahan, keterbatasan daya alat indera, dan kondisi kesehatan penerima pesan. Faktor lain yang juga berpengaruh adalah hambatan kultural (berupa perbedaan adat istiadat, norma-norma sosial, kepercayaan dan nilai-nilai panutan), dan hambatan lingkungan yaitu hambatan yang ditimbulkan oleh situasi dan kondisi keadaan sekitar (Sadiman, dkk., 1990).
Untuk mengatasi kemungkinan hambatan-hambatan yang terjadi selama proses penafsiran dan agar pembelajaran dapat berlangsung secara efektif, maka sedapat mungkin dalam penyampaian pesan (isi/materi ajar) dibantu dengan menggunakan media pembelajaran. Diharapkan dengan pemanfaatan sumber belajar berupa media pembelajaran, proses komunikasi dalam kegiatan belajar mengajar berlangsung lebih efektif (Gagne, 1985) dan efisien.
Perkembangan ilmu dan teknologi semakin mendorong usaha-usaha ke arah pembaharuan dalam memanfaatkan hasil-hasil teknologi dalam pelaksanaan pembelajaran. Dalam melaksanakan tugasnya, guru (pengajar) diharapkan dapat menggunakan alat atau bahan pendukung proses pembelajaran, dari alat yang sederhana sampai alat yang canggih (sesuai dengan perkembangan dan tuntutan jaman). Bahkan mungkin lebih dari itu, guru diharapkan mampu mengembangkan keterampilan membuat media pembelajarannya sendiri. Oleh karena itu, guru (pengajar) harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pembelajaran, yang meliputi (Hamalik, 1994): (i) media sebagai alat komunikasi agar lebih mengefektifkan proses belajar mengajar; (ii) fungsi media dalam rangka mencapai tujuan pendidikan; (iii) hubugan antara metode mengajar dengan media yang digunakan; (iv) nilai atau manfaat media dalam pengajaran; (v) pemilihan dan penggunaan media pembelajaran; (vi) berbagai jenis alat dan teknik media pembelajaran; dan (vii) usaha inovasi dalam pengadaan media pembelajaran.
Berdasarkan deskripsi di atas, maka media adalah bagian yang sangat penting dan tidak terpisahkan dari proses pembelajaran, terutama untuk mencapai tujuan pembelajaran itu sendiri. Oleh karena itu, lebih jauh perlu dibahas tentang arti, posisi, fungsi, klasifikasi, dan karakteristik beberapa jenis media, untuk mendapatkan gambaran dan pemahaman sebelum menggunakan atau mungkin memproduksi media pembelajaran.
ARTI, POSISI DAN FUNGSI MEDIA PEMBELAJARAN
Pengertian Media Pembelajaran
Media (bentuk jamak dari kata medium), merupakan kata yang berasal dari bahasa latin medius, yang secara harfiah berarti ‘tengah’, ‘perantara’ atau ‘pengantar’ (Arsyad, 2002; Sadiman, dkk., 1990). Oleh karena itu, media dapat diartikan sebagai perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Media dapat berupa sesuatu bahan (software) dan/atau alat (hardware). Sedangkan menurut Gerlach & Ely (dalam Arsyad, 2002), bahwa media jika dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi, yang menyebabkan siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Jadi menurut pengertian ini, guru, teman sebaya, buku teks, lingkungan sekolah dan luar sekolah, bagi seorang siswa merupakan media. Pengertian ini sejalan dengan batasan yang disampaikan oleh Gagne (1985), yang menyatakan bahwa media merupakan berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang untuk belajar.
Banyak batasan tentang media, Association of Education and Communication Technology (AECT) memberikan pengertian tentang media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan dan informasi. Dalam hal ini terkandung pengertian sebagai medium (Gagne, et al., 1988) atau mediator, yaitu mengatur hubungan yang efektif antara dua pihak utama dalam proses belajar -siswa dan isi pelajaran. Sebagai mediator, dapat pula mencerminkan suatu pengertian bahwa dalam setiap sistem pengajaran, mulai dari guru sampai kepada peralatan yang paling canggih dapat disebut sebagai media. Heinich, et.al., (1993) memberikan istilah medium, yang memiliki pengertian yang sejalan dengan batasan di atas yaitu sebagai perantara yang mengantar informasi antara sumber dan penerima.
Dalam dunia pendidikan, sering kali istilah alat bantu atau media komunikasi digunakan secara bergantian atau sebagai pengganti istilah media pendidikan (pembelajaran). Seperti yang dikemukakan oleh Hamalik (1994) bahwa dengan penggunaan alat bantu berupa media komunikasi, hubungan komunikasi akan dapat berjalan dengan lancar dan dengan hasil yang maksimal. Batasan media seperti ini juga dikemukakan oleh Reiser dan Gagne (dalam Criticos, 1996; Gagne, et al., 1988), yang secara implisit menyatakan bahwa media adalah segala alat fisik yang digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran. Dalam pengertian ini, buku/modul, tape recorder, kaset, video recorder, camera video, televisi, radio, film, slide, foto, gambar, dan komputer adalah merupakan media pembelajaran. Menurut National Education Association -NEA (dalam Sadiman, dkk., 1990), media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik yang tercetak maupun audio visual beserta peralatannya.
Berdasarkan batasan-batasan mengenai media seperti tersebut di atas, maka dapat dikatakan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang menyangkut software dan hardware yang dapat digunakan untuk meyampaikan isi materi ajar dari sumber belajar ke pebelajar (individu atau kelompok), yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat pebelajar sedemikian rupa sehingga proses belajar (di dalam/di luar kelas) menjadi lebih efektif.
Posisi Media Pembelajaran
Bruner (1966) mengungkapkan ada tiga tingkatan utama modus belajar, seperti: enactive (pengalaman langsung), iconic (pengalaman piktorial atau gambar), dan symbolic (pengalaman abstrak). Pemerolehan pengetahuan dan keterampilan serta perubahan sikap dan perilaku dapat terjadi karena adanya interaksi antara pengalaman baru dengan pengalaman yang telah dialami sebelumnya melalui proses belajar. Sebagai ilustrasi misalnya, belajar untuk memahami apa dan bagaimana mencangkok. Dalam tingkatan pengalaman langsung, untuk memperoleh pemahaman pebelajar secara langsung mengerjakan atau membuat cangkokan. Pada tingkatan kedua, iconic, pemahaman tentang mencangkok dipelajari melalui gambar, foto, film atau rekaman video. Selanjutnya pada tingkatan pengalaman abstrak, siswa memahaminya lewat membaca atau mendengar dan mencocokkannya dengan pengalaman melihat orang mencangkok atau dengan pengalamannya sendiri.
Berdasarkan uraian di atas, maka dalam proses belajar mengajar sebaiknya diusahakan agar terjadi variasi aktivitas yang melibatkan semua alat indera pebelajar. Semakin banyak alat indera yang terlibat untuk menerima dan mengolah informasi (isi pelajaran), semakin besar kemungkinan isi pelajaran tersebut dapat dimengerti dan dipertahankan dalam ingatan pebelajar. Jadi agar pesan-pesan dalam materi yang disajikan dapat diterima dengan mudah (atau pembelajaran berhasil dengan baik), maka pengajar harus berupaya menampilkan stimulus yang dapat diproses dengan berbagai indera pebelajar. Pengertian stimulus dalam hal ini adalah suatu “perantara” yang menjembatani antara penerima pesan (pebelajar) dan sumber pesan (pengajar) agar terjadi komunikasi yang efektif.
Media pembelajaran merupakan suatu perantara seperti apa yang dimaksud pada pernyataan di atas. Dalam kondisi ini, media yang digunakan memiliki posisi sebagai alat bantu dalam kegiatan pembelajaran, yaitu alat bantu mengajar bagi guru (teaching aids). Misalnya alat-alat grafis, photografis, atau elektronik untuk menangkap, memproses, dan menyususn kembali informasi visual atau verbal. Sebagai alat bantu dalam mengajar, media diharapkan dapat memberikan pengalaman kongkret, motivasi belajar, mempertinggi daya serap dan retensi belajar siswa. Sehingga alat bantu yang banyak dan sering digunakan adalah alat bantu visual, seperti gambar, model, objek tertentu, dan alat-alat visual lainnya. Oleh karena dianggap sebagai alat bantu, guru atau orang yang membuat media tersebut kurang memperhatikan aspek disainnya, pengembangan pembelajarannya, dan evaluasinya.
Dengan kemajuan teknologi di berbagai bidang, misalnya dalam teknologi komunikasi dan informasi pada saat ini, media pembelajaran memiliki posisi sentral dalam proses belajar dan bukan semata-mata sebagai alat bantu. Media pembelajaran memainkan peran yang cukup penting untuk mewujudkan kegiatan belajar menjadi lebih efektif dan efisien. Dalam posisi seperti ini, penggunaan media pembelajaran dikaitkan dengan apa-apa saja yang dapat dilakukan oleh media, yang mungkin tidak mampu dilakukan oleh guru (atau guru melakukannya kurang efisien). Dengan kehadiran media pembelajaran maka posisi guru bukan lagi sebagai satu-satunya sumber belajar, tetapi sebagai fasilitator. Bahkan pada saat ini media telah diyakini memiliki posisi sebagai sumber belajar yang menyangkut keseluruhan lingkungan di sekitar pebelajar.
Hasil belajar seseorang diperoleh mulai dari pengalaman langsung (kongkret) berdasarkan kenyataan yang ada di lingkungan hidupnya, kemudian melalui benda-benda tiruan, dan selanjutnya sampai kepada lambang-lambang verbal (abstrak). Untuk kondisi seperti inilah kehadiran media pembelajaran sangat bermanfaat. Dalam posisinya yang sedemikian rupa, media akan dapat merangsang keterlibatan beberapa alat indera. Di samping itu, memberikan solusi untuk memecahkan persoalan berdasarkan tingkat keabstrakan pengalaman yang dihadapi pebelajar. Kenyataan ini didukung oleh landasan teori penggunaan media yang dikemukakan oleh Edgar Dale, yaitu teori Kerucut Pengalaman Dale (Dale’s Cone of Experience) seperti Gambar 1 di bawah. Teori ini merupakan elaborasi yang rinci dari konsep tiga tingkatan pengalaman yang dikemukakan oleh Bruner.
Pengalaman Abstrak (Abstract)
Lambang
Verbal
Lambang Visual
Rekaman Radio,
Gambar Diam
Pegalaman piktorial (Iconic)
Gambar Hidup
Televisi
Pameran
Karya Wisata
Demonstrasi
Dramatisasi
Benda Tiruan/Pengamatan
Pengalaman Langsung
Enactive
(Pengalaman Kongkret)
Gambar 1. Kerucut Pegalaman Edgar Dale
(Adaptasi dari: Heinich, et al., 2002)
Fungsi Media Pembelajaran
Efektivitas proses belajar mengajar (pembelajaran) sangat dipengaruhi oleh faktor metode dan media pembelajaran yang digunakan. Keduanya saling berkaitan, di mana pemilihan metode tertentu akan berpengaruh terhadap jenis media yang akan digunakan. Dalam arti bahwa harus ada kesesuaian di antara keduanya untuk mewujudkan tujuan pembelajaran. Walaupun ada hal-hal lain yang juga perlu diperhatikan dalam pemilihan media, seperti: konteks pembelajaran, karakteristik pebelajar, dan tugas atau respon yang diharapkan dari pebelajar (Arsyad, 2002). Sedangkan menurut Criticos (1996), tujuan pembelajaran, hasil belajar, isi materi ajar, rangkaian dan strategi pembelajaran adalah kriteria untuk seleksi dan produksi media. Dengan demikian, penataan pembelajaran (iklim, kondisi, dan lingkungan belajar) yang dilakukan oleh seorang pengajar dipengaruhi oleh peran media yang digunakan.
Pemanfaatan media dalam pembelajaran dapat membangkitkan keinginan dan minat baru, meningkatkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan berpengaruh secara psikologis kepada siswa (Hamalik, 1986). Selanjutnya diungkapkan bahwa penggunaan media pengajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian informasi (pesan dan isi pelajaran) pada saat itu. Kehadiran media dalam pembelajaran juga dikatakan dapat membantu peningkatan pemahaman siswa, penyajian data/informasi lebih menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi. Jadi dalam hal ini dikatakan bahwa fungsi media adalah sebagai alat bantu dalam kegiatan belajar mengajar.
Sadiman, dkk (1990) menyampaikan fungsi media (media pendidikan) secara umum, adalah sebagai berikut: (i) memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat visual; (ii) mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera, misal objek yang terlalu besar untuk dibawa ke kelas dapat diganti dengan gambar, slide, dsb., peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa ditampilkan lagi lewat film, video, fota atau film bingkai; (iii) meningkatkan kegairahan belajar, memungkinkan siswa belajar sendiri berdasarkan minat dan kemampuannya, dan mengatasi sikap pasif siswa; dan (iv) memberikan rangsangan yang sama, dapat menyamakan pengalaman dan persepsi siswa terhadap isi pelajaran.
Fungsi media, khususnya media visual juga dikemukakan oleh Levie dan Lentz, seperti yang dikutip oleh Arsyad (2002) bahwa media tersebut memiliki empat fungsi yaitu: fungsi atensi, fungsi afektif, fungsi kognitif, dan fungsi kompensatoris. Dalam fungsi atensi, media visual dapat menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran. Fungsi afektif dari media visual dapat diamati dari tingkat “kenikmatan” siswa ketika belajar (membaca) teks bergambar. Dalam hal ini gambar atau simbul visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa. Berdasarkan temuan-temuan penelitian diungkapkan bahwa fungsi kognitif media visual melalui gambar atau lambang visual dapat mempercepat pencapaian tujuan pembelajaran untuk memahami dan mengingat pesan/informasi yang terkandung dalam gambar atau lambang visual tersebut. Fungsi kompensatoris media pembelajaran adalah memberikan konteks kepada siswa yang kemampuannya lemah dalam mengorganisasikan dan mengingat kembali informasi dalam teks. Dengan kata lain bahwa media pembelajaran ini berfungsi untuk mengakomodasi siswa yang lemah dan lambat dalam menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dalam bentuk teks (disampaikan secara verbal).
Dengan menggunakan istilah media pengajaran, Sudjana dan Rivai (1992) mengemukakan beberapa manfaat media dalam proses belajar siswa, yaitu: (i) dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa karena pengajaran akan lebih menarik perhatian mereka; (ii) makna bahan pengajaran akan menjadi lebih jelas sehingga dapat dipahami siswa dan memungkinkan terjadinya penguasaan serta pencapaian tujuan pengajaran; (iii) metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata didasarkan atas komunikasi verbal melalui kata-kata; dan (iv) siswa lebih banyak melakukan aktivitas selama kegiatan belajar, tidak hanya mendengarkan tetapi juga mengamati, mendemonstrasikan, melakukan langsung, dan memerankan.
Berdasarkan atas beberapa fungsi media pembelajaran yang dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan media dalam kegiatan belajar mengajar memiliki pengaruh yang besar terhadap alat-alat indera. Terhadap pemahaman isi pelajaran, secara nalar dapat dikemukakan bahwa dengan penggunaan media akan lebih menjamin terjadinya pemahaman yang lebih baik pada siswa. Pebelajar yang belajar lewat mendengarkan saja akan berbeda tingkat pemahaman dan lamanya “ingatan” bertahan, dibandingkan dengan pebelajar yang belajar lewat melihat atau sekaligus mendengarkan dan melihat. Media pembelajaran juga mampu membangkitkan dan membawa pebelajar ke dalam suasana rasa senang dan gembira, di mana ada keterlibatan emosianal dan mental. Tentu hal ini berpengaruh terhadap semangat mereka belajar dan kondisi pembelajaran yang lebih hidup, yang nantinya bermuara kepada peningkatan pemahaman pebelajar terhadap materi ajar.
KLASIFIKASI MEDIA PEMBELAJARAN
Media pembelajaran merupakan komponen instruksional yang meliputi pesan, orang, dan peralatan. Dengan masuknya berbagai pengaruh ke dalam dunia pendidikan (misalnya teori/konsep baru dan teknologi), media pendidikan (pembelajaran) terus mengalami perkembangan dan tampil dalam berbagai jenis dan format, dengan masing-masing ciri dan kemampuannya sendiri. Dari sinilah kemudian timbul usaha-usaha untuk melakukan klasifikasi atau pengelompokan media, yang mengarah kepada pembuatan taksonomi media pendidikan/pembelajaran.
Usaha-usaha ke arah taksonomi media tersebut telah dilakukan oleh beberapa ahli. Rudy Bretz, mengklasifikasikan media berdasarkan unsur pokoknya yaitu suara, visual (berupa gambar, garis, dan simbol), dan gerak. Di samping itu juga, Bretz membedakan antara media siar (telecommunication) dan media rekam (recording). Dengan demikian, media menurut taksonomi Bretz dikelompokkan menjasi 8 kategori: 1) media audio visual gerak, 2) media audio visual diam, 3) media audio semi gerak, 4) media visual gerak, 5) media visual diam, 6) media semi gerak, 7) media audio, dan 8) media cetak.
Pengelompokan menurut tingkat kerumitan perangkat media, khususnya media audio-visual, dilakukan oleh C.J Duncan, dengan menyususn suatu hirarki. Dari hirarki yang digambarkan oleh Duncan dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa semakin tinggi tingkat hirarki suatu media, semakin rendah satuan biayanya dan semakin khusus sifat penggunaannya. Namun demikian, kemudahan dan keluwesan penggunaannya semakin bertambah. Begitu juga sebaliknya, jika suatu media berada pada hirarki paling rendah. Schramm (dalam Sadiman, dkk., 1986) juga melakukan pegelompokan media berdasarkan tingkat kerumitan dan besarnya biaya. Dalam hal ini, menurut Schramm ada dua kelompok media yaitu big media (rumit dan mahal) dan little media (sederhana dan murah). Lebih jauh lagi ahli ini menyebutkan ada media massal, media kelompok, dan media individu, yang didasarkan atas daya liput media.
Beberapa ahli yang lain seperti Gagne, Briggs, Edling, dan Allen, membuat taksonomi media dengan pertimbangan yang lebih berfokus pada proses dan interaksi dalam belajar, ketimbang sifat medianya sendiri. Gagne misalnya, mengelompokkan media berdasarkan tingkatan hirarki belajar yang dikembangkannya. Menurutnya, ada 7 macam kelompok media seperti: benda untuk didemonstrasikan, komunikasi lisan, media cetak, gambar diam, gambar gerak, film bersuara, dan mesin belajar. Briggs mengklasifikasikan media menjadi 13 jenis berdasarkan kesesuaian rangsangan yang ditimbulkan media dengan karakteristik siswa. Ketiga belas jenis media tersebut adalah: objek/benda nyata, model, suara langsung, rekaman audio, media cetak, pembelajaran terprogram, papan tulis, media transparansi, film bingkai, film (16 mm), film rangkai, televisi, dan gambar (grafis).
Sejalan dengan perkembangan teknologi, maka media pembelajaran pun mengalami perkembangan melalui pemanfaatan teknologi itu sendiri. Berdasarkan perkembangan teknologi tersebut, Arsyad (2002) mengklasifikasikan media atas empat kelompok: 1) media hasil teknologi cetak, 2) media hasil teknologi audio-visual, 3) media hasil teknologi berbasis komputer, dan 4) media hasil gabungan teknologi cetak dan komputer. Seels dan Glasgow (dalam Arsyad, 2002) membagi media ke dalam dua kelompok besar, yaitu: media tradisional dan media teknologi mutakhir. Pilihan media tradisional berupa media visual diam tak diproyeksikan dan yang diproyeksikan, audio, penyajian multimedia, visual dinamis yang diproyeksikan, media cetak, permainan, dan media realia. Sedangkan pilihan media teknologi mutakhir berupa media berbasis telekomunikasi (misal teleconference) dan media berbasis mikroprosesor (misal: permainan komputer dan hypermedia).
Dari beberapa pengelompokkan media yang dikemukakan di atas, tampaknya bahwa hingga saat ini belum terdapat suatu kesepakatan tentang klasifikasi (sistem taksonomi) media yang baku. Dengan kata lain, belum ada taksonomi media yang berlaku umum dan mencakup segala aspeknya, terutama untuk suatu sistem instruksional (pembelajaran). Atau memang tidak akan pernah ada suatu sistem klasifikasi atau pengelompokan yang sahih dan berlaku umum. Meskipun demikian, apapun dan bagaimanapun cara yang ditempuh dalam mengklasifikasikan media, semuanya itu memberikan informasi tentang spesifikasi media yang sangat perlu kita ketahui. Pengelompokan media yang sudah ada pada saat ini dapat memperjelas perbedaan tujuan penggunaan, fungsi dan kemampuannya, sehingga bisa dijadikan pedoman dalam memilih media yang sesuai untuk suatu pembelajaran tertentu.
KARAKTERISTIK BEBERAPA JENIS MEDIA PEMBELAJARAN
Setiap media pembelajaran memiliki karakteristik tertentu, yang dikaitkan atau dilihat dari berbagai segi. Misalnya, Schramm melihat karakteristik media dari segi ekonomisnya, lingkup sasaran yang dapat diliput, dan kemudahan kontrolnya oleh pemakai (Sadiman, dkk., 1990). Karakteristik media juga dapat dilihat menurut kemampuannya membangkitkan rangsangan seluruh alat indera. Dalam hal ini, pengetahuan mengenai karakteristik media pembelajaran sangat penting artinya untuk pengelompokan dan pemilihan media. Kemp, 1975, (dalam Sadiman, dkk., 1990) juga mengemukakan bahwa karakteristik media merupakan dasar pemilihan media yang disesuaikan dengan situasi belajar tertentu.
Gerlach dan Ely mengemukakan tiga karakteristik media berdasarkan petunjuk penggunaan media pembelajaran untuk mengantisipasi kondisi pembelajaran di mana guru tidak mampu atau kurang efektif dapat melakukannya. Ketiga karakteristik atau ciri media pembelajaran tersebut (Arsyad, 2002) adalah: a) ciri fiksatif, yang menggambarkan kemampuan media untuk merekam, menyimpan, melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa atau obyek; b) ciri manipulatif, yaitu kamampuan media untuk mentransformasi suatu obyek, kejadian atau proses dalam mengatasi masalah ruang dan waktu. Sebagai contoh, misalnya proses larva menjadi kepompong dan kemudian menjadi kupu-kupu dapat disajikan dengan waktu yang lebih singkat (atau dipercepat dengan teknik time-lapse recording). Atau sebaliknya, suatu kejadian/peristiwa dapat diperlambat penayangannya agar diperoleh urut-urutan yang jelas dari kejadian/peristiwa tersebut; c) ciri distributif, yang menggambarkan kemampuan media mentransportasikan obyek atau kejadian melalui ruang, dan secara bersamaan kejadian itu disajikan kepada sejumlah besar siswa, di berbagai tempat, dengan stimulus pengalaman yang relatif sama mengenai kejadian tersebut.
Berdasarkan uraian sebelumnya, ternyata bahwa karakteristik media, klasifikasi media, dan pemilihan media merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dalam penentuan strategi pembelajaran. Banyak ahli, seperti Bretz, Duncan, Briggs, Gagne, Edling, Schramm, dan Kemp, telah melakukan pengelompokan atau membuat taksonomi mengenai media pembelajaran. Dari sekian pengelompokan tersebut, secara garis besar media pembelajaran dapat diklasifikasikan atas: media grafis, media audio, media proyeksi diam (hanya menonjolkan visual saja dan disertai rekaman audio), dan media permainan-simulasi. Arsyad (2002) mengklasifikasikan media pembelajaran menjadi empat kelompok berdasarkan teknologi, yaitu: media hasil teknologi cetak, media hasil teknologi audio-visual, media hasil teknologi berdasarkan komputer, dan media hasil gabungan teknologi cetak dan komputer. Masing-masing kelompok media tersebut memiliki karakteristik yang khas dan berbeda satu dengan yang lainnya. Karakteristik dari masing-masing kelompok media tersebut akan dibahas dalam uraian selanjutnya.
Media grafis. Pada prinsipnya semua jenis media dalam kelompok ini merupakan penyampaian pesan lewat simbul-simbul visual dan melibatkan rangsangan indera penglihatan. Karakteristik yang dimiliki adalah: bersifat kongkret, dapat mengatasi batasan ruang dan waktu, dapat memperjelas suatu masalah dalam bidang masalah apa saja dan pada tingkat usia berapa saja, murah harganya dan mudah mendapatkan serta menggunakannya, terkadang memiliki ciri abstrak (pada jenis media diagram), merupakan ringkasan visual suatu proses, terkadang menggunakan simbul-simbul verbal (pada jenis media grafik), dan mengandung pesan yang bersifat interpretatif.
Media audio. Hakekat dari jenis-jenis media dalam kelompok ini adalah berupa pesan yang disampaikan atau dituangkan kedalam simbul-simbul auditif (verbal dan/atau non-verbal), yang melibatkan rangsangan indera pendengaran. Secara umum media audio memiliki karakteristik atau ciri sebagai berikut: mampu mengatasi keterbatasan ruang dan waktu (mudah dipindahkan dan jangkauannya luas), pesan/program dapat direkam dan diputar kembali sesukanya, dapat mengembangkan daya imajinasi dan merangsang partisipasi aktif pendengarnya, dapat mengatasi masalah kekurangan guru, sifat komunikasinya hanya satu arah, sangat sesuai untuk pengajaran musik dan bahasa, dan pesan/informasi atau program terikat dengan jadwal siaran (pada jenis media radio).
Media proyeksi diam. Beberapa jenis media yang termasuk kelompok ini memerlukan alat bantu (misal proyektor) dalam penyajiannya. Ada kalanya media ini hanya disajikan dengan penampilan visual saja, atau disertai rekaman audio. Karakteristik umum media ini adalah: pesan yang sama dapat disebarkan ke seluruh siswa secara serentak, penyajiannya berada dalam kontrol guru, cara penyimpanannya mudah (praktis), dapat mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan indera, menyajikan obyek -obyek secara diam (pada media dengan penampilan visual saja), terkadang dalam penyajiannya memerlukan ruangan gelap, lebih mahal dari kelompok media grafis, sesuai untuk mengajarkan keterampilan tertentu, sesuai untuk belajar secara berkelompok atau individual, praktis dipergunakan untuk semua ukuran ruangan kelas, mampu menyajikan teori dan praktek secara terpadu, menggunakan teknik-teknik warna, animasi, gerak lambat untuk menampilkan obyek/kejadian tertentu (terutama pada jenis media film), dan media film lebih realistik, dapat diulang-ulang, dihentikan, dsb., sesuai dengan kebutuhan.
Media permainan dan simulasi. Ada beberapa istilah lain untuk kelompok media pembelajaran ini, misalnya simulasi dan permainan peran, atau permainan simulasi. Meskipun berbeda-beda, semuanya dapat dikelompkkan ke dalam satu istilah yaitu permainan (Sadiman, 1990). Ciri atau karakteristik dari media ini adalah: melibatkan pebelajar secara aktif dalam proses belajar, peran pengajar tidak begitu kelihatan tetapi yang menonjol adalah aktivitas interaksi antar pebelajar, dapat memberikan umpan balik langsung, memungkinkan penerapan konsep-konsep atau peran-peran ke dalam situasi nyata di masyarakat, memiliki sifat luwes karena dapat dipakai untuk berbagai tujuan pembelajaran dengan mengubah alat dan persoalannya sedikit saja, mampu meningkatkan kemampuan komunikatif pebelajar, mampu mengatasi keterbatasan pebelajar yang sulit belajar dengan metode tradisional, dan dalam penyajiannya mudah dibuat serta diperbanyak.
KESIMPULAN
Ada beberapa batasan atau pengertian tentang media pembelajaran yang disampaikan oleh para ahli. Dari batasan-batasan tersebut, dapat dirangkum bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang menyangkut software dan hardware yang dapat digunakan untuk meyampaikan isi materi ajar dari sumber belajar ke pebelajar (individu atau kelompok), yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat pebelajar sedemikian rupa sehingga proses belajar (di dalam/di luar kelas) menjadi lebih efektif.
Dalam awal perkembangannya, media memiliki posisi sebagai alat bantu dalam kegiatan pembelajaran, yaitu alat bantu mengajar bagi guru (teaching aids). Sebagai alat bantu dalam mengajar, media diharapkan dapat memberikan pengalaman kongkret, motivasi belajar, mempertinggi daya serap dan retensi belajar siswa. Dengan kemajuan teknologi di berbagai bidang, misalnya dalam teknologi komunikasi dan informasi pada saat ini, media pembelajaran memiliki posisi sentral dalam proses belajar dan bukan semata-mata sebagai alat bantu. Media adalah bagian integral dari proses belajar mengajar. Dalam posisi seperti ini, penggunaan media pembelajaran dikaitkan dengan apa-apa saja yang dapat dilakukan oleh media, yang mungkin tidak mampu dilakukan oleh guru (atau guru melakukannya kurang efisien). Dengan kata lain, bahwa posisi guru sebagai fasilitator dan media memiliki posisi sebagai sumber belajar yang menyangkut keseluruhan lingkungan di sekitar pebelajar.
Berdasarkan atas beberapa fungsi media pembelajaran yang dikemukakan oleh para ahli, dapat disimpulkan bahwa penggunaan media dalam kegiatan belajar mengajar memiliki pengaruh yang besar terhadap alat-alat indera. Penggunaan media akan lebih menjamin terjadinya pemahaman dan retensi yang lebih baik terhadap isi pelajaran. Media pembelajaran juga mampu membangkitkan dan membawa pebelajar ke dalam suasana rasa senang dan gembira, di mana ada keterlibatan emosianal dan mental. Tentu hal ini berpengaruh terhadap semangat mereka belajar dan kondisi pembelajaran yang lebih “hidup”, yang nantinya bermuara kepada peningkatan pemahaman pebelajar terhadap materi ajar. Jadi, sasaran akhir penggunaan media adalah untuk memudahkan belajar, bukan kemudahan mengajar (Degeng, 2001).
Usaha-usaha ke arah pembuatan sistem taksonomi media pembelajaran telah dilakukan oleh para ahli dengan dasar pertimbangannya masing-masing. Duncan dan Scrhamm mengelompokkan media berdasarkan kerumitan dan biayaya. Sedangkan Gagne, Briggs, Edling, dan Allen, membuat taksonomi media dengan pertimbangan yang lebih berfokus pada proses dan interaksi dalam belajar, ketimbang sifat medianya sendiri. Rudy Bretz, mengklasifikasikan media berdasarkan unsur pokoknya yaitu suara, visual, dan gerak. Klasifikasi berdasarkan pemanfaatan dan perkembangan teknologi dilakukan oleh Arsyad dan Seels & Glasgow. Walaupun demikian, belum ada taksonomi media yang baku, berlaku umum dan mencakup segala aspeknya, terutama untuk suatu sistem instruksional (pembelajaran). Pengelompokan media yang sudah ada pada saat ini dapat memperjelas perbedaan tujuan penggunaan, fungsi dan kemampuannya, sehingga bisa dijadikan pedoman dalam memilih media yang sesuai untuk suatu pembelajaran tertentu.
Setiap jenis media memiliki karakteristiknya yang khas, yang dikaitkan atau dilihat dari berbagai segi (misalnya dari segi ekonomisnya, lingkup sasaran yang dapat diliput, dan kemudahan kontrolnya oleh pemakai, menurut kemampuannya membangkitkan rangsangan seluruh alat indera, dan petunjuk penggunaannya untuk mengatasi kondisi pembelajaran). Secara umum media pembelajaran memiliki tiga karakteristik atau ciri yaitu: a) ciri fiksatif, yang menggambarkan kemampuan media untuk merekam, menyimpan, melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa atau obyek; b) ciri manipulatif, yaitu kamampuan media untuk mentransformasi suatu obyek, kejadian atau proses dalam mengatasi masalah ruang dan waktu.; c) ciri distributif, yang menggambarkan kemampuan media mentransportasikan obyek atau kejadian melalui ruang, dan secara bersamaan kejadian itu disajikan kepada sejumlah besar siswa, di berbagai tempat, dengan stimulus pengalaman yang relatif sama mengenai kejadian tersebut.
Artikel ini milik dan karya: I Wayan Sukra Warpala
DAFTAR RUJUKAN
Anderson, R. H. 1987. Pemilihan dan Pengembangan Media Untuk Pembelajaran, Alih bahasa oleh: Yusufhadi Miarso, dkk., edisi 1. Jakarta: Penerbit CV. Rajawali.
Arsyad, A. 2002. Media Pembelajaran, edisi 1. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Bruner, J. S. 1966. Toward a Theory of Instruction. Cambridge: Harvad University.
Criticos, C. 1996. Media selection. Plomp, T & Ely, D.P (Eds): International Encyclopedia of Educational Technology, 2nd ed. UK: Cambridge University Press. pp. 182 - 185.
Degeng, N. S. 2001. Media Pembelajaran. Dalam kumpulan makalah PEKERTI (Pengembangan Keterampilan Instruntur) untuk Quatum Teaching. Karya tidak diterbitkan.
Gagne, R. M. 1985. The Condition of Learning and Theory of Instruction, 4th ed. New York: CBS College Publishing.
Gagne, R.M., Briggs, L.J & Wager, W.W. 1988. Principles of Instruction Design, 3rd ed. New York: Saunders College Publishing.
Hamalik, O. 1994. Media Pendidikan, cetakan ke-7. Bandung: Penerbit PT. Citra Aditya Bakti.
Heinich, R., Molenda, M., & Russel, J.D. 1993. Instructional Media and the New Technologies of Instruction, 4th ed. New York: Macmillan Publishing Company.
Sadiman, A.S., Rahardjo, R., Haryono, A., & Rahadjito. 1990. Media Pendidikan: pengertian, pengembangan dan pemanfaatannya, edisi 1. Jakarta: Penerbit CV. Rajawali.
Sudjana, N. & Rivai, A. 1992. Media Pengajaran. Bandung: Penerbit CV. Sinar Baru Badung.
Latuheru (1988) (dalam Hamdani, 2005: 8) menyatakan bahwa (1) media pembelajaran berguna menarik minat siswa terhadap materi pembelajaran yang disajikan, (2) media pembelajaran berguna dalam hal meningkatkan pengertian anak didik terhadap materi yang disajikan, (3) media pembelajaran mampu menyajikan data yang kuat dan terpercaya.
Heinich, Malenda, Russel (1982) dalam Ilda Prayitno (1989) (dalam Hamdani 2005: 9) mengemukakan keuntungan penggunaan media dalam pembelajaran adalah:
1) Membangkitakan ide-ide atau gagasan-gagasan yang bersifat konseptual, sehingga mengurang kesalahpahaman siswa dalam mempelajarinya.
2) Meningkatkan minat siswa untuk materi pelajaran.
3) Memberikan pengalaman-pengalaman nyata yang merangsang aktivitas diri sendiri untuk belajar.
4) Dapat mengembangkan jalan pikiran yang berkelanjutan.
5) Menyediakan pengalaman-pengalaman yang tidak mudah didapat melalui materi-materi yang lain dan menjadikan proses belajar mendalam dan beragam.
Sehingga pembuatan media pembelajaran diperlukan untuk proses pelaksanaan pembelajaran dan proses berpikir siswa.
Media Pembelajaran
1.1 Pengertian
Secara etimologi, kata “media” merupakan bentuk jamak dari “medium”, yang berasal dan Bahasa Latin “medius” yang berarti tengah. Sedangkan dalam Bahasa Indonesia, kata “medium” dapat diartikan sebagai “antara” atau “sedang” sehingga pengertian media dapat mengarah pada sesuatu yang mengantar atau meneruskan informasi (pesan) antara sumber (pemberi pesan) dan penerima pesan. Media dapat diartikan sebagai suatu bentuk dan saluran yang dapat digunakan dalam suatu proses penyajian informasi (AECT, 1977:162).
Istilah media mula-mula dikenal dengan alat peraga, kemudian dikenal dengan istilah audio visual aids (alat bantu pandang/dengar). Selanjutnya disebut instructional materials (materi pembelajaran), dan kini istilah yang lazim digunakan dalam dunia pendidikan nasional adalah instructional media (media pendidikan atau media pembelajaran). Dalam perkembangannya, sekarang muncul istilah e-Learning. Huruf “e” merupakan singkatan dari “elektronik”. Artinya media pembelajaran berupa alat elektronik, meliputi CD Multimedia Interaktif sebagai bahan ajar offline dan Web sebagai bahan ajar online.
Berikut ini beberapa pendapat para ahli komunikasi atau ahli bahasa tentang pengertian media yaitu
(1) orang, material, atau kejadian yang dapat menciptakan kondisi sehingga memungkinkan siswa dapat memperoleh pengetahuan, keterapilan, dan sikap yang baru, dalam pengertian meliputi buku, guru, dan lingkungan sekolah (Gerlach dan Ely dalam Ibrahim, 1982:3)
(2) saluran komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan antara sumber (pemberi pesan) dengan penerima pesan (Blake dan Horalsen dalam Latuheru, 1988:11)
(3) komponen strategi penyampaian yang dapat dimuati pesan yang akan disampaikan kepada pembelajar bisa berupa alat, bahan, dan orang (Degeng, 1989:142)
(4) media sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dan pengirim pesan kepada penerima pesan, sehingga dapat merangsang pildran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa, sehingga proses belajar mengajar berlangsung dengan efektif dan efesien sesuai dengan yang diharapkan (Sadiman, dkk., 2002:6)
(5) alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi, yang terdiri antara lain buku, tape-recorder, kaset, video kamera, video recorder, film, slide, foto, gambar, grafik, televisi, dan komputer (Gagne dan Briggs dalam Arsyad, 2002:4)
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa media pengajaran adalah bahan, alat, maupun metode/teknik yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan maksud agar proses interaksi komunikasi edukatif antara guru dan anak didik dapat berlangsung secara efektif dan efesien sesuai dengan tujuan pengajaran yang telah dicita-citakan.
1.2 Klasifikasi
Dari segi perkembangan teknologi, media pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi dua kategori luas, yaitu pilihan media tradisional dan pilihan media teknologi mutakhir (Seels & Glasgow dalam Arsyad, 2002:33). Lebih lanjut dijelaskan bahwa pilihan media tradisional dapat dibedakan menjadi (1) visual diam yang diproyeksikan, misal proyeksi opaque (tak tembus pandang), proyeksi overhead, slides, dan filmstrips, (2) visual yang tidak diproyeksikan, misal gambar, poster, foto, charts, grafik, diagram, pemaran, papan info, (3) penyajian multimedia, misal slide plus suara (tape), multi-image, (4) visual dinamis yang diproyeksikan, misal film, televisi, video, (5) cetak, misal buku teks, modul, teks terprogram, workbook, majalah ilmiah/berkala, lembaran lepas (hand-out), (6) permainan, misal teka-teki, simulasi, permainan papan, dan (7) realia, misal model, specimen (contoh), manipulatif (peta, boneka). Sedangkan pilihan media teknologi mutakhir dibedakan menjadi (1) media berbasis telekomunikasi, misal teleconference, kuliah jarak jauh, dan (2) media berbasis mikroprosesor, misal computer-assistted instruction, permainan komputer, sistem tutor intelejen, interaktif, hypermedia, dan compact (video) disc.
1.3 Tujuan
Penggunaan media pengajaran sangat diperlukan dalam kaitannya dengan peningkatan mutu pendidikan khususnya dalam pembelajaran membaca puisi. Menurut Achsin (1986:17-18) menyatakan bahwa tujuan penggunaan media pengajaran adalah (1) agar proses belajar mengajar yang sedang berlangsung dapat berjalan dengan tepat guna dan berdaya guna, (2) untuk mempermudah bagi guru/pendidik daiam menyampaikan informasi materi kepada anak didik, (3) untuk mempermudah bagi anak didik dalam menyerap atau menerima serta memahami materi yang telah disampaikan oleh guru/pendidik, (4) untuk dapat mendorong keinginan anak didik untuk mengetahui lebih banyak dan mendalam tentang materi atau pesan yang disampaikan oleh guru/pendidik, (5) untuk menghindarkan salah pengertian atau salah paham antara anak didik yang satu dengan yang lain terhadap materi atau pesan yang disampaikan oleh guru/pendidik. Sedangkan Sudjana, dkk. (2002:2) menyatakan tentang tujuan pemanfaatan media adalah (1) pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menimbulkan motivasi, (2) bahan pelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami, (3) metode mengajar akan lebih bervariasi, dan (4) siswa akan lebih banyak melakukan kegiatan belajar. Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan penggunaan media adalah (1) efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan belajar mengajar, (2) meningkatkan motivasi belajar siswa, (3) variasi metode pembelajaran, dan (4) peningkatan aktivasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
1.4 Manfaat
Secara umum manfaat penggunaan media pengajaran dalam kegiatan belajar mengajar, yaitu (1) media pengajaran dapat menarik dan memperbesar perhatian anak didik terhadap materi pengajaran yang disajikan, (2) media pengajaran dapat mengatasi perbedaan pengalaman belajar anak didik berdasarkan latar belakang sosil ekonomi, (3) media pengajaran dapat membantu anak didik dalam memberikan pengalaman belajar yang sulit diperoleh dengan cara lain, (5) media pengajaran dapat membantu perkembangan pikiran anak didik secara teratur tentang hal yang mereka alami dalam kegiatan belajar mengajar mereka, misainya menyaksikan pemutaran film tentang suatu kejadian atau peristiwa. rangkaian dan urutan kejadian yang mereka saksikan dan pemutaran film tadi akan dapat mereka pelajari secara teratur dan berkesinambungan, (6) media pengajaran dapat menumbuhkan kemampuan anak didik untuk berusaha mempelajari sendiri berdasarkan pengalaman dan kenyataan, (7) media pengajaran dapat mengurangi adanya verbalisme dalain suatu proses (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka) (Latuheru, 1988:23-24).
Sedangkan menurut Sadiman, dkk. (2002:16), media pengajaran dapat mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera, misalnya (1) obyek yang terlalu besar bisa digantikan dengan realita, gambar, film, atau model, (2) obyek yang kecil bisa dibantu dengan menggunakan proyektor, gambar, (3) gerak yang terlalu cepat dapat dibantu dengan timelapse atau high-speed photography, (4) kejadian atau peristiwa di masa lampau dapat ditampilkan dengan pemutaran film, video, foto, maupun VCD, (5) objek yang terlalu kompleks (misalnya mesin-mesin) dapat disajikan dengan model, diagram, dan lain-lain, dan (6) konsep yang terlalu luas (misalnya gunung berapi, gempa bumi, iklim, dan lain-lain) dapat divisualisasikan dalam bentuk film, gambar, dan lain-lain.
Pemanfaatan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar perlu direncanakan dan dirancang secara sistematik agar media pembelajaran itu efektif untuk digunakan dalam proses belajar mengajar. Ada beberapa pola pemanfaatan media pembelajaran, yaitu (1) pemanfaatan media dalam situasi kelas atau di dalam kelas, yaitu media pembelajaran dimanfaatkan untuk menunjang tercapainya tujuan tertentu dan pemanfaatannya dipadukan dengan proses belajar mengajar dalam situasi kelas, (2) pemanfaatan media di luar situasi kelas atau di luar kelas, meliputi (a) pemanfaatan secara bebas yaitu media yang digunakan tidak diharuskan kepada pemakai tertentu dan tidak ada kontrol dan pengawasan dad pembuat atau pengelola media, serta pemakai tidak dikelola dengan prosedur dan pola tertentu, dan (b) pemanfaatan secara terkontrol yaitu media itu digunakan dalam serangkaian kegiatan yang diatur secara sistematik untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan untuk dipakai oleh sasaran pemakai (populasi target) tertentu dengan mengikuti pola dan prosedur pembelajaran tertentu hingga mereka dapat mencapai tujuan pembelajaran tersebut, (3) pemanfaatan media secara perorangan, kelompok atau massal, meliputi (a) pemanfaatan media secara perorangan, yaitu penggunaan media oleh seorang saja (sendirian saja), dan (b) pemanfaatan media secara kelompok, baik kelompok kecil (2—8 orang) maupun kelompok besar (9—40 orang), (4) media dapat juga digunakan secara massal, artinya media dapat digunakan oleh orang yang jumlahnya puluhan, ratusan bahkan ribuan secara bersama-sama.
Berdasarkan pendapat tersebut di atas, dapat dikatakan bahwa seorang guru
dalam memanfaatkan suatu media untuk digunakan dalarn proses belajar mengajar harus memperhatikan beberapa hal, yaitu (1) tujuan pembelajaran yang akan dicapai, (2) isi materi pelajaran, (3) strategi belajar mengajar yang digunakan, (4) karakteristik siswa yang belajar. Karakteristik siswa yang belajar yang dimaksud adalah tingkat pengetahuan siswa terhadap media yang digunakan, bahasa siswa, artinya isi pesan yang disampaikan melalui media harus disesuaikan dengan tingkat kemampuan berbahasa atau kosakata yang dimiliki siswa sehingga memudahkan siswa dalam memahami isi materi yang disampaikan melalui media. Selain itu, penting juga untuk memperhatikan jumlah siswa. Artinya media yang digunakan hendaknya disesuaikan dengan jumlah siswa yang belajar.
1.5 Prinsip-prinsip Pemilihan Media
Prinsip-prinsip pemilihan media pembelajaran merujuk pada pertimbangan seorang guru dalam memilih dan menggunakan media pembelajaran untuk digunakan atau dimanfaatkan dalam kegiatan belajar mengajar. Hal ini disebabkan adanya beraneka ragam media yang dapat digunakan atau dimanfaatkan dalam kegiatan belajar mengajar.
Menurut Rumampuk (1988:19) bahwa prinsip-prinsip pemilihan media adalah (1) harus diketahui dengan jelas media itu dipilih untuk tujuan apa, (2) pemilihan media hams secara objektif, bukan semata-mata didasarkan atas kesenangan guru atau sekedar sebagai selingan atau hiburan. pemilihan media itu benar-benar didasarkan atas pertimbangan untuk meningkatkan efektivitas belajar siswa, (3) tidak ada satu pun media dipakai untuk mencapai semua tujuan. Setiap media memiliki kelebihan dan kelemahan. Untuk menggunakan media dalam kegiatan belajar mengajar hendaknya dipilih secara tepat dengan melihat kelebihan media untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu, (4) pemilihan media hendaknya disesuaikan dengan metode mengajar dan materi pengajaran, mengingat media merupakan bagian yang integral dalam proses belajar mengajar, (5) untuk dapat memilih media dengan tepat, guru hendaknya mengenal ciri-ciri dan masing-masing media, dan (6) pemilihan media hendaknya disesuaikan dengan kondisi fisik lingkungan. Sedangkan Ibrahim (1991:24) menyatakan beberapa pedoman yang dapat digunakan untuk memilih media pembelajaran, antara lain (1) sebelum memilih media pembelajaran, guru harus menyadari bahwa tidak ada satupun media yang paling baik untuk mencapai semua tujuan. masing-masing media mempunyai kelebihan dan kelemahan. penggunaan berbagai macam media pembelaiaran yang disusun secara serasi dalam proses belajar mengajar akan mengefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran, (2) pemilihan media hendaknya dilakukan secara objektif, artinya benar-benar digunakan dengan dasar pertimbangan efektivitas belajar siswa, bukan karena kesenangan guru atau sekedar sebagai selingan, (3) pernilihan media hendaknya memperhatikan syarat-syarat (a) sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, (b) ketersediaan bahan media, (c) biaya pengadaan, dan (d) kualitas atau mutu teknik. Jadi dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsip pemilihan media pembelajaran adalah (1) media yang dipilih harus sesuai dengan tujuan dan materi pelajaran, metode mengajar yang digunakan serta karakteristik siswa yang belajar (tingkat pengetahuan siswa, bahasa siswa, dan jumlah siswa yang belajar), (2) untuk dapat memilih media dengan tepat, guru harus mengenal ciri-ciri dan tiap tiap media pembelajaran, (3) pemilihan media pembelajaran harus berorientasi pada siswa yang belajar, artinya pemilihan media untuk meningkatkan efektivitas belajar siswa, (4) pemilihan media harus mempertimbangkan biaya pengadaan, ketersediaan bahan media, mutu media, dan lingkungan fisik tempat siswa belajar.
Berdasarkan kesimpulan di atas, dapat diturunkan sejumlah faktor yang mempengaruhi penggunaan media dalam kegiatan pembelajaran yang dapat dipakai sebagai dasar dalam kegiatan pemilihan. Adapun faktor-faktor tersebut adalah (1) tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, (2) karakteristik siswa atau sasaran, (3) jenis rangsangan belajar yang diinginkan, (4) keadaan latar atau lingkungan, (5)kondisi setempat, dan (6) luasnya jangkauan yang ingin dilayani (Sadiman 2002:82).
Pemilihan media pembelajaran oleh guru dalam pembelajaran berbasis kompetensi membaca puisi juga harus berpedornan pada prinsip-prinsip pemilihan media yang dilatari oleh sejumlah faktor di atas. Pemilihan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar harus disesuaikan dengan tujuan instruksional membaca puisi yang akan dicapai, isi materi pelajaran pembelajaran membaca puisi, metode mengajar yang akan digunakan, dan karakteristik siswa. Sehubungan dengan karakteristik siswa, guru harus memiliki pengetahuan tentang kemampuan intelektual siswa usia SMA, agar guru dapat memilih media yang benar-benar sesuai dengan siswa yang belajar. Ketepatan dalam pemilihan media akan dapat meningkatkan mutu proses belajar mengajar membaca puisi sehingga guru dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
1.6 Karakteristik Audien
Seorang guru terlebih dahulu harus mengenal/memahami karakter siswanya dengan baik agar dalam proses belajar mengajar dapat memilih media yang baik sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran. Anak didik/siswa dapat diidentifikasi melalui 2 (dua) tipe karakteristik, yaitu karakteristik umum dan karakteristik khusus. Karakteristik umum meliputi umur, jenis kelamin, jenjang/tingkat kelas, tingkat kecerdasan, kebudayaan ataupun faktor sosial ekonomi. Karakteristik khusus meliputi pengetahuan, kemampuan, serta sikap mengenai topik atau materi yang disajikan/diajarkan. Hal ini penting karena langsung berpengaruh dalam hal pengambilan keputusan untuk memilih media dan metode mengajar (Latuheru, 1998:3).
Kondisi belajar mengajar yang efektif adalah adanya minat dan perhatian siswa dalam belajar. Minat merupakan suatu sifat yang relatif menetap pada diri seseorang. Minat ini memiliki pengaruh yang besar terhadap belajar sebab dengan minat seseorang akan melakukan sesuatu, sebaliknya tanpa minat tidak mungkin melakukan sesuatu. Keterlibatan siswa dalam belajar erat kaiatannya dengan sifat-sifat siswa, baik yang bersifat kognitif seperti kecerdasan dan bakat maupun yang bersifat afektif, seperti motivasi, rasa percaya diri, dan minatnya (Usman, 2002:27).
Minat siswa merupakan faktor utama yang menentukan derajat keefektifan belajar siswa. Jadi, unsur efektif merupakan faktor yang menentukan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran (James dalam Usman, 2002:27).
Makalah I Wayan Santyasa
Disajikan dalam Worh Shop Media Pembelajaran bagi Guru-Guru SMAN Banjarangkan Klungkung 1
LANDASAN KONSEPTUAL
MEDIA PEMBELAJARAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
U N DI KSHA
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
Makalah
Oleh
I Wayan Santyasa
Disajikan dalam Workshop
Media Pembelajaran bagi Guru-Guru SMA Negeri Banjar Angkan
Pada tanggal 10 Januari 2007 di Banjar Angkan Klungkung
Pemakalah adalah Guru Besar Tetap Bidang Pendidikan Fisika
Di Fakultas Pendidikan Matematika dan Iilmu Pengetahuan Alam
Universitas Pendidikan Ganesha
Makalah I Wayan Santyasa
Disajikan dalam Worh Shop Media Pembelajaran bagi Guru-Guru SMAN Banjarangkan Klungkung 2
1. Pendahuluan
Menurut paradigma behavioristik, belajar merupakan transmisi pengetahuan dari
expert ke novice. Berdasarkan konsep ini, peran guru adalah menyediakan dan
menuangkan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. Guru mempersepsi diri
berhasil dalam pekerjaannnya apabila dia dapat menuangkan pengetahuan sebanyakbanyaknya
ke kepala siswa dan siswa dipersepsi berhasil apabila mereka tunduk
menerima pengetahuan yang dituangkan guru kepada mereka. Praktek pendidikan yang
berorientasi pada persepsi semacam itu adalah bersifat induktrinasi, sehingga akan
berdampak pada penjinakan kognitif para siswa, menghalangi perkembangan kreativitas
siswa, dan memenggal peluang siswa untuk mencapai higher order thinking.
Akhir-akhir ini, konsep belajar didekati menurut paradigma konstruktivisme.
Menurut paham konstruktivistik, belajar merupakan hasil konstruksi sendiri (pebelajar)
sebagai hasil interaksinya terhadap lingkungan belajar. Pengkonstruksian pemahaman
dalam ivent belajar dapat melalui proses asimilasi atau akomodasi. Secara hakiki,
asimilasi dan akomodasi terjadi sebagai usaha pebelajar untuk menyempurnakan atau
merubah pengetahuan yang telah ada di benaknya (Heinich, et.al., 2002). Pengetahuan
yang telah dimiliki oleh pebelajar sering pula diistilahkan sebagai prakonsepsi. Proses
asimilasi terjadi apabila terdapat kesesuaian antara pengalaman baru dengan prakonsepsi
yang dimiliki pebelajar. Sedangkan proses akomodasi adalah suatu proses adaptasi,
evolusi, atau perubahan yang terjadi sebagai akibat pengalaman baru pebelajar yang tidak
sesuai dengan prakonsepsinya.
Tinjauan filosofis, psikologi kognitif, psikologi sosial, dan teori sains sepakat
menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan (Dole & Sinatra, 1998).
Siswa sendiri yang melakukan perubahan tentang pengetahuannya. Peran guru dalam
pembelajaran adalah sebagai fasilitator, mediator, dan pembimbing. Jadi guru hanya
dapat membantu proses perubahan pengetahuan di kepala siswa melalui perannya menyiapkan
scaffolding dan guiding, sehingga siswa dapat mencapai tingkatan pemahaman
yang lebih sempurna dibandingkan dengan pengetahuan sebelumnya. Guru menyiapkan
tanggga yang efektif, tetapi siswa sendiri yang memanjat melalui tangga tersebut untuk
mencapai pemahaman yang lebih dalam.
Berdasarkan paradigma konstruktivisme tentang belajar tersebut, maka prinsip
media mediated instruction menempati posisi cukup strategis dalam rangka mewujudkan
ivent belajar secara optimal. Ivent belajar yang optimal merupakan salah satu indikator
untuk mewujudkan hasil belajar peserta didik yang optimal pula. Hasil belajar yang optimal
juga merupakan salah satu cerminan hasil pendidikan yang berkualitas. Pendidikan
yang berkualitas memerlukan sumber daya guru yang mampu dan siap berperan secara
profesional dalam lingkungan sekolah dan masyarakat (Heinich et.al., 2002; Ibrahim,
1997; Ibrahim et.al., 2001). Dalam era perkembangan Iptek yang begitu pesat dewasa ini,
Makalah I Wayan Santyasa
Disajikan dalam Worh Shop Media Pembelajaran bagi Guru-Guru SMAN Banjarangkan Klungkung 3
profesionalisme guru tidak cukup hanya dengan kemampuan membelajarkan siswa,
tetapi juga harus mampu mengelola informasi dan lingkungan untuk memfasilitasi
kegiatan belajar siswa (Ibrahim, et.al., 2001). Konsep lingkungan meliputi tempat belajar,
metode, media, sistem penilaian, serta sarana dan prasarana yang diperlukan untuk
mengemas pembelajaran dan mengatur bimbingan belajar sehingga memudahkan siswa
belajar.
Dampak perkembangan Iptek terhadap proses pembelajaran adalah diperkayanya
sumber dan media pembelajaran, seperti buku teks, modul, overhead transparansi, film,
video, televisi, slide, hypertext, web, dan sebagainya. Guru profesional dituntut mampu
memilih dan menggunakan berbagai jenis media pembelajaran yang ada di sekitarnya.
Makalah ini menyajikan ringkasan mengenai arti, posisi, dan fungsi media pembelajaran;
landasan penggunaan media pembelajaran; perangkat dan klasifikasi media
pembelajaran; dan karakteristik media pembelajaran dua dan tiga dimensi. Ringkasan ini
diharapkan dapat berperan sebagai salah satu pendukung bagi para guru untuk menuju
pemenuhan tuntutan profesionalisme.
2. Definisi, Posisi, dan Fungsi Media Pembelajaran
Definisi media pembelajaran. Kata media merupakan bentuk jamak dari kata
medium. Medium dapat didefinisikan sebagai perantara atau pengantar terjadinya
komunikasi dari pengirim menuju penerima (Heinich et.al., 2002; Ibrahim, 1997; Ibrahim
et.al., 2001). Media merupakan salah satu komponen komunikasi, yaitu sebagai pembawa
pesan dari komunikator menuju komunikan (Criticos, 1996). Berdasarkan definisi
tersebut, dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran merupakan proses komunikasi.
Proses pembelajaran mengandung lima komponen komunikasi, guru (komunikator),
bahan pembelajaran, media pembelajaran, siswa (komunikan), dan tujuan pembelajaran.
Jadi, Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), sehingga dapat merangsang perhatian, minat,
pikiran, dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Posisi media pembelajaran. Oleh karena proses pembelajaran merupakan proses
komunikasi dan berlangsung dalam suatu sistem, maka media pembelajaran menempati
posisi yang cukup penting sebagai salah satu komponen sistem pembelajaran. Tanpa
media, komunikasi tidak akan terjadi dan proses pembelajaran sebagai proses komunikasi
juga tidak akan bisa berlangsung secara optimal. Media pembelajaran adalah komponen
integral dari sistem pembelajaran. Posisi media pembelajaran sebagai komponen
komunikasi ditunjukkan pada Gambar 1.
Makalah I Wayan Santyasa
Disajikan dalam Worh Shop Media Pembelajaran bagi Guru-Guru SMAN Banjarangkan Klungkung 4
Gambar 1: Posisi Media dalam Sistem Pembelajaran
Fungsi Media Pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, media memiliki
fungsi sebagai pembawa informasi dari sumber (guru) menuju penerima (siswa).
Sedangkan metode adalah prosedur untuk membantu siswa dalam menerima dan
mengolah informasi guna mencapai tujuan pembelajaran. Fungsi media dalam proses
pembelajaran ditunjukkan pada Gambar 2.
Gambar 2: Fungsi media dalam proses pembelajaran
Dalam kegiatan interaksi antara siswa dengan lingkungan, fungsi media dapat
diketahui berdasarkan adanya kelebihan media dan hambatan yang mungkin timbul
dalam proses pembelajaran. Tiga kelebihan kemampuan media (Gerlach & Ely dalam
Ibrahim, et.al., 2001) adalah sebagai berikut. Pertama, kemapuan fiksatif, artinya dapat
menangkap, menyimpan, dan menampilkan kembali suatu obyek atau kejadian. Dengan
kemampuan ini, obyek atau kejadian dapat digambar, dipotret, direkam, difilmkan,
kemudian dapat disimpan dan pada saat diperlukan dapat ditunjukkan dan diamati
kembali seperti kejadian aslinya. Kedua, kemampuan manipulatif, artinya media dapat
menampilkan kembali obyek atau kejadian dengan berbagai macam perubahan
(manipulasi) sesuai keperluan, misalnya diubah ukurannya, kecepatannya, warnanya,
serta dapat pula diulang-ulang penyajiannya. Ketiga, kemampuan distributif, artinya
media mampu menjangkau audien yang besar jumlahnya dalam satu kali penyajian secara
serempak, misalnya siaran TV atau Radio.
MEDIA
SUMBER
IDE PENGKODEAN
pengalaman
PENAFSIR
AN KODE MENGERTI
pengalaman Penerima
GANGGUAN
UNPAN BALIK
MEDIA PESAN
METODE
GURU SISWA
Makalah I Wayan Santyasa
Disajikan dalam Worh Shop Media Pembelajaran bagi Guru-Guru SMAN Banjarangkan Klungkung 5
Hambatan-hambatan komunikasi dalam proses pembelajaran adalah sebagai
berikut. Pertama, verbalisme, artrinya siswa dapat menyebutkan kata tetapi tidak
mengetahui artinya. Hal ini terjadi karena biasanya guru mengajar hanya dengan
penjelasan lisan (ceramah), siswa cenderung hanya menirukan apa yang dikatakan guru.
Kedua, salah tafsir, artinya dengan istilah atau kata yang sama diartikan berbeda oleh
siswa. Hal ini terjadi karena biasanya guru hanya menjelaskan secara lisan dengan tanpa
menggunakan media pembelajaran yang lain, misalnya gambar, bagan, model, dan
sebagainya. Ketiga, perhatian tidak berpusat, hal ini dapat terjadi karena beberapa hal
antara lain, gangguan fisik, ada hal lain yang lebih menarik mempengaruhi perhatian
siswa, siswa melamun, cara mengajar guru membosankan, cara menyajikan bahan
pelajaran tanpa variasi, kurang adanya pengawasan dan bimbingan guru. Keempat, tidak
terjadinya pemahaman, artinya kurang memiliki kebermaknaan logis dan psikologis. Apa
yang diamati atau dilihat, dialami secara terpisah. Tidak terjadi proses berpikir yang logis
mulai dari kesadaran hingga timbulnya konsep.
Pengembangan media pembelajaran hendaknya diupayakan untuk memanfaatkan
kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh media tersebut dan berusaha menghindari
hambatan-hambatan yang mungkin muncul dalam proses pembelajaran. Secara rinci,
fungsi media dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut.
1. Menyaksikan benda yang ada atau peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Dengan
perantaraan gambar, potret, slide, film, video, atau media yang lain, siswa dapat
memperoleh gambaran yang nyata tentang benda/peristiwa sejarah.
2. Mengamati benda/peristiwa yang sukar dikunjungi, baik karena jaraknya jauh, berbahaya,
atau terlarang. Misalnya, video tentang kehidupan harimau di hutan, keadaan
dan kesibukan di pusat reaktor nuklir, dan sebagainya.
3. Memperoleh gambaran yang jelas tentang benda/hal-hal yang sukar diamati secara
langsung karena ukurannya yang tidak memungkinkan, baik karena terlalu besar atau
terlalu kecil. Misalnya dengan perantaraan paket siswa dapat memperoleh gambaran
yang jelas tentang bendungan dan kompleks pembangkit listrik, dengan slide dan film
siswa memperoleh gambaran tentang bakteri, amuba, dan sebaginya.
4. Mendengar suara yang sukar ditangkap dengan telinga secara langsung. Misalnya,
rekaman suara denyut jantung dan sebagainya.
5. Mengamati dengan teliti binatang-binatang yang sukar diamati secara langsung
karena sukar ditangkap. Dengan bantuan gambar, potret, slide, film atau video siswa
dapat mengamati berbagai macam serangga, burung hantu, kelelawar, dan
sebagainya.
6. Mengamati peristiwa-peristiwa yang jarang terjadi atau berbahaya untuk didekati.
Dengan slide, film, atau video siswa dapat mengamati pelangi, gunung meletus,
pertempuran, dan sebagainya.
Makalah I Wayan Santyasa
Disajikan dalam Worh Shop Media Pembelajaran bagi Guru-Guru SMAN Banjarangkan Klungkung 6
7. Mengamati dengan jelas benda-benda yang mudah rusak/sukar diawetkan. Dengan
menggunakan model/benda tiruan siswa dapat memperoleh gambaran yang jelas
tentang organ-organ tubuh manusia seperti jantung, paru-paru, alat pencernaan, dan
sebagainya.
8. Dengan mudah membandingkan sesuatu. Dengan bantuan gambar, model atau foto
siswa dapat dengan mudah membandingkan dua benda yang berbeda sifat ukuran,
warna, dan sebagainya.
9. Dapat melihat secara cepat suatu proses yang berlangsung secara lambat. Dengan
video, proses perkembangan katak dari telur sampai menjadi katak dapat diamati
hanya dalam waktu beberapa menit. Bunga dari kuncup sampai mekar yang
berlangsung beberapa hari, dengan bantuan film dapat diamati hanya dalam beberapa
detik.
10. Dapat melihat secara lambat gerakan-gerakan yang berlangsung secara cepat. Dengan
bantuan film atau video, siswa dapat mengamati dengan jelas gaya lompat tinggi,
teknik loncat indah, yang disajikan secara lambat atau pada saat tertentu dihentikan.
11. Mengamati gerakan-gerakan mesin/alat yang sukar diamati secara langsung. Dengan
film atau video dapat dengan mudah siswa mengamati jalannya mesin 4 tak, 2 tak,
dan sebagainya.
12. Melihat bagian-bagian yang tersembunyi dari sutau alat. Dengan diagram, bagan,
model, siswa dapat mengamati bagian mesin yang sukar diamati secara langsung.
13. Melihat ringkasan dari suatu rangkaian pengamatan yang panjang/lama. Setelah siswa
melihat proses penggilingan tebu atau di pabrik gula, kemudian dapat mengamati
secara ringkas proses penggilingan tebu yang disajikan dengan menggunakan film
atau video (memantapkan hasil pengamatan).
14. Dapat menjangkau audien yang besar jumlahnya dan mengamati suatu obyek secara
serempak. Dengan siaran radio atau televisi ratusan bahkan ribuan mahasiswa dapat
mengikuti kuliah yang disajikan seorang profesor dalam waktu yang sama.
15. Dapat belajar sesuai dengan kemampuan, minat, dan temponya masing-masing.
Dengan modul atau pengajaran berprograma, siswa dapat belajar sesuai dengan
kemampuan, kesempatan, dan kecepatan masing-masing.
3. Landasan Penggunaan Media Pembelajaran
Ada beberapa tinjauan tentang landasan penggunaan media pembelajaran, antara
lain landasan filosofis, psikologis, teknologis, dan empiris.
Landasan filosofis. Ada suatu pandangan, bahwa dengan digunakannya berbagai
jenis media hasil teknologi baru di dalam kelas, akan berakibat proses pembelajaran yang
Makalah I Wayan Santyasa
Disajikan dalam Worh Shop Media Pembelajaran bagi Guru-Guru SMAN Banjarangkan Klungkung 7
kurang manusiawi. Dengan kata lain, penerapan teknologi dalam pembelajaran akan
terjadi dehumanisasi. Benarkah pendapat tersebut? Bukankah dengan adanya berbagai
media pembelajaran justru siswa dapat mempunyai banyak pilihan untuk digunakan
media yang lebih sesuai dengan karakteristik pribadinya? Dengan kata lain, siswa
dihargai harkat kemanusiaannya diberi kebebasan untuk menentukan pilihan, baik cara
maupun alat belajar sesuai dengan kemampuannya. Dengan demikian, penerapan
teknologi tidak berarti dehumanisasi.
Sebenarnya perbedaan pendapat tersebut tidak perlu muncul, yang penting
bagaimana pandangan guru terhadap siswa dalam proses pembelajaran. Jika guru
menganggap siswa sebagai anak manusia yang memiliki kepribadian, harga diri,
motivasi, dan memiliki kemampuan pribadi yang berbeda dengan yang lain, maka baik
menggunakan media hasil teknologi baru atau tidak, proses pembelajaran yang dilakukan
akan tetap menggunakan pendekatan humanis.
Landasan psikologis. Dengan memperhatikan kompleks dan uniknya proses
belajar, maka ketepatan pemilihan media dan metode pembelajaran akan sangat
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Di samping itu, persepsi siswa juga sangat
mempengaruhi hasil belajar. Oleh sebab itu, dalam pemilihan media, di samping
memperhatikan kompleksitas dan keunikan proses belajar, memahami makna persepsi
serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penjelasan persepsi hendaknya diupayakan
secara optimal agar proses pembelajaran dapat berangsung secara efektif. Untuk maksud
tersebut, perlu: (1) diadakan pemilihan media yang tepat sehingga dapat menarik perhatian
siswa serta memberikan kejelasan obyek yang diamatinya, (2) bahan pembelajaran
yang akan diajarkan disesuaikan dengan pengalaman siswa.
Kajian psikologi menyatakan bahwa anak akan lebih mudah mempelajari hal yang
konkrit ketimbang yang abstrak. Berkaitan dengan kontinuum konkrit-abstrak dan
kaitannya dengan penggunaan media pembelajaran, ada beberapa pendapat. Pertama,
Jerome Bruner, mengemukakan bahwa dalam proses pembelajaran hendaknya menggunakan
urutan dari belajar dengan gambaran atau film (iconic representation of experiment)
kemudian ke belajar dengan simbul, yaitu menggunakan kata-kata (symbolic
representation). Menurut Bruner, hal ini juga berlaku tidak hanya untuk anak tetapi juga
untuk orang dewasa. Kedua, Charles F. Haban, mengemukakan bahwa sebenarnya nilai
dari media terletak pada tingkat realistiknya dalam proses penanaman konsep, ia
membuat jenjang berbagai jenis media mulai yang paling nyata ke yang paling abstrak.
Ketiga, Edgar Dale, membuat jenjang konkrit-abstrak dengan dimulai dari siswa yang
berpartisipasi dalam pengalaman nyata, kemudian menuju siswa sebagai pengamat
kejadian nyata, dilanjutkan ke siwa sebagai pengamat terhadap kejadian yang disajikan
dengan media, dan terakhir siswa sebagai pengamat kejadian yang disajikan dengan
Makalah I Wayan Santyasa
Disajikan dalam Worh Shop Media Pembelajaran bagi Guru-Guru SMAN Banjarangkan Klungkung 8
simbul. Jenjang konkrit-abstrak ini ditunjukkan dengan bagan dalam bentuk kerucut
pengalaman (cone of experiment), seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.
Gambar 3: Kerucut pengalaman Dale (Heinich, et.al., 2002:11)
Dalam menentukan jenjang konkrit ke abstrak antara Edgar Dale dan Bruner pada
diagram jika disejajarkan ada persamaannya, namun antara keduanya sebenarnya terdapat
perbedaan konsep. Dale menekankan siswa sebagai pengamat kejadian sehingga
menekankan stimulus yang dapat diamati, Bruner menekankan pada proses operasi
mental siswa pada saat mengamati obyek
Landasan teknologis. Teknologi pembelajaran adalah teori dan praktek
perancangan, pengembangan, penerapan, pengelolaan, dan penilaian proses dan sumber
belajar. Jadi, teknologi pembelajaran merupakan proses kompleks dan terpadu yang
melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan, dan organisasi untuk menganalisis masalah,
mencari cara pemecahan, melaksanakan, mengevaluasi, dan mengelola pemecahan
masalah-masalah dalam situasi di mana kegiatan belajar itu mempunyai tujuan dan
terkontrol. Dalam teknologi pembelajaran, pemecahan masalah dilakukan dalam bentuk:
kesatuan komponen-komponen sistem pembelajaran yang telah disusun dalam fungsi
disain atau seleksi, dan dalam pemanfaatan serta dikombinasikan sehingga menjadi
Pengalaman langsung yang bertujuan
Pengalaman tiruan yang diatur
Pengalaman dramatisasi
demonstrasi
karyawisata
pameran
televisi
film
Radio, audio tape recorder,
dan gambar diam
Simbul visual
Simbul
verbal SYMBOLIC
ICONIC
ENACTIVE
Makalah I Wayan Santyasa
Disajikan dalam Worh Shop Media Pembelajaran bagi Guru-Guru SMAN Banjarangkan Klungkung 9
sistem pembelajaran yang lengkap. Komponen-omponen ini termasuk pesan, orang,
bahan, media, peralatan, teknik, dan latar.
Landasan empiris. Temuan-temuan penelitian menunjukkan bahwa terdapat
interaksi antara penggunaan media pembelajaran dan karakteristik belajar siswa dalam
menentukan hasil belajar siswa. Artinya, siswa akan mendapat keuntungan yang
signifikan bila ia belajar dengan menggunakan media yang sesuai dengan karakteristik
tipe atau gaya belajarnya. Siswa yang memiliki tipe belajar visual akan lebih memperoleh
keuntungan bila pembelajaran menggunakan media visual, seperti gambar, diagram,
video, atau film. Sementara siswa yang memiliki tipe belajar auditif, akan lebih suka
belajar dengan media audio, seperti radio, rekaman suara, atau ceramah guru. Akan lebih
tepat dan menguntungkan siswa dari kedua tipe belajar tersebut jika menggunakan media
audio-visual. Berdasarkan landasan rasional empiris tersebut, maka pemilihan media
pembelajaran hendaknya jangan atas dasar kesukaan guru, tetapi harus
mempertimbangkan kesesuaian antara karakteristik pebelajar, karakteristik materi
pelajaran, dan karakteristik media itu sendiri.
4. Perangkat dan Klasifikasi Media Pembelajaran
Perangkat media pembelajaran. Yang termasuk perangkat media adalah:
material, equipment, hardware, dan software. Istilah material berkaitan erat dengan
istilah equipment dan istilah hardware berhubungan dengan istilah software. Material
(bahan media) adalah sesuatu yang dapat dipakai untuk menyimpan pesan yang akan
disampaikan kepada auidien dengan menggunakan peralatan tertentu atau wujud
bendanya sendiri, seperti transparansi untuk perangkat overhead, film, filmstrip, dan film
slide, gambar, grafik, dan bahan cetak. Sedangkan equipment (peralatan) ialah sesuatu
yang dipakai untuk memindahkan atau menyampaikan sesuatu yang disimpan oleh
material kepada audien, misalnya proyektor film slide, video tape recorder, papan tempel,
papan flanel, dan sebagainya.
Istilah hardware dan software tidak hanya dipakai dalam dunia komputer, tetapi
juga untuk semua jenis media pembelajaran. Contoh, isi pesan yang disimpan dalam
transparansi OHP, kaset audio, kaset video, film slide. Software adalah isi pesan yang
disimpan dalam material, sedangkan hardware adalah peralatan yang digunakan untuk
menyampaikan pesan yang telah dituangkan ke dalam material untuk dikirim kepada
audien. Contoh, proyektor overhead, proyektor film, video tape recorder, proyektor slide,
proyektor filmstrip.
Klasifikasi media pembelajaran. Media pembelajaran diklasifikasi berdasarkan
tujuan pemakaian dan karakteristik jenis media. Terdapat lima model klasifikasi, yaitu
Makalah I Wayan Santyasa
Disajikan dalam Worh Shop Media Pembelajaran bagi Guru-Guru SMAN Banjarangkan Klungkung 10
menurut: (1) Wilbur Schramm, (2) Gagne, (3) Allen, (4) Gerlach dan Ely, dan (5)
Ibrahim.
Menurut Schramm, media digolongkan menjadi media rumit, mahal, dan media
sederhana. Schramm juga mengelompokkan media menurut kemampuan daya liputan,
yaitu (1) liputan luas dan serentak seperti TV, radio, dan facsimile; (2) liputan terbatas
pada ruangan, seperti film, video, slide, poster audio tape; (3) media untuk belajar
individual, seperti buku, modul, program belajar dengan komputer dam telpon.
Menurut Gagne, media diklasifikasi menjadi tujuh kelompok, yaitu benda untuk
didemonstrasikan, komunikasi lisan, media cetak, gambar diam, gambar bergerak, film
bersuara, dan mesin belajar. Ketujuh kelompok media pembelajaran tersebut dikaitkan
dengan kemampuannya memenuhi fungsi menurut hirarki belajar yang dikembangkan,
yaitu pelontar stimulus belajar, penarik minat belajar, contoh prilaku belajar, memberi
kondisi eksternal, menuntun cara berpikir, memasukkan alih ilmu, menilai prestasi, dan
pemberi umpan balik.
Menurut Allen, terdapat sembilan kelompok media, yaitu: visual diam, film,
televisi, obyek tiga dimensi, rekaman, pelajaran terprogram, demonstrasi, buku teks
cetak, dan sajian lisan. Di samping mengklasifikasikan, Allen juga mengaitkan antara
jenis media pembelajaran dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Allen melihat
bahwa, media tertentu memiliki kelebihan untuk tujuan belajar tertentu tetapi lemah
untuk tujuan belajar yang lain. Allen mengungkapkan enam tujuan belajar, antara lain:
info faktual, pengenalan visual, prinsip dan konsep, prosedur, keterampilan, dan sikap.
Setiap jenis media tersebut memiliki perbedaan kemampuan untuk mencapai tujuan
belajar; ada tinggi, sedang, dan rendah.
Menurut Gerlach dan Ely, media dikelompokkan berdasarkan ciri-ciri fisiknya
atas delapan kelompok, yaitu benda sebenarnya, presentasi verbal, presentasi grafis,
gambar diam, gambar bergerak, rekaman suara, pengajaran terprogram, dan simulasi.
Menurut Ibrahim, media dikelompokkan berdasarkan ukuran serta kompleks
tidaknya alat dan perlengkapannya atas lima kelompok, yaitu media tanpa proyeksi dua
dimensi; media tanpa proyeksi tiga dimensi; media audio; media proyeksi; televisi, video,
komputer.
Berdasarkan pemahaman atas klasifikasi media pembelajaran tersebut, akan
mempermudah para guru atau praktisi lainnya dalam melakukan pemilihan media yang
tepat pada waktu merencanakan pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Pemilihan
media yang disesuaikan dengan tujuan, materi, serta kemampuan dan karakteristik
pebelajar, akan sangat menunjang efisiensi dan efektivitas proses dan hasil pembelajaran.
5. Karakteristik Media Pembelajaran Dua Dimensi
Makalah I Wayan Santyasa
Disajikan dalam Worh Shop Media Pembelajaran bagi Guru-Guru SMAN Banjarangkan Klungkung 11
Media dua dimensi adalah sebutan umum untuk alat peraga yang hanya memiliki
ukuran panjang dan lebar yang berada pada satu bidang datar. Media pembelajaran dua
dimensi meliputi grafis, media bentuk papan, dan media cetak yang penampilan isinya
tergolong dua dimensi.
Media grafis. Media grafis adalah suatu penyajian secara visual yang menggunakan
titik-titik, garis-garis, gambar-gambar, tulisan-tulisan, atau simbul visual yang lain
dengan maksud untuk mengihtisarkan, menggambarkan, dan merangkum suatu ide, data
atau kejadian. Fungsi umum media grafis adalah untuk menyalurkan pesan dari sumber
ke penerima pesan. Sedangkan fungsi khususnya adalah untuk menarik perhatian,
memperjelas ide, mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang mungkin akan cepat
dilupakan atau diabaikan bila tidak digrafiskan.
Karakteristik media grafis dapat dilihat berdasarkan ciri-cirinya, kelebihan yang
dimilikinya, kelemahannya, unsur-unsur disain dan kriteria pembuatannya, dan jenisjenisnya.
Ciri-cirinya, media grafis termasuk: media dua dimensi sehingga hanya dapat
dilihat dari bagian depannya saja; media visual diam sehingga hanya dapat diterima
melalui indra mata. Kelebihan yang dimiliki media grafis adalah: bentuknya sederhana,
ekonomis, bahan mudah diperoleh, dapat menyampaikan rangkuman, mampu mengatasi
keterbatasan ruang dan waktu, tanpa memerlukan peralatan khusus dan mudah
penempatannya, sedikit memerlukan informasi tambahan, dapat membandingkan suatu
perubahan, dapat divariasi antara media satu dengan yang lainnya. Kelemahan media
grafis adalah: tidak dapat menjangkau kelompok besar, hanya menekankan persepsi indra
penglihatan saja, tidak menampilkan unsur audio dan motion.
Unsur-unsur media grafis sering disebut sebagai unsur-unsur visual, terdiri dari:
titik, garis, bidang, bentuk, ruang, warna, dan tekstur. Jenis-jenis media grafis meliputi:
sketsa adalah gambar sederhana; gambar adalah bahasa bentuk/rupa yang umum; grafik
adalah pemakaian lambang visual untuk menjelaskan suatu perkembangan suatu keadaan;
bagan merupakan penyajian ide-ide atau konsep-konsep secara visual yang sulit bila
hanya disampaikan secara tertulis atau lisan; poster merupakan perpaduan antara gambar
dan tulisan untuk menyampaikan informasi, saran, seruan, peringatan, atau ide-ide lain;
kartoon dan karikatur adalah gambaran tentang seseorang, suatu buah pikiran atau
keadaan dapat dituangkan dalam bentuk lukisan yang lucu; peta datar adalah penyajian
visual yang merupakan gambaran datar dari permukaan bumi; transparansi OHP adalah
suatu karya grafis yang dibuat di atas sehelai plastik yang tembus pandang kemudian
diproyeksikan ke sehelai layar dengan proyektor OHP.
Selain harus memiliki unsur-unsur disain yang bekerja sama membentuk
komposisi yang baik, media grafis juga harus mempertimbangkan dalam pembuatannya
berorientasi pengalaman agar dapat menyenangkan orang yang melihat, sehingga pesan
Makalah I Wayan Santyasa
Disajikan dalam Worh Shop Media Pembelajaran bagi Guru-Guru SMAN Banjarangkan Klungkung 12
yang disampaikan dapat diterima. Pada waktu pembuatan media grafis, perlu
memperhatikan faktor-faktor yang mengkombinasikan unsur-unsur disainnya, yaitu:
keseimbangan, kesinambungan, aksentuasi, dominasi dan keseragaman. Faktor
keseimbangan terdiri dari keseimbangan fomal yang sering disebut simetris,
keseimbangan informal yang sering disebut asimetris, dan keseimbangan radial dengan
bentuk disainnya bergerak dari titik pusat berjalan menurut radiusnya. Faktor-faktor
kesinambungan meliputi: repetitif, alternatif, progresif, dan berubah tempat serta ukuran
secara bertahap. Faktor aksentuasi diperlukan untuk menghindari kejenuhan dan
kebosanan bagi penglihatan dengan cara menghindarkan unsur-unsur monoton dan
menonjolkan bagian-bagian yang penting. Faktor dominasi adalah suatu unsur yang dapat
mengikat keseluruhan komposisi sehingga dapat mencapai keutuhan dan kejelasan, dan
faktor keseragaman adalah unsur visual yang hadir berbeda sehingga masalah kejenuhan
dapat teratasi.
Media bentuk papan. Media bentuk papan yang diringkas di sini terdiri dari
papan tulis, papan tempel, papan flanel, dan papan magnet. Fungsi papan tulis adalah
untuk menuliskan pokok-pokok keterangan guru dan menuliskan rangkuman pelajaran
dalam bentuk ilustrasi, bagan, atau gambar. Keuntungan mengunakan papan tulis adalah:
dapat digunakan di segala jenis tingkatan lembaga, mudah mengawasi keaktifan kelas,
ekonomis, dapat dibalik. Kekurangannya adalah: memungkinkan sukarnya mengawasi
aktivitas murid, berdebu, kurang menguntungkan bagi guru yang tulisannya jelek.
Papan tempel adalah sebilah papan yang fungsinya sebagai tempat untuk
menempelkan pesan dan suatu tempat untuk menyelenggarakan suatu display yang
merupakan bagian aktivitas penting suatu sekolah. Keuntungan menggunakan papan
tempel adalah: dapat menarik perhatian, memperluas pengertian anak, mendorong
kreativitas, menghemat waktu, membangkitkan rasa keindahan, dan memupuk rasa
tanggung jawab. Kelemahan-kelemahannya adalah: sulit memantau apakah semua murid
dapat memperhatikan, kemungkinan terjadi gangguan kenakalan, membosankan jika
terlalu lama dipasang. Tugas guru berkaitan dengan papan tempel adalah: membimbing
daya cipta anak, menyarankan ide-ide, memberikan petunjuk komposisi warna,
memberikan penilaian. Tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh siswa adalah: mencari
atau membuat bahan pelajaran, menentukan komposisi warna, memelihara penggunaan
dan keutuhanya.
Papan flanel sering juga disebut sebagai visual board, adalah suatu papan yang
dilapisi kain flanel atau kain yang berbulu di mana padanya diletakan potongan gambargambar
atau simbul-simbul lain. Gambar-gambar atau simbul-simbul tersebut biasanya
disebut item papan flanel. Kegunaan papan flanel adalah: dapat dipakai untuk jenis
pelajaran apa saja, dapat menerangkan perbandingan atau persamaan secara sistematis,
dapat memupuk siswa untuk belajar aktif. Keuntungan papan flanel adalah: dapat dibuat
Makalah I Wayan Santyasa
Disajikan dalam Worh Shop Media Pembelajaran bagi Guru-Guru SMAN Banjarangkan Klungkung 13
sendiri, item-item dapat diatur sendiri, dapat dipersiapkan terlebih dahulu, item-item
dapat digunakan berkali-kali, memungkinkan penyesuaian dengan kebutuhan siswa,
menghemat waktu dan tenaga. Kelemahannya adalah: pada umumnya terletak pada
kurang persiapan dan kurang terampilnya para guru.
Papan magnet lebih dikenal sebagai white board atau magnetic board adalah
sebilah papan yang dibuat dari lapisan email putih pada sebidang logam, sehingga pada
permukaannya dapat ditempelkan benda-benda yang ringan dengan interaksi magnet.
Papan magnet memiliki fungsi ganda, yaitu sebagai papan tulis dan sebagai papan tempel
dan sebagai tempat memproyeksikan film atau slide. Keistimewaannya adalah: alat
tulisnya khusus, tidak terkena debu, lebih mudah dipindah-pindahkan, meningkatkan
perhatian dan semangat belajar siswa karena tulisan yang lebih terang. Dibandingkan
dengan papan flanel, papan magnet memang lebih mahal. Namun kelebihannya adalah:
daya rekat tempelan relatif lebih kuat sebagai akibat interaksi magnetik, simbul-simbul
dapat dipindah-pindahkan tanpa mengangkat, lebih bergengsi.
Media cetak. Secara historis, istilah media cetak muncul setelah ditemukannya
alat pencetak oleh Johan Gutenberg pada tahun 1456. Kemudian dalam bidang
percetakan berkembanglah produk alat pencetak yang semakin modern dan efektif
penggunaannya. Jenis-jenis media cetak yang disarikan di sini adalah: buku pelajaran,
surat kabar dan majalah, ensiklopedi, buku suplemen, dan pengajaran berprogram.
Buku pelajaran sering disebut buku teks adalah suatu penyajian dalam bentuk
bahan cetakan secara logis dan sistematis tentang suatu cabang ilmu pengetahuan atau
bidang studi tertentu. Manfaat buku pelajaran adalah: sebagai alat pelajaran individual,
sebagai pedoman guru dalam mengajar, sebagai alat mendorong murid memilih teknik
belajar yang sesuai, sebagai alat untuk meningkatkan kecakapan guru dalam
mengorganisasi bahan pelajaran. Keuntungan penggunaan buku pelajaran adalah:
ekonomis, komprehensif dan sistematis, mengembangkan sikap mandiri dalam belajar.
Surat kabar dan majalah adalah media komunikasi masa dalam bentuk cetak
yang tidak perlu diragukan lagi peranan dan pengaruhnya terhadap masyarakat pembaca
pada umumnya. Ditinjau dari segi isinya, surat kabar atau majalah dapat dibedakan
menjadi surat kabar dan majalah umum dan surat kabar dan majalah sekolah. Fungsi surat
kabar dan majalah adalah: mengandung bahan bacaan hangat dan aktual, memuat data
terakhir tentang hal yang menarik perhatian, sebagai sarana belajar menulis artikel,
memuat bahan kliping yang dapat digunakan sebagai bahan display untuk papan tempel,
memperkaya perbendaharaan pengetahuan, meningkatkan kemampuan membaca kritis
dan keterampilan berdiskusi. Langkah-langkah yang harus diambil guru agar surat kabar
dan majalah berfungsi dengan baik adalah: membangkitkan motivasi membaca, memberi
tugas-tugas yang kontekstual, tampilkan kliping-kliping siswa yang bagus agar menarik
Makalah I Wayan Santyasa
Disajikan dalam Worh Shop Media Pembelajaran bagi Guru-Guru SMAN Banjarangkan Klungkung 14
minat siswa yang lain, mengadakan diskusi dengan topik berkaitan dengan isi surat kabar
dan majalah, memberikan penghargaan yang wajar atas karya para siswa.
Ensiklopedi atau kamus besar yang memuat berbagai peristilahan ilmu
pengetahuan terbaru akan menjadi sumber belajar yang cukup penting bagi siswa.
Ensiklopedi merupakan sumber bacaan penunjang. Tugas guru adalah memberikan
motivasi dan petunjuk yang tepat kepada siswa agar para siwa menggunakan ensiklopedi
sebagai bacaan penunjang pelajaran.
Buku suplemen dapat berfungsi sebagai bahan pengayaan bagi anak, baik yang
berhubungan dengan pelajaran maupun yang tidak. Buku suplemen dapat menambah
bekal kepada anak untuk memantapkan aspek-aspek kepribadiannya. Yang termasuk
buku suplemen adalah karya fiksi dan non fiksi. Keberadaan buku suplemen dapat
memberikan peluang kepada anak untuk memenuhi minat-minat individual mereka.
Melalui buku suplemen dalam format-farmat yang lebih kecil dan menarik anak-anak
akan menambah perbendaharaan pengetahuan, keterampilan, dan sikap-sikap baru yang
cukup menunjang kemantapan kepribadiannya. Misalnya, menambah rasa percaya diri
sendiri, bagaimana menjadi pribadi yang menarik, atau belajar karate tanpa guru.
Pengajaran berprogram adalah salah satu sistem penyampaian pengajaran dengan
media cetak yang memungkinkan siswa belajar secara individual sesuai dengan
kemampuan dan kesempatan belajarnya serta memperoleh hasil sesuai dengan
kemampuannya juga. Menurut jenisnya, pengajaran berprogram dibedakan atas dua, yaitu
program linier dan program bercabang. Dalam program linier, kegiatan dibagi menurut
langkah-langkah, dan pada setiap halaman terdiri dari beberapa langkah. Pada setiap
langkah ada bagian yang harus diisi oleh siswa sebagai tes. Penjelasan dan pertanyaan
yang terdapat pada setiap langkah dibuat sedemikian rupa sehingga memberi peluang
kepada siswa untuk menjawab secara benar. Di akhir program diadakan tes untuk menilai
keberhasilan pencapaian tujuan program. Program bercabang juga dibagi-bagi menjadi
langkah-langkah tertentu, tetapi tiap halaman hanya mengandung satu langkah baik
penjelasan maupun pertanyaan. Pada bagian bawah halaman diberikan satu pertanyaan
yang telah disediakan kemungkinan jawaban. Bila siswa memilih kemungkinan jawaban
benar, ia tunjukkan untuk membuka halaman tertentu yang berisi kata-kata pujian bahwa
jawabannya tepat dan memberi peluang melanjutkan ke langkah berikutnya. Tetapi jika
jawaban masih kurang tepat, ia harus kembali ke halaman pertama. Sama halnya dengan
program linier, pada akhir program bercabang juga diberikan tes.
Komik adalah suatu bentuk sajian cerita dengan seri gambar yang lucu. Buku
komik menyediakan ceritera-ceritera yang sederhana, mudah ditangkap dan dipahami
isinya, sehingga sangat digemari baik oleh anak-anak maupun orang dewasa. Menurut
fungsinya, komik dibedakan atas komik komersial dan komik pendidikan. Komik
komersial jauh lebih diperlukan di pasaran, karena: bersifat personal, menyediakan
humor yang kasar, dikemas dengan bahasa percakapan dan bahasa pasaran, memiliki
Makalah I Wayan Santyasa
Disajikan dalam Worh Shop Media Pembelajaran bagi Guru-Guru SMAN Banjarangkan Klungkung 15
kesederhanaan jiwa dan moral, dan adanya kecenderungan manusiawi universal terhadap
pemujaan pahlawan. Sedangkan komik pendidikan cerderung menyediakan isi yang
bersifat informatif. Komik pendidikan banyak diterbitkan oleh industri, dinas kesehatan,
dan lembaga-lembaga non profit. Pendekatan kritis sangat diperlukan agar komik dapat
memenuhi fungsinya sebagai media pendidikan. Misalnya dengan menganjurkan
beberapa pertanyaan penguji: apa keuntungan dan kerugian komik? Adakah kemugkinan
bahaya yang menyelinap? Bagaimana menggabungkannya dengan media yang lain?
Dengan siswa yang mana komik itu tepat dan dengan yang mana tidak tepat?
6. Karakteristik Media Pembelajaran Tiga Dimensi
Media tiga dimensi ialah sekelompok media tanpa proyeksi yang penyajiannya
secara visual tiga dimensional. Kelompok media ini dapat berwujud sebagai benda asli
baik hidup maupun mati, dan dapat pula berwujud sebagai tiruan yang mewakili aslinya.
Benda asli ketika akan difungsikan sebagai media pembelajaran dapat dibawa langsung
ke kelas, atau siswa sekelas dikerahkan langsung ke dunia sesungguhnya di mana benda
asli itu berada. Apabila benda aslinya sulit untuk dibawa ke kelas atau kelas tidak
mungkin dihadapkan langsung ke tempat di mana benda itu berada, maka benda
tiruannya dapat pula berfungsi sebagai media pembelajaran yang efektif.
Media tiga dimensi yang dapat diproduksi dengan mudah, adalah tergolong
sederhana dalam penggunaan dan pemanfaatannya, karena tanpa harus memerlukan
keahlian khusus, dapat dibuat sendiri oleh guru, bahannya mudah diperoleh di lingkungan
sekitar. Moedjiono (1992) mengatakan bahwa media sederhana tiga dimensi memiliki
kelebihan-kelebihan: memberikan pengalaman secara langsung, penyajian secara
kongkrit dan menghindari verbalisme, dapat menunjukkan obyek secara utuh baik
konstruksi maupun cara kerjanya, dapat memperlihatkan struktur organisasi secara jelas,
dapat menunjukkan alur suatu proses secara jelas. Sedangkan kelemahan-kelemahannya
adalah: tidak bisa menjangkau sasaran dalam jumlah yang besar, penyimpanannya
memerlukan ruang yang besar dan perawatannya rumit.
Belajar benda sebenarnya melalui widya wisata. Widya wisata adalah kegiatan
belajar yang dilaksanakan melalui kunjungan ke suatu tempat di luar kelas sebagai bagian
integral dari seluruh kegiatan akademis dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan.
Keuntungan-keuntungan yang diperoleh dengan belajar melalui widya wisata adalah:
siswa memperoleh pengalaman langsung sehingga proses belajar menjadi lebih
bermakna, membangkitkan minat siswa untuk menyelidiki, melatih seni hidup bersama
dan tanggung jawab bersama, menciptakan kepribadian yang komplit bagi guru dan
siswa, mengintegrasikan pengajaran di kelas dengan kehidupan dunia nyata. Sedangkan
kelemahan-kelemahannya adalah: sulit dalam pengaturan waktu, memerlukan biaya dan
Makalah I Wayan Santyasa
Disajikan dalam Worh Shop Media Pembelajaran bagi Guru-Guru SMAN Banjarangkan Klungkung 16
tanggung jawab ekstra, obyek wisata yang jarang memberikan peluang yang tepat dengan
tujuan belajar.
Belajar benda sebenarnya melalui specimen. Terminologi benda sebenarnya
digolongkan atas dua, yaitu obyek dan benda contoh (specimen). Obyek adalah semua
benda yang masih dalam keadaan asli dan alami. Sedangkan specimen adalah bendabenda
asli atau sebagian benda asli yang digunakan sebagai contoh. Namun ada juga
benda asli tidak alami atau benda asli buatan, yaitu jenis benda asli yang telah
dimodifikasi bentuknya oleh manusia. Contoh-contoh specimen benda yang masih hidup
adalah: akuarium, terrarium, kebun binatang, kebun percobaan, dan insektarium. Contohcontoh
specimen benda yang sudah mati adalah: herbarium, teksidermi, awetan dalam
botol, awetan dalam cairan plastik. Contoh-contoh specimen benda yang tak hidup
adalah: berbagai benda yang berasal dari batuan dan mineral. Sekarang belajar melalui
benda sebenarnya jarang dilakukan. Ada beberapa alasan orang tidak mempelajari benda
sebenarnya, yaitu: bendanya sudah tidak ada lagi, kalaupun ada sangat sulit untuk
dijangkau, terlelalu besar atau terlalu kecil, sangat berbahaya untuk dipelajari langsung,
tidak boleh dilihat, terlalu cepat atau terlalu lambat gerakannya.
Belajar melalui media tiruan. Media tiruan sering disebut sebagai model.
Belajar melalui model dilakukan untuk pokok bahasan tertentu yang tidak mungkin dapat
dilakukan melalui pengalaman langsung atau melalui benda sebenarnya. Ada beberapa
tujuan belajar dengan menggunakan model, yaitu: mengatasi kesulitan yang muncul
ketika mempelajari obyek yang terlalu besar, untuk mempelajari obyek yang telah
menyejarah di masa lampau, untuk mempelajari obyek-obyek yang tak terjangkau secara
fisik, untuk mempelajari obyek yang mudak dijangkau tetapi tidak memberikan
keterangan yang memadai (misalnya mata manusia, telinga manusia), untuk mempelajari
konstruksi-konstruksi yang abstrak, untuk memperliatkan proses dari obyek yang luas
(misalnya proses peredaran planit-planit). Keuntungan-keuntungan menggunakan model
adalah: belajar dapat difokuskan pada bagian yang penting-penting saja, dapat
mempertunjukkan struktur dalam suatu obyek, siswa memperoleh pengalaman yang
konkrit. Ditinjau dari cara membuat, bentuk dan tujuan penggunaan model dapat
dibedakan atas: model perbandingan (misalnya globe), model yang disederhanakan,
model irisan, model susunan, model terbuka, model utuh, boneka, dan topeng.
Peta timbul. Peta timbul yang secara fisik termasuk model lapangan, adalah peta
yang dapat menunjukkan tinggi rendahnya permukaan bumi. Peta timbul memiliki
ukuran panjang, lebar, dan dalam. Dengan melihat peta timbul, siswa memperoleh
gambaran yang jelas tentang perbedaan letak, tepi pantai, dataran rendah, dataran tinggi,
pegunungan, gunung berapi, lembah, danau, sungai. Peta timbul dapat dibuat oleh guru
Makalah I Wayan Santyasa
Disajikan dalam Worh Shop Media Pembelajaran bagi Guru-Guru SMAN Banjarangkan Klungkung 17
bersama siswa sehingga dapat memupuk daya kreasi, daya imajinasi, dan memupuk rasa
tanggung jawab bersama terhadap hasil karya bersama. Bahan yang dapat dipakai
membuat peta tilmul adalah semen, tanah liat, serbuk gergaji, bubur kertas karton.
Pemilihan bahan disesuaikan dengan keperluan peta timbul yang ingin dibuat.
Globe. Globe (model perbandingan), adalah benda tiruan dari bentuk bumi yang
diperkecil. Globe dapat memberikan keterangan tentang permukaan bumi pada umumnya
dan khususnya tentang lingkungan bumi, aliran sungai, dan langit. Tujuan penggunaan
globe adalah: menunjukkan bentuk bumi yang sebenarnya dalam skala kecil,
menunjukkan jarak pada suatu titik tertentu, menunjukkan skala-skala tentang jarak pada
lingkungan yang luas. Ukuran gloge yang paling umum adalah 8, 12, 16, 20, 24 inci.
Globe untuk perseorangan cukup berukuran 8 inci, sedangkan untuk kelas adalah 12 atau
16 inci.
Boneka. Boneka yang merupakan salah satu model perbandingan adalah benda
tiruan dari bentuk manusia dan atau binatang. Sebagai media pendidikan, dalam
penggunaannya boneka dimainkan dalam bentuk sandiwara boneka. Penggunaan boneka
dalam pendidikan telah populer sejak tahun 1940-an di Amerika. Di Indonesia,
penggunaan boneka sudah lumrah, misalnya wayang golek (di Jawa Barat) digunakan
untuk memainkan ceritera Mahabarata dan Ramayana. Macam-macam boneka dibedakan
atas: boneka jari (dimainkan dengan jari tangan), boneka tangan (satu tangan memainkan
satu boneka), boneka tongkat seperti wayang-wayangan, boneka tali sering disebut
marionet (cara menggerakkan melalui tali yang menghubungkan kepala, tangan, dan
kaki), boneka bayang-bayang (shadow puppet) dimainkan dengan cara mempertontonkan
gerak bayang-bayangnya. Keuntungan menggunakan boneka adalah: efisien terhadap
waktu, tempat, biaya, dan persiapan; tidak memerlukan keterampilan yang rumit; dapat
mengembangkan imajinasi dan aktivitas anak dalam suasana gembira. Agar
penggunaannya menjadi efektif, maka harus memperhatikan hal-hal: merumuskan tujuan
pengajaran secara jelas, didahului dengan pembuatan naskahnya, lebih banyak
mementingkan gerak ketimbang verbal, dimainkan sekitar 10-15 menit, diselingi dengan
nyanyian, ceritera disesuaikan dengan umur anak, diikuti dengan tanya jawab, siswa
diberi peluang memainkannya.
PEDOMAN PENYUSUNAN BUKU
BAB ....
.................................................................
BAGIAN PENDAHULUAN
No Unsur Keterangan
Makalah I Wayan Santyasa
Disajikan dalam Worh Shop Media Pembelajaran bagi Guru-Guru SMAN Banjarangkan Klungkung 18
1 Kerangka Isi. Untuk menampilkan kaitan antar bab yang sedang
dibahas dengan bab sebelumnya dan bab sesudahnya. Kerangka
isi biasanya dibuat dalam bentuk kotak. Untuk memusatkan
perhatian pembaca, bab yang sedang dibahas diberi tanda yang
berbeda, misalnya diarsir, atau diberi berbayang.
2 Tujuan. Mengungkapkan kemampuan-kemmpuan yang akan
dimiliki oleh pebelajar setelah pembelajaran bab tersebut
berakhir. Tujuan hendaknya diungkapkan dengan kata-kata
operasional, sehingga pencapaiannya mudah diukur.
Dituliskan
dalam satu
halaman
3 Deskripsi singkat tentang isi bab (diungkapkan dalam satu
paragaf). Mendeskripsikan gambaran umum tentang ke seluruhan
isi bab tersebut
4 Relevansi isi bab (diungkapkan dalam satu paragaf).
Mengungkapkan kaitan isi antara bab yang sedang dipelajari
dengan bab sebelumnya dan bab setelahnya.
5 Kata-kata Kunci. Mengidentifikasi kata-kata yang paling
esensial dari ke seluruhan konsep yang menjadi isi bab tersebut.
Diuliskan
dalam satu
halaman
BAGIAN ISI
No Unsur Keterangan
1 Judul bab dan sub bab
2 Uraian atau penjelasan. Uraian atau penjelasan secara rinci
tentang isi bab yang diikuti dengan contoh-contoh konkrit dan
bukan contoh, juga disertakan gambar atau gafik sesuai dengan
kebutuhan. Contoh bisa didahulukan kemudian diikuti sajian
konsep atau prinsip.
3 Ringkasan. Sering pula disebut rangkuman adalah menegaskan
kembali prinsip-prinsip penting yang telah dipelajari.
4 Latihan. Menyajikan kegiatan yang mesti dilakukan oleh
pebelajar setelah mempelajari uraian isi. Tujuannya adalah
penampilan kinerja penguasaan sebagai pertanggungjawaban
belajar
Dituliskan
mulai
halaman
ketiga
setelah
bagian
pendahuluan
Catatan:
1. Jika buku dikembangkan berdasarkan hasil penelitian, maka menjadi buku ilmiah, sistematikanya
bisa mengikuti pedoman yang dianjurkan
2. Jika buku ditulis tanpa hasil penelitian, maka menjadi buku pelajaran atau modul, sistematikanya
bisa seperti yang dianjurkan
3. Diktat, hanya memuat bagian isi saja
PEDOMAN PENYUSUNAN ALAT PERAGA
ALAT PERAGA ....
.............................................................
RASIONAL
Makalah I Wayan Santyasa
Disajikan dalam Worh Shop Media Pembelajaran bagi Guru-Guru SMAN Banjarangkan Klungkung 19
Mengungkapkan pentingnya pengembangan alat peraga tersebut dalam rangka
mempermudah pembelajaran pada bab-bab tertentu.
TUJUAN Mengungkapkan kemampuan yang akan dimiliki oleh pebelajar setelah
menggunakan alat peraga tersebut dalam pembelajaran bab tertentu. Tujuan
hendaknya diungkapkan dengan kata-kata operasional, sehingga pencapaiannya
mudah diukur.
GAMBAR DAN DESKRIPSI ALAT PEGARA
Menampilkan gambar miniatur dari alat peraga yang dikembangkan. Gambar
tersebut hendaknya juga dilengkapi dengan deskripsi singkat tentang bagianbagian
gambar dan fungsinya. Cara menggunakan alat peraga tersebut juga harus
dideskripsikan secara singkat dan jelas.
LAMPIRAN ALAT PERAGA AKTUAL
Sebagai bukti hasil pengembangan, alat peraga yang aktual harus dilampirkan,
kecuali yang memang sulit untuk dilampirkan.
PEDOMAN PENYUSUNAN LKS
LKS ....
.............................................................
RASIONAL
Mengungkapkan pentingnya pengembangan Lembaran Kerja Siswa (LKS)
tersebut dalam rangka mempermudah pembelajaran pada bab-bab tertentu.
Makalah I Wayan Santyasa
Disajikan dalam Worh Shop Media Pembelajaran bagi Guru-Guru SMAN Banjarangkan Klungkung 20
TUJUAN Mengungkapkan kemampuan yang akan dimiliki oleh pebelajar setelah
mengerjakan LKS tersebut dalam pembelajaran bab tertentu. Tujuan hendaknya
diungkapkan dengan kata-kata operasional, sehingga pencapaiannya mudah
diukur.
PETUNJUK
Biasanya berisi arahan kepada pebelajar, misalnya dalam mengerjakan LKS
tersebut perlu melihat bab-bab tertentu pada buku tertetu, atau berdasarkan hasil
pengamatan tertentu. Arahan tersebut hendaknya juga mencakup apakah pebelajar
dapat bekerja secara individual, atau dalam mengerjakan LKS tersebut mereka
harus melakukannya dengan kerja sama dalam kelompok kecil (3-5 orang).
Kriteria penilaian kinerja pebelajar juga dicantumkan pada bagian ini.
PERTANYAAN-PERTANYAAN DALAM LKS
Buatlah pertanyaan-pertanyaan dalam LKS sesuai dengan tujuan belajar.
Pertanyaan dapat pula diungkapkan dalam bentuk masalah sederhana atau
kompleks. Untuk mengukur jenjang kemampuan (terutama aspek kognitif),
pertanyaan atau masalah biasanya dikemas mulai dari yang tingkatannya paling
rendah menuju yang lebih tinggi. Misalnya, dalam Taksonomi Bloom, untuk
kemampuan kognitif, mulailah dengan pengetahuan hafalan (C1), kemudian
pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4), sintesis (C5), dan evaluasi (C6).
Pertanyaan hendaknya juga menyertakan kemampuan keterampilan, baik
keterampilan intelektual maupun fisik.
PEDOMAN PENYUSUNAN PETUNJUK PRAKTIKUM
PRAKTIKUM ....
.............................................................
RASIONAL
Mengungkapkan pentingnya pengembangan petunjuk praktikum tersebut dalam
rangka mempermudah pembelajaran pada bab-bab tertentu.
TUJUAN Mengungkapkan kemampuan yang akan dimiliki oleh pebelajar setelah
melakukan praktikum tersebut dalam pembelajaran bab tertentu. Tujuan
Makalah I Wayan Santyasa
Disajikan dalam Worh Shop Media Pembelajaran bagi Guru-Guru SMAN Banjarangkan Klungkung 21
hendaknya diungkapkan dengan kata-kata operasional, sehingga pencapaiannya
mudah diukur.
PETUNJUK
Biasanya berisi arahan kepada pebelajar, misalnya dalam melakukan praktikum
tersebut perlu melihat bab-bab tertentu pada buku tertetu sebagai prasyarat.
Arahan tersebut hendaknya juga mencakup apakah pebelajar dapat bekerja secara
individual, atau dalam melakukan praktikum tersebut mereka harus kerja sama
dalam kelompok kecil (3-5 orang). Kriteria penilaian kinerja pebelajar juga
dicantumkan pada bagian ini.
DESKRIPSI TEORETIS
Ungkapkan secara ringkas teori yang melandasi praktikum yang akan dilakukan
oleh pebelajar. Teori tersebut hendaknya mampu mengarahkan pebelajar untuk
menetapkan langkah: perumusan masalah dan perumusan hipotesis.
SKETSA PERCOBAAN
Apabila praktikum yang akan dilakukan oleh pebelajar memang bisa digambarkan
sketsanya, sebaiknya sketsa tersebut ditampilkan berikut penjelasan bagian-bagian
dan fungsinya.
LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN
Langkah-langkah kegiatan dapat diformulasikan berdasarkan sketsa gambar, atau
dapat diformulasikan tanpa mengikuti sketsa. Langkah-langkah tersebut
hendaknya dibuat secara mendetail, sehingga memberikan peluang kepada
pebelajar untuk melakukan praktikum secara cepat dan tepat. Di antara langkahlangkah
tersebut hendaknya menyertakan pertanyaan-pertanyaan terbuka agar
pebelajar mampu melakukan penyelidikan ilmiah: misalnya apakah, mengapa,
isikan, diskusikan, analisislah, dan sebagainya. Untuk mengakomodasi kebutuhan
pebelajar dalam menjalani praktikum dan penyelidikan tersebut, dalam langkahlangkah
tersebut disertakan tabel yang harus diisi oleh pebelajar terkait dengan
kinerja mereka. Sebagai pertanggungjawaban pebelajar atas kinerjanya, mereka
juga diharapkan menulis laporan praktikum dalam bentuk portofolio. Dalam
laporan praktikum tersebut, mereka hendaknya juga dapat menjawab pertanyaanpertanyaan.
CONTOH KERANGKA ISI DAN TUJUAN PEMBELAJARAN
BAB IX
TUMBUHAN DIKOTIL
KERANGKA ISI PEMBELAJRAN
MAKHLUK HIDUP
Makalah I Wayan Santyasa
Disajikan dalam Worh Shop Media Pembelajaran bagi Guru-Guru SMAN Banjarangkan Klungkung 22
TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Menjelaskan ciri-ciri tumbuhan dikotil
2. Menjelaskan cara tumbuhan dikotil berkembang biak
3. ......
4. dst
DAFTAR PUSTAKA
Criticos, C. 1996. Media selection. Plomp, T., & Ely, D. P. (Eds.): International
Encyclopedia of Educational Technology, 2nd edition. New York: Elsevier
Science, Inc.
Dole, J. A. & Sinatra, G. M. 1998. Reconceptualizing change in the cognitive
construction of knowledge. Educational Psichologist, 33(2/3), 109-128.
Heinich, R., Molenda, M., Russell, J. D., & Smaldino, S.E. 2002. Instructional media and
technology for learning, 7th edition. New Jersey: Prentice Hall, Inc.
Ibrahim, H. 1997. Media pembelajaran: Arti, fungsi, landasan pengunaan, klasifikasi,
pemilihan, karakteristik oht, opaque, filmstrip, slide, film, video, Tv, dan
MANUSIA KHEWAN/BINATANG TUMBUHAN
MANUSIA
SEBAGAI
MAKHLUK
TERTINGGI
BAGIANBAGIAN
TUBUH
MANUSIA
BINATANG
MENYUSUI
BINATANG
TIDAK
MENYUSUI
TUMBUHAN
DIKOTIL
TUMBUHAN
MONOKOTIL
Makalah I Wayan Santyasa
Disajikan dalam Worh Shop Media Pembelajaran bagi Guru-Guru SMAN Banjarangkan Klungkung 23
penulisan naskah slide. Bahan sajian program pendidikan akta mengajar III-IV.
FIP-IKIP Malang.
Ibrahim, H. 1999. Pemanfaatan dan pengembangan media slide pembelajaran. Bahan
ajar. Disajikan dalam pelatihan produksi dan penggunaan media pembelajaran
bagi dosen MDU Universitas Negeri Malang, 8 Februari s.d 6 Maret 1999.
Ibrahim, H., Sihkabuden, Suprijanta, & Kustiawan, U. 2001. Media pembelajaran: Bahan
sajian program pendidikan akta mengajar. FIP. UM.
Moedjiono. 1981. Media pendidikan III: Cara pembukaan media pendidikan. Jakarta:
P3G. Depdikbud.
Sadiman, A.S. 1986. Media pendidikan: pengeratian, pengembangan, dan
pemanfaatannya. Jakarta: Cv. Rajawali.
Sihkabuden. 1994. Klasifikasi dan karakteristik media instruksional sederhana. Malang:
FIP IKIP Malang.
Wallington, C.J. 1996. Media production: production of still media. Plomp, T., & Ely,
D.P. (Eds.): International Encyclopedia of Educational Technology, 2nd edition.
New York: Elsevier Science, Inc.
Media Pembelajaran Grafis - makalah
Pengertian Media
Kata media berasal dari bahasa Latin Medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara, atau pengantar. Tetapi secara lebih khusus, pengertian media dalam proses pembelajaran diartikan sebagai alat-alat grafis, fotografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal. Media juga dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk menyalurkan pesan, merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa, sehingga dapat terdorong terlibat dalam proses pembelajaran. Gagne mengartikan media sebagai berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Heinich, Molenda, Russel (1996:8) menyatakan bahwa : “A medium (plural media) is a channel of communication, example include film, television, diagram, printed materials, computers, and instructors. (Media adalah saluran komunikasi termasuk film, televisi, diagram, materi tercetak, komputer, dan instruktur). AECT (Assosiation of Education and Communication Technology, 1977), memberikan batasan media sebagai segala bentuk saluran yang dipergunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi. NEA (National Education Assosiation) memberikan batasan media sebagai bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak, audio visual, serta peralatanya.
Dari berbagai batsan di atas dapat dirumuskan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk meyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, dapat membangkitkan semangat, perhatian, dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses pembelajaran pada diri siswa.
Di samping itu, media pengajaran dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) jenis yaitu:
a. Media auditif, yaitu media pengajaran yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja, seperti radio, tape recorder, piringan audio. Media pengajaran ini cocok untuk orang yang tuli atau mempunyai kelainan pendengaran.
b. Media visual, yaitu media pengajaran yang hanya mengandalkan gambar diam, seperti film strip (film rangkai), slides (film bingkai), foto, gambar, lukisan dan cetakan. Ada pula media visual yang menampilkan gambar atau symbol yang bergerak seperti film bisu dan film kartun.
c. Media audio visual, yaitu media yang mempunyai unsure antara suara dan gambar. Jenis media seperti ini mempunyai kemampuan yang lebih baik karena meliputi suara dan gambar seperti film bingkai, ada suaranya dan ada pula gambar yang ditampilkannya.
Media Grafis
Media grafis adalah media visual yang menyajikan fakta, ide atau gagasan melalui penyajian kata-kata, kalimat, angka-angka, dan simbol/gambar. Grafis biasanya digunakan untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide, dan mengilustrasikan fakta-fakta sehingga menarik dan diingat orang.
Yang termasuk media grafis antara lain :
1. Grafik, yaitu penyajian data berangka melalui perpaduan antara angka, garis, dan simbol.
2. 2Diagram, yaitu gambaran yang sederhana yang dirancang untuk memperlihatkan hubungan timbal balik yang biasanya disajikan melalui garis-garis simbol.
3. Bagan, yaitu perpaduan sajian kata-kata, garis, dan simbol yang merupakan ringkasan suatu proses, perkembangan, atau hubungan-hubungan penting.
4. Sketsa, yaitu gambar yang sederhana atau draft kasar yang melukiskan bagian-bagian pokok dari suatu bentuk gambar.
5. Poster, yaitu sajian kombinasi visual yang jelas, menyolok, dan menarik dengan maksud untuk menarik perhatian orang yang lewat.
6. Papan Flanel, yaitu papan yang berlapis kain flanel untuk menyajikan gambar atau kata-kata yang mudah ditempel dan mudah pula dilepas.
7. Bulletin Board, yaitu papan biasa tanpa dilapisi kain flanel. Gambar-gambar atau tulisan-tulisan biasanya langsung ditempelkan dengan menggunakan lem atau alat penempel lainnya.
Kelebihan Media Grafis adalah:
1. Dapat mempermudah dan mempercepat pemahaman siswa terhadap pesan yang disajikan.
2. Dapat dilengkapi dengan warna-warna sehingga lebih menarik perhatian siswa.
3. Pembuatannya mudah dan harganya murah.
Kelemahan Media Grafis adalah:
1. Membutuhkan keterampilan khusus dalam pembuatannya, terutama untuk grafis yang lebih kompleks.
2. Penyajian pesan hanya berupa unsur visual.
Media cetakan dan grafis di dalam proses belajar mengajar paling banyak dan paling sering digunakan. Media ini termasuk kategori media visual non proyeksi yang berfungsi untuk menyalurkan pesan dari pemberi ke penerima pesan (dari guru kepada siswa). Pesan yang dituangkan dalam bentuk tulisan, huruf-huruf, gambar-gambar dan simbol yang mengandung harti disebut ”Media Grafis”. Media grafis termasuk media visual diam, sebagaimana halnya dengan media lain media grafis mempunyai fungsi untuk menyalurkan pesan dari guru kepada siswa. Saluran yang dipakai menyangkut indera penglihatan yang dituangkan ke dalam simbol-simbol yang menarik dan jelas. Media ini tidak termasuk media yang relatif murah dalam pengadaannya bila ditimbang dari segi biaya.
Fungsi dari media grafis adalah menarik perhatian, memperjelas sajian pelajaran, dan mengilustrasikan suatu fakta atau konsep yang mudah terlupakan jika hanya dilakukan melalui penjelasan verbal. Jenis-jenis media grafis adalah:
1) Diagram
Diagram adalah suatu gambaran-gambaran sederhana untuk memperlihatkan hubungan timbale balik, terutama dengan garis-garis diagram yang baik adalah sangat sederhana yakni hanya bagian-bagian terpenting saja yang diperlihatkan.
Berdasarkan konsep tersebut di atas, kiranya penggunaan media diagram dalam proses pembelajaran akan sangat membantu bagi guru maupun siswa dalam menyimak materi pelajaran, karena pada dasarnya diagram merupakan ringkasan visual yang padat mengenai fakta-fakta dan gagasan yang akan diuraikan.
Oleh karena diagram bersifat:
• simbolis dan abstrak, kadang-kadang sulit dimengerti
untuk dapat membaca diagram diperlukan keahlian khusus dalam bidangnya tentang isi diagram tersebut
walaupun sulit dimengerti, karena sifatnya yang padat diagram dapat memperjelas arti.
Ciri-ciri diagram yang baik:
• benar, diagram rapih dan disertai dengan keterangan yang jelas
cukup besar dan ditempatkan secara strategis
penyusunannya disesuaikan dengan pola baca yang umum dari atas ke bawah atau dari kiri ke kanan
2) Grafik
Grafik adalah suatu grafis yang menggunakan titik-titik atau garis untuk menyampaikan informasi statistic yang saling berhubungan (R.Warsito, 2001 : 48).
Dengan berasumsi pada pengertian grafik tersebut, dalam proses belajar mengajar, grafik mempunyai fungsi untuk memperlihatkan perbandingan informasi kualitas-kualitas maupun kuantitas dengan cepat dan sederhana, terutama pada penyajian secara statistik
3) Poster
Poster merupakan kombinasi visualisasi yang kuat dengan warna dan pesan dengan maksud untuk menangkap perhatian orang lewat, tetapi cukup lama menanamkan gagasan yang berarti di dalam ingatannya (1989 : 51).
Media ini pada umumnya digunakan untuk mengenalkan suatu produk dari suatu perusahaan atau digunakan sebagai sarana promosi.
4) Kartun
Kartun adalah menggambarkan dalam bentuk lukisan atau karikatur tentang orang, gagasan atau situasi yang didesain untuk mempengaruhi opini masyarakat (1989 : 58).
Dengan berasumsi pada konsep tersebut di atas, kartun dapat digunakan sebagai alat bantu proses pengajaran walaupun banyak kartun yang membuat orang-orang tersenyum, tetapi pada dasarnya kartun mempunyai manfaat dalam proses belajar mengajar terutama dalam penjelasan rangkaian bahan satu urutan logis atau mendukung makna
5) Komik
Komik merupakan suatu bentuk kartun yang mengungkapkan karakter dan memerankan suatu berita dalam urutan yang erat dihubungkan dengan gambar dan di rancang untuk memberikan hiburan pada pembaca. (1989 : 69)
6) Gambar
Media grafis paling umum digunakan dalam PBM, karena merupakan bahasa yang umum dan dapat mudah dimengerti oleh peserta didik. Kemudahan mencerna media grafis karena sifatnya visual konkrit menampilkan objek sesuai dengan bentuk dan wujud aslinya sehingga tidak verbalistik.
Kelebihan media ini adalah:
• sifatnya konkrit, lebih realistik dibandingkan dengan media verbal
• dapat memperjelas suatu masalah dalam bidang apa saja, baik untuk usia muda maupun tua
harganya dan tidak memerlukan peralatan khusus dalam penyampaiannya.
Kelemahannya.
gambar/foto hanya menekankan persepsi indera mata
ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar
7) Bagan
Bagan merupakan media yang berisi tentang gambar-gambar keterangan-keterangan, daftar-daftar dan sebagainya. Bagan digunakan untuk memperagakan pokok-pokok isi bagan secara jelas dan sederhana antara lain: perkembangan, perbandingan, struktur, organisasi, jenis-jenis media bagan antara lain : Tree chart, flow chart.
1. Bagan lambang (piktograf)
Psikologi menunjukkan bahwa orang lebih cepat memilih bahan yang disajikan secara visual, singkat dan jelas.
Disekolah dengan berkembangnya tekhnologi alat peraga, piktograf mendapat kedudukan yang cukup penting. Piktograf biasanya berupa gambar atau lambing, yang memiliki suatu jumlah daru suatu sifat atau dari suatu hal
2. Bagan Arus
Bagan ini pada umumnya berbentuk garis – garis dengan berpanah ,bagaikan sungai yang datang dari berbagai sumber air dan mengalir ke satu arah untuk kemudian bertemu satu dengan yang lain, membentuk suatu arus besar yang menuju ke suatu muara.
3. Bagan pohon
Bagan ini merupakan kebalikan dari bagan arus. Sumbernya satu dan geraknya memencar, bercabang bagai pohon yang mulai tumbuh dari satu , kemudian memencar menjadi casbang – cabang dan dahan – dahan.
Postingan Terkait Lainnya :
makalah
• Pengembangan media dan sumber belajar
• Pergaulan Baik antara Suami Istri
• KERAJINAN TANGAN SENI MENGANYAM KERTAS KORAN
• Dokumentasi Rekam Medis
• Penentuan Tingkat pendapatan Nasional
• Makalah Pengantar Bisnis
• Kewajiban manusia untuk menuntut ilmu
• Belajar Aktif, Cara kerja otak dan Gaya belajar
• Manusia Sebagai Makhluk Pendidikan
• Perkembangan Islam di Thailand- makalah
• Pengertian Kenakalan Remaja (Makalah)
• Sejarah Perkembangan komputer - makalah
• Metode Pengembangan Seni - Mencetak dengan berbagai media
• MAKALAH CIVIC EDUCATION TENTANG WAWASAN NUSANTARA
• Pengertian Sampah dan cara menanggulangi
• Penilaian Pendidikan Agama Islam
• Sarana dan Prasarana Pendidikan Agama Islam
• Metodologi Pendidikan Agama Islam
• Makalah Perjanjian Perkawinan dalam Islam
• UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP – KONSEP IPA MELALUI PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISTIK BAGI SISWA KELAS IV
• Pengertian (definisi) Riba dan Jenis-Jenisnya
• Pentingnya Sex Education ( Pendidikan Seks)
• Jujur (Keselarasan Antara Ucapan dan Perbuatan)
• Contoh Penulisan daftar pustaka
• contoh Kata Pengantar Skripsi /proposal
Tidak ada komentar:
Posting Komentar