Rabu, 11 Januari 2012

Filsafat Ilmu



A. Definisi

Di dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata filsafat diartikan ”teori tentang kebenaran, ilmu yang berintikan logika, estetika, metafisika dan epismetologi; falsafah; pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat yang ada, sebab, asal dan hukumnya”. Sedangkan orang yang berfilsafat atau ahli pikir disebut filsuf. Kemudian, makna kata ’ilmu’ secara harfiah artinya ”kepandaian tertentu, pengetahuan tentang suatu bidang”. Dikutip dari pernyataan Hapidin, mengatakan bahwa filsafat berasal dari kata ’filo’ yang berarti ”cinta” dan ’sofia’ berarti ”kebijakan”.
Dikutip dari Jujun, berfilsafat didorong untuk mengetahui apa yang telah kita tahu dan apa yang kita belum tahu. Berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak semuanya akan pernah kita ketahui dalam kesemestaan yang seakan tak terbatas ini. Demikian juga berfilsafat berarti mengoreksi diri, semacam keberanian untuk berterus terang, seberapa jauh sebenarnya kebenaran yang dicai telah kita jangkau.
Filsafat ilmu merupakan pengetahuan yang dipelajari yang bersifat generik (umum), artinya kalangan atau siapa pun yang memiliki latar belakang profesi berbeda sekalipun dapat mempelajari filsafat ilmu. Karena semua ilmu pengetahuan pada dasarnya harus memahami filsafat ilmu (filosofi sebuah ilmu), meski bidang pengembangannya berbeda.
Menurut Hapidin, filsafat ilmu secara global (umum) dibagi menjadi dua hal pokok:
1. Social Science, yang kajiannya akan mengarah kepada pendidikan anak usia dini (PAUD).
Pengetahuan sosial, diartikan secara kebahasaan yaitu kata ’pengetahuan’ bermakna ”segala sesuatu yang diketahui; kepandaian” dan kata ’sosial’ bermakna ”berkenaan dengan khalayak, berkenaan dengan masyarakat, berkenaan dengan umum”. Jadi, pengetahuan sosial merupakan segala sesuatu bentuk pemahaman tentang keadaan masyarakat atau yang berkaitan dengan masyarakat. Dalam konteks ini, masyarakat yang dimaksudkan adalah lingkungan yang berkaitan dengan dunia pendidikan. Pengetahuan sosial akan diarahkan untuk memahami dunia pendidikan, maka kajian yang akan diperdalami adalah apa, bagaimana dan untuk apa pendidikan berlangsung, khususnya dalam hal ini adalah pendidikan anak usia dini.
2. Natural Science, yang kajiannya akan mengarah kepada ilmu kesehatan.
Pengetahuan alam, diartikan secara kebahasaan yaitu kata ’pengetahuan’ bermakna ”segala sesuatu yang diketahui; kepandaian” dan kata ’alam’ bermakna ”segala yang ada di langit dan di bumi; segala sesuatu yang termasuk dalam satu lingkungan dan dianggap sebagai satu kesatuan”. Jadi, pengetahuan alam merupakan kajian tentang segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi. Pengetahuan alam mempunyai berbagai macam cabang ilmu yang diantaranya akan mengkaji tentang manusia yaitu bidang kesehatan. Tentunya berkaitan dengan ilmu kesehatan, dokter, perawat dan sebagainya.
Jika membahas mengenai filsafat ilmu, maka kita sebagai seorang yang sedang mempelajari filsafat ilmu dan sebagai mahasiswa, tentunya suatu hari nanti akan menjadi seorang yang menyandang gelar sarjana.
Peranan ”Sarjana”:
· Sarjana menyandang gelar ”S.Pd”, bukan hanya sebagai praktisi (pelaksana) bidang pendidikan tetapi juga harus mampu mengembangkan sebuah konsep berkaitan dengan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman belajar melalui berbagai riset ilmiah yang terkait dengan ilmu dalam praktik keguruan.
· Sebagai sarjana dengan tugas seperti telah diuraikan di atas, maka sudah seharusnya memakai konsep dasar keilmuan, khususnya dalam ilmu keperawatan melalui sendi-sendi dasarnya akar keilmuan pada filsafat ilmu.

B. Karakteristik Berfilsafat
Menurut Jujun, karakteristik berpikir filsafat dibagi menjadi dua hal, yakni sifat menyeluruh dan sifat mendasar.
Sebagai contoh, seorang ilmuwan tidak puas lagi mengenal ilmu hanya dari segi pandang ilmu itu sendiri. Dia ingin melihat hakikat ilmu dalam konstelasi pengetahuan yang lainnya. Dia ingin tahu kaitan ilmu dengan moral. Kaitan ilmu dengan agama. Dia ingin yakin apakah ilmu itu membawa kebahagiaan kepada dirinya. Pemikiran ilmuwan tersebut telah menyatakan bahwa rasa keingintahuannya akan sebuah ilmu, bukan hanya sekedar ingin tahu akan konteks ilmu tersebut tetapi juga ingin mengetahui secara menyeluruh hal-hal yang berkaitan dengan ilmu itu.
Sedangkan sifat mendasar dari cara berpikir filsafat yakni saat seorang ilmuwan ingin mengetahui tentang apa saja yang ada di langit, maka ia bukan hanya sekedar menengadah ke bintang-bintang tetapi juga membongkar tempat berpijak secara fundamental. Dia tidak akan langsung percaya begitu saja akan apa yang dilihat. Dia akan mengkaji kebenaran sebuah ilmu sehingga ilmu yang didapatnya telah teruji kebenarannya. Dari segi manusiawi, ini adalah sifat manusia yang biasa disebut skeptis yakni sifat ragu yang muncul akan kebenaran sebuah ilmu namun akan mempercayainya bila ia telah dapat membuktikan dengan sendiri kebenaran ilmu tersebut.

C. Konsep-konsep Dalam Filsafat Ilmu
Dalam mempelajari filsafat ilmu hal terpenting yang harus dipahami ialah makna filsafat ilmu, ilmu tersebut, fungsi ilmu, berpikir filsafat, dan inti dari berpikir filsafat (berfilsafat). Berikut ini adalah penjelasan tentang hal yang menjadi dasar dari filsafat ilmu itu sendiri.
(1) Filsafat ilmu
Adalah pengetahuan yang menelaah dan mempelajari hakikat segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada.
Artinya, pengetahuan yang mengkaji hakikat segala sesuatu yang terkait dengan ilmu yang jelas sudah ada atau berasal dari alam langsung atau dari Allah SWT dan mengkaji segala sesuatu atau ilmu yang mungkin ada bila dikaji kembali. Filsafat ilmu merupakan pengetahuan yang menelaah dan mempelajari hakikat ilmu (tentang segala sesuatu yang ada, dialami dan dapat dijangkau oleh pemikiran).
(2) Ilmu
Adalah sesuatu rumusan pengetahuan yang telah teruji keunggulan dan kelemahannya melalui proses ilmiah.
Fungsi ilmu adalah:
1) sebagai petunjuk manusia kepada kebenaran;
2) sebagai penjelas dan pengontrol gejala-gejala alam.
(3) Berfilsafat
Adalah suatu proses berpikir tentang hakikat sesuatu yang ada dan mungkin ada serta dilakukan secara radikal (mendengar), universal (menyeluruh) dan spekulatif.
Inti berfilsafat adalah berpikir kontemplatif (merenang).
Misalnya:
Seorang sarjana pendidikan berpikir mengapa banyak guru yang menghadapi anak didik dengan sikap kurang menyenangkan, kaku dan kurang komunikatif sehingga pembelajaran menjadi sangat membosankan.

D. Lingkup Filsafat Ilmu
Lingkup tentang kajian filsafat secara umum, yaitu:
(1) Ontologi (Apa yang dikaji oleh pengetahuan itu)
Ontologi merupakan pencarian hakikat sesuatu yang dilandasi keingintahuan akan suatu hal yang mungkin ada dan sudah ada.
(2) Epistimologi (Bagaimana cara mendapatkan pengetahuan tersebut)
Epistimologi merupakan proses mempelajari cara-cara memperoleh pengetahuan yang benar. Pengetahuan yang benar dalam konteks ini adalah ilmu.
(3) Aksiologi (Untuk apa pengetahuan tersebut dipergunakan)
Aksiologi merupakan proses mengkaji dan mempelajari tentang hakikat untuk apa pengetahuan yang benar dipelajari dan dipergunakan.

E. Hakikat Mempelajari Filsafat Ilmu
Yaitu, untuk mempraktikkan ilmu keguruan. Dalam proses mempraktikkan ilmu keguruan tersebut, berarti harus mempelajari teori dan hal-hal yang berkaitan dengan ilmu keguruan.
Kajian utama yang merupakan bagian dari ilmu keguruan adalah anak. Maka yang paling utama dipelajari adalah bagaimana mempelajari karakteristik perkembangan anak. Untuk itulah dipelajari filsafat ilmu agar batasan-batasan pengkajian suatu ilmu keguruan dan kaitan-kaitannya. Yang terdekat terkait dengan anak ialah lingkungan rumah yaitu orang tua dan pengasuh, lingkungan sekolah yaitu guru, dan lingkungan masyarakat yaitu teman bermain.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar