A. Definisi
Di dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata filsafat
diartikan ”teori tentang kebenaran, ilmu yang berintikan logika, estetika,
metafisika dan epismetologi; falsafah; pengetahuan dan penyelidikan dengan akal
budi mengenai hakikat yang ada, sebab, asal dan hukumnya”. Sedangkan orang
yang berfilsafat atau ahli pikir disebut filsuf. Kemudian, makna kata ’ilmu’
secara harfiah artinya ”kepandaian tertentu, pengetahuan tentang suatu
bidang”. Dikutip dari pernyataan Hapidin, mengatakan bahwa filsafat
berasal dari kata ’filo’ yang berarti ”cinta” dan ’sofia’
berarti ”kebijakan”.
Dikutip dari Jujun,
berfilsafat didorong untuk mengetahui apa yang telah kita tahu dan apa yang
kita belum tahu. Berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak semuanya akan
pernah kita ketahui dalam kesemestaan yang seakan tak terbatas ini. Demikian
juga berfilsafat berarti mengoreksi diri, semacam keberanian untuk berterus
terang, seberapa jauh sebenarnya kebenaran yang dicai telah kita jangkau.
Filsafat ilmu merupakan pengetahuan yang dipelajari
yang bersifat generik (umum), artinya kalangan atau siapa pun yang memiliki
latar belakang profesi berbeda sekalipun dapat mempelajari filsafat ilmu.
Karena semua ilmu pengetahuan pada dasarnya harus memahami filsafat ilmu
(filosofi sebuah ilmu), meski bidang pengembangannya berbeda.
Menurut Hapidin, filsafat ilmu
secara global (umum) dibagi menjadi dua hal pokok:
1. Social Science, yang
kajiannya akan mengarah kepada pendidikan anak usia dini (PAUD).
Pengetahuan
sosial, diartikan secara kebahasaan yaitu kata ’pengetahuan’ bermakna ”segala
sesuatu yang diketahui; kepandaian” dan kata ’sosial’ bermakna ”berkenaan
dengan khalayak, berkenaan dengan masyarakat, berkenaan dengan umum”. Jadi,
pengetahuan sosial merupakan segala sesuatu bentuk pemahaman tentang keadaan
masyarakat atau yang berkaitan dengan masyarakat. Dalam konteks ini, masyarakat
yang dimaksudkan adalah lingkungan yang berkaitan dengan dunia pendidikan.
Pengetahuan sosial akan diarahkan untuk memahami dunia pendidikan, maka kajian
yang akan diperdalami adalah apa, bagaimana dan untuk apa pendidikan
berlangsung, khususnya dalam hal ini adalah pendidikan anak usia dini.
2. Natural Science, yang
kajiannya akan mengarah kepada ilmu kesehatan.
Pengetahuan
alam, diartikan secara kebahasaan yaitu kata ’pengetahuan’ bermakna ”segala
sesuatu yang diketahui; kepandaian” dan kata ’alam’ bermakna ”segala yang ada
di langit dan di bumi; segala sesuatu yang termasuk dalam satu lingkungan dan
dianggap sebagai satu kesatuan”. Jadi, pengetahuan alam merupakan kajian
tentang segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi. Pengetahuan alam
mempunyai berbagai macam cabang ilmu yang diantaranya akan mengkaji tentang
manusia yaitu bidang kesehatan. Tentunya berkaitan dengan ilmu kesehatan,
dokter, perawat dan sebagainya.
Jika membahas mengenai filsafat
ilmu, maka kita sebagai seorang yang sedang mempelajari filsafat ilmu dan
sebagai mahasiswa, tentunya suatu hari nanti akan menjadi seorang yang
menyandang gelar sarjana.
Peranan ”Sarjana”:
· Sarjana menyandang gelar ”S.Pd”, bukan hanya sebagai
praktisi (pelaksana) bidang pendidikan tetapi juga harus mampu mengembangkan
sebuah konsep berkaitan dengan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman belajar
melalui berbagai riset ilmiah yang terkait dengan ilmu dalam praktik keguruan.
· Sebagai sarjana dengan tugas
seperti telah diuraikan di atas, maka sudah seharusnya memakai konsep dasar
keilmuan, khususnya dalam ilmu keperawatan melalui sendi-sendi dasarnya akar
keilmuan pada filsafat ilmu.
B. Karakteristik Berfilsafat
Menurut
Jujun, karakteristik berpikir filsafat dibagi menjadi dua hal, yakni sifat
menyeluruh dan sifat mendasar.
Sebagai
contoh, seorang ilmuwan tidak puas lagi mengenal ilmu hanya dari segi pandang
ilmu itu sendiri. Dia ingin melihat hakikat ilmu dalam konstelasi pengetahuan
yang lainnya. Dia ingin tahu kaitan ilmu dengan moral. Kaitan ilmu dengan
agama. Dia ingin yakin apakah ilmu itu membawa kebahagiaan kepada dirinya.
Pemikiran ilmuwan tersebut telah menyatakan bahwa rasa keingintahuannya akan
sebuah ilmu, bukan hanya sekedar ingin tahu akan konteks ilmu tersebut tetapi
juga ingin mengetahui secara menyeluruh hal-hal yang berkaitan dengan ilmu itu.
Sedangkan
sifat mendasar dari cara berpikir filsafat yakni saat seorang ilmuwan ingin
mengetahui tentang apa saja yang ada di langit, maka ia bukan hanya sekedar
menengadah ke bintang-bintang tetapi juga membongkar tempat berpijak secara
fundamental. Dia tidak akan langsung percaya begitu saja akan apa yang dilihat.
Dia akan mengkaji kebenaran sebuah ilmu sehingga ilmu yang didapatnya telah
teruji kebenarannya. Dari segi manusiawi, ini adalah sifat manusia yang biasa
disebut skeptis yakni sifat ragu yang muncul akan kebenaran sebuah ilmu
namun akan mempercayainya bila ia telah dapat membuktikan dengan sendiri
kebenaran ilmu tersebut.
C. Konsep-konsep Dalam Filsafat
Ilmu
Dalam
mempelajari filsafat ilmu hal terpenting yang harus dipahami ialah makna
filsafat ilmu, ilmu tersebut, fungsi ilmu, berpikir filsafat, dan inti dari
berpikir filsafat (berfilsafat). Berikut ini adalah penjelasan tentang hal yang
menjadi dasar dari filsafat ilmu itu sendiri.
(1) Filsafat ilmu
Adalah
pengetahuan yang menelaah dan mempelajari hakikat segala sesuatu yang ada dan
yang mungkin ada.
Artinya, pengetahuan yang mengkaji hakikat segala sesuatu yang terkait dengan ilmu
yang jelas sudah ada atau berasal dari alam langsung atau dari Allah SWT dan
mengkaji segala sesuatu atau ilmu yang mungkin ada bila dikaji kembali.
Filsafat ilmu merupakan pengetahuan yang menelaah dan mempelajari hakikat ilmu
(tentang segala sesuatu yang ada, dialami dan dapat dijangkau oleh pemikiran).
(2) Ilmu
Adalah
sesuatu rumusan pengetahuan yang telah teruji keunggulan dan kelemahannya
melalui proses ilmiah.
Fungsi
ilmu adalah:
1) sebagai
petunjuk manusia kepada kebenaran;
2) sebagai penjelas dan
pengontrol gejala-gejala alam.
(3) Berfilsafat
Adalah
suatu proses berpikir tentang hakikat sesuatu yang ada dan mungkin ada serta
dilakukan secara radikal (mendengar), universal (menyeluruh) dan spekulatif.
Inti
berfilsafat adalah berpikir kontemplatif (merenang).
Misalnya:
Seorang
sarjana pendidikan berpikir mengapa banyak guru yang menghadapi anak didik
dengan sikap kurang menyenangkan, kaku dan kurang komunikatif sehingga
pembelajaran menjadi sangat membosankan.
D. Lingkup Filsafat Ilmu
Lingkup tentang kajian filsafat
secara umum, yaitu:
(1) Ontologi (Apa yang
dikaji oleh pengetahuan itu)
Ontologi
merupakan pencarian hakikat sesuatu yang dilandasi keingintahuan akan suatu hal
yang mungkin ada dan sudah ada.
(2) Epistimologi
(Bagaimana cara mendapatkan pengetahuan tersebut)
Epistimologi
merupakan proses mempelajari cara-cara memperoleh pengetahuan yang benar.
Pengetahuan yang benar dalam konteks ini adalah ilmu.
(3) Aksiologi (Untuk apa
pengetahuan tersebut dipergunakan)
Aksiologi
merupakan proses mengkaji dan mempelajari tentang hakikat untuk apa pengetahuan
yang benar dipelajari dan dipergunakan.
E. Hakikat Mempelajari Filsafat
Ilmu
Yaitu,
untuk mempraktikkan ilmu keguruan. Dalam proses mempraktikkan ilmu keguruan
tersebut, berarti harus mempelajari teori dan hal-hal yang berkaitan dengan
ilmu keguruan.
Kajian utama yang merupakan bagian
dari ilmu keguruan adalah anak. Maka yang paling utama dipelajari adalah
bagaimana mempelajari karakteristik perkembangan anak. Untuk itulah dipelajari
filsafat ilmu agar batasan-batasan pengkajian suatu ilmu keguruan dan
kaitan-kaitannya. Yang terdekat terkait dengan anak ialah lingkungan rumah
yaitu orang tua dan pengasuh, lingkungan sekolah yaitu guru, dan lingkungan
masyarakat yaitu teman bermain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar