Peserta
didik sebagai raw material dalam proses transformasi menempati posisi yang
sangat penting untuk dilihat signifikannyandalam menemukan keberhasilan sebuah
proses. Karena ukuran keberhasilan pendidikan islam sangat observable,
bagaimana sikap, perilaku dan kepribandian peserta didik tersebut apakah sesuai
dengan nilai-nilai moral, etika dan akhlak islami atau tidak. Kalu berkolerasi
positif, artinya pembelajaran agama islam disekolah tercermin dalam perilaku
dan sikap keagamaan peserta didik dalam kehidupan sosial pasti berhasil, tapi
kalau tidak berkesesuaian, yaitu justru counter productive perilakunya berarti
proses pembelajaran tersebut mengalami kegagalan. Dalam kaitan ilmiah,
membicarakan peserta didik dalam proses pendidikan adalah pembicaraan empat
hal, yaitu;
1. Hakikat
Peserta Didik
2. Kebutuhan
Psikologis Peserta Didik
3. Dimensi
Peserta Didik yang akam di Kembangkan
4. Perkembangan
Jiwa Agama Peserta Didik
A. HAKIKAT
PESERTA DIDIK
Hakikat
manusia memerlukan bimbingan, islam menempatkan manusia sebagai makhluk yang
ternulia dari semua makhluk yang ada di jagat raya ini. Selain itu pandangan
islam keberadaan manusia bukan describe status atau ststus yang given tetapi
sebaliknya tingkah laku manusia merupakan archive status, dimana orang
mendapatkannya karena usaha yang dilakukannya, bukan semata-mata begitu saja
diberikan oleh Allah swt. Agar usaha tersebut dapet berhasil dengan baik maka
usahanya itu harus dimulai dengan niat yang ikhlas karena Allah swt. Dan
diiringi dengan do’a. Hal yang biasa dilupakan manusia sebagai hakikat makhluk
Allah swt yaitu bertindak sewenang-wenang, tidak mengakui adanya aturan yang
mengikat dirinya, dan sering congkak dan takabur terhadap Allah swt.
B. DIMENSI-DIMENSI
PESERTA DIDIK YANG AKAN DIKEMBANGKAN
1. Dimensi
Fisik (jasmani)
Fisik atau jasmani terdiri
atas organisme fisik yang lebih sempurna dibandingkan organisme makhluk
lainnnya. Proses penciptaan manusia memiliki kesamaan dengan hewan ataupun
tumbuhan sebab semuanya termasuk dari alam. Setiap biotik, memiliki unsur
material yang sama yakni terbuat dari unsur tanah, api, udara dan air.
“ sesungguhnya kami telah
menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya” (Q.S. Attin-4)
Keempat unsur diatas
memerlukan material yang abiotik. Ia akan hidup jika diberi energi bersifat
fisik. Energi kehidupan ini lazimnya disebut nyawa. Karena nyawa manusia hidup.
Dengan ini manusia dapat bernafas, merasa sakit, haus, lapar, dingin, keingina
seks dan sebagainya. Jadi aspek jasmani ini memerlukan 2 natur yaitu natur
kongkrit berupa t ubuh kasar yang tampak dan natur abstrak berupa nyawa yang
menjadi sumber kehidupan tubuh. Aspek abstrak jasmani inilah yang mampu
beriterakdi dengan aspek rohani manusia.
Tujuan mendidik jasmani
dalam islam memiliki tujuan yaitu membina tubuh sehingga mencapai pertumbuhan
secara sempurna dan mengembangkan energi potesial yang dimiliki manusia
berlandaskan fisik, sesuai dengan perkembangan fisik manusia.
2. Aspek
Akal
Al-Ishfahami membagi akal
manusia kedalam 2 macam yaitu:
1. Aql-al-Mathbu
yaitu akal yang merpakan pancaran dari Allah swt sebagi fitrah ilahi. Akal ini
tidak akan bisa berkembang jika tidak dibarengi dengan kekuatan akal lainyya,
yaitu akal aql-al masmu.
2. Aql-al
Masmu yaitu akal yang merupakan kemampuan, menerima yang dapat dikembangkan
manusia. Akal ini bersifat aktif dan dapt dikembangakan sebatas kemampuan yang
dimilikinya lewat bantuan proses perinderaan secara bebas.
Fungsi
akal manusia:
1. Akal
adalah penahan nafsu. Dengan akal manusia dapat mengerti apa yang tidak dapat
dikehendaki oleh amanat yang dibebankan kepadanya sebagai kejiwaan.
2. Akal
adalah pengertian dan pemikiran yang berubah-ubah dalam neghadapi sesuatu baik
yang tampak jelas maupun tidak jelas.
3. Akal
adalah penunujuk yang dapat membedakan bidaah dan kesehatan.
4. Akal
adalah kesadaran batin dan pengtuaran.
5. Akal
adalah pandangan batin yang berdaya tembus melebihi penglihatan mata
6. Akal
adalah daya ingat mengambil dari yang telah lampau untuk masa yang akan
dihadapi.
Dalam
dunia pendidikan, fungsi intelektual atau kemampuan akal manusia atau anak
didik dikenal dengan istilah kognitif. Kogniif yaitu peroleh, penataan dan
penggunaan pengetahuan. Kognisi sebagai salah satu peranan psikologis yang
berpusat di otak meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan
pemahaman, pertimbangan pengolahan inforamasi, pemecahan masalah, kesenjangan
dan keyakinan.
Adapun
tujuan pendidkan akal berdasarkan semangat Islam secara utuh adalah akal yang
sempurna menurut ukuran ilmu dan takwa. Dengan kata lain, setelah mengalami
pendidikan seseorang diharapkan mencapai tingkat perkembangan yang optimal
sehingga mampu berperan sebagaiman yang diharapkan, yaitu untuk berfikir dan
berdzikir.
3. Dimensi
Keagamaan
Manusia
adalah makhluk berketuhanan atau disebut homodivinous (makhluk yang percaya
akan adanya Tuhan) atau disebut juga homoreligious artinya makhluk yang
beragama.
Islam
memandang ada suatu kesamaan diantara sekian perbedaan manusia. Yaitu potensi
dasar beriman (aqidah tauhid) kepada Allah yang merupakan fitrah manusia sejak
misaq (perjanjian) dengan Allah swt. Sehingga manusia pada prinsipnya selalu
ingin kembali kepada sifat dasarnya meskipun dalam keadaan yang berbeda-beda.
Pandangan Islam terhadap fitrah inilah yang membedakan kerangka nilai dasar
pendidikan Islam dengan yang lain. Pandangan Islam terhadap kemanusiaan ada 3
implikasi dasar yaitu implikasi yang berkaitan dengan pendidikan masa depan,
dimana pendidikan diarahkan untuk mengembangkan fitrah seoptimal mungkin dengan
tidak mendikotomikan materi. Yang ke2, yaitu muttaqin yang akan tercapai jika
manusia menjalankan fungsinya sebagai abdullah dan khalifah sekaligus. Ke3,
yaitu muatan materi dan metodologi pendidikan, diadakan spesialisasi dengan
metode integralistik dan disesuaikan dengan fitrah manusia.
4. Dimensi
Akhlak
Adapun
ciri akhalak Islam antara lain:
1. Bersifat
menyeluruh (universal). Akhalak Islam merupakan suatu metode yang sempurna,
meliputi seluruh gejala aktivitas biologis perorangan dan masyarakat. Meliputi
segala hubungan manusia dengan segala segi kehidupannya, baik hubungan dengan
Tuhan, dengan manusia, makhluk lainnya dan dengan alam.
2. Ciri-ciri
keseimbangan Islam dengan ajaran-ajaran dan akhlaknya mengahargai tabiat
manusia yang terdiri dari berbagai dimensi memperhatikan seluruh tuntutannya
dan kemaslahatan dunia dan akhirat.
3. Bersifat
sederhana, akhlak Islam berciri kesederhanaan dan tidak berkelebuhan pada salah
satu aspek. Ciri ini memastikan manusia berada pada posisi pertengahan, tidak
berlebih-lebihan dalam suatu urusan dan tidak pula bakhil.
4. Relistis,
yaitu akhlak Islam sesuai dengan kemampuan manusia dan sejalan dengan naluri
yang sehat. Islam tidak membebankan manusia kecuali sesuai dengan batas
kemampuannya dan dalam batas-batas yang masuk akal.
5. Kemudahan,
yaitu manusia tidak dibebani keculai dalam batas kesanggupan dan kekeuatannya.
Ia tidak dianggap bertanggung jawab dari akhlak dan syara’ kecuali jika berada
dalam keamanan, kebebasan dan akhlak yang sempurna.
6. Mengikat
kepercayaan dengan amal perkataan, teori dan praktek.
7. Tetap
dalam dasar-dasar dan prinsip-prinsip akhlak umum. Akhlak Islam kekal sesuai
dengan zaman dan cocok untuk segala waktu, ia tidak bisa tunduk pada
perubahandan pertukaran sesuai dengan hawa nafsu.
5. Dimensi
Rohani (Kejiwaan)
Al-Gazali
membagi roh kepada dua bentuk:
1. Ai-ruh
yaitu daya manusia untuk mengenal dirinya , mengenal Tuhan dan mencapai ilmu
pengetahuan, sehingga dapat menentukan manusia berkpribadian , berakhlak mulia
serta menjadi motivator sekaligus penggerak bagi manusia dalam melaksanakan
perintah Allah swt.
2. Ai-nafs
yaitu panas alami yang mengalir pada pembuluh
nadi, oto-otot dan syaraf-syaraf manusia. Ia sebagai tanda adanya tanda
kehidupan dalam diri manusia.
6. Dimensi
Seni (Keindahan)
Seni
adalah ekspresi roh dan daya manusia yang mengandung dan mengungkapkan
keindahan. Seni adalah bagian dari hidup manusia. Allah swt menganugerahkan
kepada manusia berbagai potensi rohani maupun indrawi (mata, telinga dsb).seni
sebagai salah satu potensi rohani, maka nilai seni dapat diungkapkan oleh
perorangan sesuai dengan kecenderungannya, atau oleh sekelompok masyarakat
sesuai dengan budayanya, tanpa adanya batasan yang ketat kecuali yang
digariskan oleh Allah swt.
Keberadaan
seni dalam Islam telah diperlihatkan langsung oleh Allah swt lewat tuntuna-Nya
yaitu Al-Qur’an, nilai keindahan yang maha Mulia menunjukan keindahan Ilahi
dalam objek pengetahuan manusia. Karena Al-Qur’an adalah ekpresi kebijaksanaan
dan pengetahuan Allah swt, tutunan dan petujuk dan kejhendak perintah-Nya.
Keindahan Al-Qur’an dapat dilihat dari segi kekuatan teksnya untuk menundukan
dan mengatasi setiap perbandingan maupun dari sastranya , merupakan bukti
keilahian. Hal inilah merupakan kemukjizatan Al-qur’an.
Nilai
keindahan sanagt erat kaitannya dengan keimanan, semakin tinggi tingkat
keimanan seseorang ia semakin mampu
untuk menyaksikan dan merasakan yang diciptakan oleh Allah dialam. Seorang
mikmin juga mencintai keindahan karena Rabbnya mencintai yang indah. Seni bagi
orang muslim saran untuk mendekatkan diri dan meningkatkan keimanan. Oleh karena itu seorang pendidik hendaklah
mampu mengarahkan anah didiknya untuk dapat mengembangkan dimensi seni, baik
dalam bentuk bimbingan untuk merasakan dan mengahayati nila-nilai seni yang ada
pada alam, maupun memotivasi mereka agar mampu mengungkapkan nilai-nilai seni
tersebut sesuai dengan bakat dan kemampuan mereka masing-masing.
7. Dimensi
Sosial
Seorang
manusia adalah makhluk individual dan secara bersamaan adlah makhluk sosial.
Keserasian antara individu dari masyarakat tidak mempunyai kontardiksi antara
tujuan sosial dan tujuan kelompok. Pendidikan sosial ini melibatkan bimbingan
terhadap tigkah laku sosial ekonomi dan politik dalam rangka akidah islam yang
betul dan ajara-ajaran dan hukum-hukum agama yang dapat meningkatkan iman,
takwa, takut kepada Allah swt yang mengerjakan ajaran-ajaran agamanya yang
mendorong kepada produksi, mengahrgai waktu, jujur, ikhlas dalam perbuatan,
adil, kasih sayang, ikhsan, tollong menolong, menjaga kemaslahata umum, cinta
tanah air dan lain-lain.
C. PERKEMBANGAN
BERAGAM PESERTA DIDIK
1. Perkembangan
Agama Pada Anak
a. Fase
Perkembangan
1) Menurut
penelitian Ernest Harmar perkembangan
anak melalui beberapa fase yaitu;
2) The
Fairy Tale Stage ( Tingkat Dongeng)
Tingkatan ini dimulai sejak anak usia 3-6
tahun. Pada tingkat ini konsep mengenai Tuhan banyak dipengaruhi oleh fantasi
dan emosi.
3) The
Realistic Stage ( Tingkat Kenyataan)
Tingkat ini dimulai sejak
anak masuk usia sekolah dasar-usia adolense. Konsep Tuhan sudah tercermin pada
kenyataan-kenyataan. Konsep ini timbul melauli lembaga pengajaran dan keagamaan
dan orang dewasa lainnya.
4) The
Individual Stage ( Tingkat Individu)
Anak telah memiliki kepekaan
emosi yang paling tinggi. Konsep keagamaan yang individualistik ini terbagi
atas 3:
a) Konsep
ke-Tuhanan yang konvesional dan konsmatif dengan dipengaruhi sebagian kecil
fantasi. Hal tersebut dipengaruhi oleh luar.
b) Konaep
ke-Tuhanan yang lebih murni dengan dinyatakan dengan pandangan yang bersifat
personal.
c) Konsep
ke-Tuhanan yang bersifat humanistik yaitu menghayati ajaran agama dan
dipeengaruhi oleh faktor intern dan ekstern.
b. Sifat
Agama Pada Anak-anak
Sifat
agama pada diri anak terdiri anak:
1) Unreflective
(kurang mendalam tanpa kritik)
Kebenaran yang mereka terima
tidak begitu mendalam sehingga cukup sekedarnya saja dan mereka sudah puas
dengan keterangan yang kadang-kadang kurang masuk akal. Meskipun demikian
beberapa diantara mereka menimbang-nimbang pemikiran yang mereka terima.
2) Egosentris
Anak memiliki kesadaran akan
diri sendiri sejak dalam tahun pertaman pertumbuhannya dan akan berkembang
sejalan dengan pertambahan pengalamannya. Apabila kesadaran akan diri itu mulai
subur pada diri anak maka akan tumbuh keraguan pada rasa egoismenya.
3) Anthromorphis
Konsep Tuhan dibuat oleh
anak-anak berdasarkan fantasi masing-masing.
4) Verbalis
dan Ritualis
Kehidupan agama pada anak
tumbuh mula-mula dari verbal
(ucapan)yang mereka laksanakan berdasarkan pengalaman mereka mereka tuntunan
yang diajarkan kepada mereka.
5) Imitaif
Tindakan keagmaan yang yang
dilakukan anak melalui proses meniru. Berdo’a dan salat merupakan perbuatn dari
hasil melihat perbuatan dilingkungannya.
6) Rasa
Heran
Rasa heran dan kagum
merupakan tanda dan sifat keagamaan yang terakhir pada anak. Rasa kagum dan
heran pada anak bersifat kritis dan kreative. Rasa kagum mereka disalurkan
melalui cerita-cerita yang menimbulkan rasa kagum.
2. Perkembangan
Beragam Pada Pada Remaja
a. Aspek
Perkembangan
Perkembangan agama pada para
remaja ditandai oleh beberapa faktorperkembangan rohani dan jasmani.
Perkembangan itu antara lain menurut Starbuck:
1) Pertumbuhan
fikiran dan mental
2) Perkembangan
perasaan
3) Pertimbangan
4) Perkembangan
Moral
5) Konflik
dan Keraguan
Penyebab timbulnya keraguan
antara lain:
1) Kepribadian
yang menyangkut salah tafsir dan kelamin.
2) Kesalahan
organisasi keagamaan dan pemuka agama
3) Pernyataan
kebutuha manusia
4) Kebiasaan
5) Pendidikan
6) Pencampuradukan
antara agama dan mistik
Keraguan
secara individu disebabkan oleh bebrapa hal:
1) Kepercayaan
2) Tempat
suci
3) Alat
perlengkapan keagamaan
4) Fungsi
dan tugas dalam lembaga keagamaan
5) Pemuka
agama
6) Perbedaan
aliran keagamaan
Konflik
ada beberapa macam yaitu:
1) Konflik
yang terjadi sebagai antara percaya dan ragu
2) Konflik
antara pemilihan agama satu diantara dua agama
3) Konflik
yang terjadi antara melepaskan kebiasaan masa lalu dengan kehidupan yang
didasarka petunjuk ilahi.
D. PESERTA
DIDIK DALAM PROSES PEMBELAJARAN
Dalam
proses pembelajaran 5 perbedaan yang perlu diperhatikan yaitu:
1. Perbedaan
Kecerdasan
Pelayaan terhadap peserta
didik yang kecerdasan antara lain program akselerasi, belajar dalam kelompok,
kenaikan kelas yang melompat, dan program tanpa kelas atau tingkat sebgaimana
yang dilaksanakan dalam sistem credit.
2. Perbedaan
Kreativitas
Guru diharapkan menciptakan
suasana belajar yang baik agar peserta didik dapat mengembangkan kretivitasnya
antara lain dengan teknik kelompok kecil, penugasan dan mensponsori pelaksanaan
proyek karena anak kreative belum tentu pandai dan sebaliknya.
3. Perbedaaan
Cacat Fisik
Perbedaannya antara lain
penglihatan,pendengaran dan kemampuan bicara dll. Pada anak seperti ini harus
diberikan pelayanan pendidikan yang berbeda dalam rangka membantu perkembangan
kpribadian mereka.
4. Perbedaan
Perilaku
Perbedaan perilkau yang
menimbulkan masalah antara lain putus sekolahdan kenakalan. Dalam hal ini guru
harus memberikan alasan-alasan yang logis yang dapat diterrima peserta didik.
5. Perbedaan
Kondisi Belajar
Hal perlu diperhatikan:
Lingkungan fisik dll yang
dapat menyiapkan lingkungan belajar yang kondusif.
6. Perbedaan
dalam Berbagai Faktor Akademik Lainnya
Hal yang diperhatikan antara
lain:
1) Jumlah
peserta didik
2) Latar
belakang pendidikan
3) Kebiasaan
belajar dll.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar