Rabu, 11 Januari 2012

PESERTA DIDIK


Peserta didik sebagai raw material dalam proses transformasi menempati posisi yang sangat penting untuk dilihat signifikannyandalam menemukan keberhasilan sebuah proses. Karena ukuran keberhasilan pendidikan islam sangat observable, bagaimana sikap, perilaku dan kepribandian peserta didik tersebut apakah sesuai dengan nilai-nilai moral, etika dan akhlak islami atau tidak. Kalu berkolerasi positif, artinya pembelajaran agama islam disekolah tercermin dalam perilaku dan sikap keagamaan peserta didik dalam kehidupan sosial pasti berhasil, tapi kalau tidak berkesesuaian, yaitu justru counter productive perilakunya berarti proses pembelajaran tersebut mengalami kegagalan. Dalam kaitan ilmiah, membicarakan peserta didik dalam proses pendidikan adalah pembicaraan empat hal, yaitu;
1.    Hakikat Peserta Didik
2.    Kebutuhan Psikologis Peserta Didik
3.    Dimensi Peserta Didik yang akam di Kembangkan
4.    Perkembangan Jiwa Agama Peserta Didik

A.   HAKIKAT PESERTA DIDIK
Hakikat manusia memerlukan bimbingan, islam menempatkan manusia sebagai makhluk yang ternulia dari semua makhluk yang ada di jagat raya ini. Selain itu pandangan islam keberadaan manusia bukan describe status atau ststus yang given tetapi sebaliknya tingkah laku manusia merupakan archive status, dimana orang mendapatkannya karena usaha yang dilakukannya, bukan semata-mata begitu saja diberikan oleh Allah swt. Agar usaha tersebut dapet berhasil dengan baik maka usahanya itu harus dimulai dengan niat yang ikhlas karena Allah swt. Dan diiringi dengan do’a. Hal yang biasa dilupakan manusia sebagai hakikat makhluk Allah swt yaitu bertindak sewenang-wenang, tidak mengakui adanya aturan yang mengikat dirinya, dan sering congkak dan takabur terhadap Allah swt.

B.   DIMENSI-DIMENSI PESERTA DIDIK YANG AKAN DIKEMBANGKAN
1.    Dimensi Fisik (jasmani)
Fisik atau jasmani terdiri atas organisme fisik yang lebih sempurna dibandingkan organisme makhluk lainnnya. Proses penciptaan manusia memiliki kesamaan dengan hewan ataupun tumbuhan sebab semuanya termasuk dari alam. Setiap biotik, memiliki unsur material yang sama yakni terbuat dari unsur tanah, api, udara dan air.
“ sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya” (Q.S. Attin-4)
Keempat unsur diatas memerlukan material yang abiotik. Ia akan hidup jika diberi energi bersifat fisik. Energi kehidupan ini lazimnya disebut nyawa. Karena nyawa manusia hidup. Dengan ini manusia dapat bernafas, merasa sakit, haus, lapar, dingin, keingina seks dan sebagainya. Jadi aspek jasmani ini memerlukan 2 natur yaitu natur kongkrit berupa t ubuh kasar yang tampak dan natur abstrak berupa nyawa yang menjadi sumber kehidupan tubuh. Aspek abstrak jasmani inilah yang mampu beriterakdi dengan aspek rohani manusia.
Tujuan mendidik jasmani dalam islam memiliki tujuan yaitu membina tubuh sehingga mencapai pertumbuhan secara sempurna dan mengembangkan energi potesial yang dimiliki manusia berlandaskan fisik, sesuai dengan perkembangan fisik manusia.

2.    Aspek Akal
Al-Ishfahami membagi akal manusia kedalam 2 macam yaitu:
1.    Aql-al-Mathbu yaitu akal yang merpakan pancaran dari Allah swt sebagi fitrah ilahi. Akal ini tidak akan bisa berkembang jika tidak dibarengi dengan kekuatan akal lainyya, yaitu akal aql-al masmu.
2.    Aql-al Masmu yaitu akal yang merupakan kemampuan, menerima yang dapat dikembangkan manusia. Akal ini bersifat aktif dan dapt dikembangakan sebatas kemampuan yang dimilikinya lewat bantuan proses perinderaan secara bebas.
Fungsi akal manusia:
1.    Akal adalah penahan nafsu. Dengan akal manusia dapat mengerti apa yang tidak dapat dikehendaki oleh amanat yang dibebankan kepadanya sebagai kejiwaan.
2.    Akal adalah pengertian dan pemikiran yang berubah-ubah dalam neghadapi sesuatu baik yang tampak jelas maupun tidak jelas.
3.    Akal adalah penunujuk yang dapat membedakan bidaah dan kesehatan.
4.    Akal adalah kesadaran batin dan pengtuaran.
5.    Akal adalah pandangan batin yang berdaya tembus melebihi penglihatan mata
6.    Akal adalah daya ingat mengambil dari yang telah lampau untuk masa yang akan dihadapi.
Dalam dunia pendidikan, fungsi intelektual atau kemampuan akal manusia atau anak didik dikenal dengan istilah kognitif. Kogniif yaitu peroleh, penataan dan penggunaan pengetahuan. Kognisi sebagai salah satu peranan psikologis yang berpusat di otak meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan pengolahan inforamasi, pemecahan masalah, kesenjangan dan keyakinan.
Adapun tujuan pendidkan akal berdasarkan semangat Islam secara utuh adalah akal yang sempurna menurut ukuran ilmu dan takwa. Dengan kata lain, setelah mengalami pendidikan seseorang diharapkan mencapai tingkat perkembangan yang optimal sehingga mampu berperan sebagaiman yang diharapkan, yaitu untuk berfikir dan berdzikir.

3.    Dimensi Keagamaan
Manusia adalah makhluk berketuhanan atau disebut homodivinous (makhluk yang percaya akan adanya Tuhan) atau disebut juga homoreligious artinya makhluk yang beragama.
Islam memandang ada suatu kesamaan diantara sekian perbedaan manusia. Yaitu potensi dasar beriman (aqidah tauhid) kepada Allah yang merupakan fitrah manusia sejak misaq (perjanjian) dengan Allah swt. Sehingga manusia pada prinsipnya selalu ingin kembali kepada sifat dasarnya meskipun dalam keadaan yang berbeda-beda. Pandangan Islam terhadap fitrah inilah yang membedakan kerangka nilai dasar pendidikan Islam dengan yang lain. Pandangan Islam terhadap kemanusiaan ada 3 implikasi dasar yaitu implikasi yang berkaitan dengan pendidikan masa depan, dimana pendidikan diarahkan untuk mengembangkan fitrah seoptimal mungkin dengan tidak mendikotomikan materi. Yang ke2, yaitu muttaqin yang akan tercapai jika manusia menjalankan fungsinya sebagai abdullah dan khalifah sekaligus. Ke3, yaitu muatan materi dan metodologi pendidikan, diadakan spesialisasi dengan metode integralistik dan disesuaikan dengan fitrah manusia.

4.    Dimensi Akhlak
Adapun ciri akhalak Islam antara lain:
1.    Bersifat menyeluruh (universal). Akhalak Islam merupakan suatu metode yang sempurna, meliputi seluruh gejala aktivitas biologis perorangan dan masyarakat. Meliputi segala hubungan manusia dengan segala segi kehidupannya, baik hubungan dengan Tuhan, dengan manusia, makhluk lainnya dan dengan alam.
2.    Ciri-ciri keseimbangan Islam dengan ajaran-ajaran dan akhlaknya mengahargai tabiat manusia yang terdiri dari berbagai dimensi memperhatikan seluruh tuntutannya dan kemaslahatan dunia dan akhirat.
3.    Bersifat sederhana, akhlak Islam berciri kesederhanaan dan tidak berkelebuhan pada salah satu aspek. Ciri ini memastikan manusia berada pada posisi pertengahan, tidak berlebih-lebihan dalam suatu urusan dan tidak pula bakhil.
4.    Relistis, yaitu akhlak Islam sesuai dengan kemampuan manusia dan sejalan dengan naluri yang sehat. Islam tidak membebankan manusia kecuali sesuai dengan batas kemampuannya dan dalam batas-batas yang masuk akal.
5.    Kemudahan, yaitu manusia tidak dibebani keculai dalam batas kesanggupan dan kekeuatannya. Ia tidak dianggap bertanggung jawab dari akhlak dan syara’ kecuali jika berada dalam keamanan, kebebasan dan akhlak yang sempurna.
6.    Mengikat kepercayaan dengan amal perkataan, teori dan praktek.
7.    Tetap dalam dasar-dasar dan prinsip-prinsip akhlak umum. Akhlak Islam kekal sesuai dengan zaman dan cocok untuk segala waktu, ia tidak bisa tunduk pada perubahandan pertukaran sesuai dengan hawa nafsu.

5.    Dimensi Rohani (Kejiwaan)
Al-Gazali membagi roh kepada dua bentuk:
1.    Ai-ruh yaitu daya manusia untuk mengenal dirinya , mengenal Tuhan dan mencapai ilmu pengetahuan, sehingga dapat menentukan manusia berkpribadian , berakhlak mulia serta menjadi motivator sekaligus penggerak bagi manusia dalam melaksanakan perintah Allah swt.
2.    Ai-nafs yaitu panas alami yang mengalir pada pembuluh  nadi, oto-otot dan syaraf-syaraf manusia. Ia sebagai tanda adanya tanda kehidupan dalam diri manusia.

6.    Dimensi Seni (Keindahan)
Seni adalah ekspresi roh dan daya manusia yang mengandung dan mengungkapkan keindahan. Seni adalah bagian dari hidup manusia. Allah swt menganugerahkan kepada manusia berbagai potensi rohani maupun indrawi (mata, telinga dsb).seni sebagai salah satu potensi rohani, maka nilai seni dapat diungkapkan oleh perorangan sesuai dengan kecenderungannya, atau oleh sekelompok masyarakat sesuai dengan budayanya, tanpa adanya batasan yang ketat kecuali yang digariskan oleh Allah swt.
Keberadaan seni dalam Islam telah diperlihatkan langsung oleh Allah swt lewat tuntuna-Nya yaitu Al-Qur’an, nilai keindahan yang maha Mulia menunjukan keindahan Ilahi dalam objek pengetahuan manusia. Karena Al-Qur’an adalah ekpresi kebijaksanaan dan pengetahuan Allah swt, tutunan dan petujuk dan kejhendak perintah-Nya. Keindahan Al-Qur’an dapat dilihat dari segi kekuatan teksnya untuk menundukan dan mengatasi setiap perbandingan maupun dari sastranya , merupakan bukti keilahian. Hal inilah merupakan kemukjizatan Al-qur’an.
Nilai keindahan sanagt erat kaitannya dengan keimanan, semakin tinggi tingkat keimanan seseorang  ia semakin mampu untuk menyaksikan dan merasakan yang diciptakan oleh Allah dialam. Seorang mikmin juga mencintai keindahan karena Rabbnya mencintai yang indah. Seni bagi orang muslim saran untuk mendekatkan diri dan meningkatkan keimanan. Oleh karena itu seorang pendidik hendaklah mampu mengarahkan anah didiknya untuk dapat mengembangkan dimensi seni, baik dalam bentuk bimbingan untuk merasakan dan mengahayati nila-nilai seni yang ada pada alam, maupun memotivasi mereka agar mampu mengungkapkan nilai-nilai seni tersebut sesuai dengan bakat dan kemampuan mereka masing-masing.

7.    Dimensi Sosial
Seorang manusia adalah makhluk individual dan secara bersamaan adlah makhluk sosial. Keserasian antara individu dari masyarakat tidak mempunyai kontardiksi antara tujuan sosial dan tujuan kelompok. Pendidikan sosial ini melibatkan bimbingan terhadap tigkah laku sosial ekonomi dan politik dalam rangka akidah islam yang betul dan ajara-ajaran dan hukum-hukum agama yang dapat meningkatkan iman, takwa, takut kepada Allah swt yang mengerjakan ajaran-ajaran agamanya yang mendorong kepada produksi, mengahrgai waktu, jujur, ikhlas dalam perbuatan, adil, kasih sayang, ikhsan, tollong menolong, menjaga kemaslahata umum, cinta tanah air dan lain-lain.
C.   PERKEMBANGAN BERAGAM PESERTA DIDIK
1.    Perkembangan Agama Pada Anak
a.    Fase Perkembangan
1)    Menurut penelitian Ernest Harmar  perkembangan anak melalui beberapa fase yaitu;
2)    The Fairy Tale Stage ( Tingkat Dongeng)
 Tingkatan ini dimulai sejak anak usia 3-6 tahun. Pada tingkat ini konsep mengenai Tuhan banyak dipengaruhi oleh fantasi dan emosi.
3)    The Realistic  Stage ( Tingkat Kenyataan)
Tingkat ini dimulai sejak anak masuk usia sekolah dasar-usia adolense. Konsep Tuhan sudah tercermin pada kenyataan-kenyataan. Konsep ini timbul melauli lembaga pengajaran dan keagamaan dan orang dewasa lainnya.
4)    The Individual Stage ( Tingkat Individu)
Anak telah memiliki kepekaan emosi yang paling tinggi. Konsep keagamaan yang individualistik ini terbagi atas 3:
a)    Konsep ke-Tuhanan yang konvesional dan konsmatif dengan dipengaruhi sebagian kecil fantasi. Hal tersebut dipengaruhi oleh luar.
b)    Konaep ke-Tuhanan yang lebih murni dengan dinyatakan dengan pandangan yang bersifat personal.
c)    Konsep ke-Tuhanan yang bersifat humanistik yaitu menghayati ajaran agama dan dipeengaruhi oleh faktor intern dan ekstern.
b.    Sifat Agama Pada Anak-anak
Sifat agama pada diri anak terdiri anak:
1)    Unreflective (kurang mendalam tanpa kritik)
Kebenaran yang mereka terima tidak begitu mendalam sehingga cukup sekedarnya saja dan mereka sudah puas dengan keterangan yang kadang-kadang kurang masuk akal. Meskipun demikian beberapa diantara mereka menimbang-nimbang pemikiran yang mereka terima.
2)    Egosentris
Anak memiliki kesadaran akan diri sendiri sejak dalam tahun pertaman pertumbuhannya dan akan berkembang sejalan dengan pertambahan pengalamannya. Apabila kesadaran akan diri itu mulai subur pada diri anak maka akan tumbuh keraguan pada rasa egoismenya.
3)    Anthromorphis
Konsep Tuhan dibuat oleh anak-anak berdasarkan fantasi masing-masing.
4)    Verbalis dan Ritualis
Kehidupan agama pada anak tumbuh mula-mula  dari verbal (ucapan)yang mereka laksanakan berdasarkan pengalaman mereka mereka tuntunan yang diajarkan kepada mereka.
5)    Imitaif
Tindakan keagmaan yang yang dilakukan anak melalui proses meniru. Berdo’a dan salat merupakan perbuatn dari hasil melihat perbuatan dilingkungannya.
6)    Rasa Heran
Rasa heran dan kagum merupakan tanda dan sifat keagamaan yang terakhir pada anak. Rasa kagum dan heran pada anak bersifat kritis dan kreative. Rasa kagum mereka disalurkan melalui cerita-cerita yang menimbulkan rasa kagum.

2.    Perkembangan Beragam Pada Pada Remaja
a.    Aspek Perkembangan
Perkembangan agama pada para remaja ditandai oleh beberapa faktorperkembangan rohani dan jasmani. Perkembangan itu antara lain menurut Starbuck:
1)    Pertumbuhan fikiran dan mental
2)    Perkembangan perasaan
3)    Pertimbangan
4)    Perkembangan Moral
5)    Konflik dan Keraguan
Penyebab timbulnya keraguan antara lain:
1)    Kepribadian yang menyangkut salah tafsir dan kelamin.
2)    Kesalahan organisasi keagamaan dan pemuka agama
3)    Pernyataan kebutuha manusia
4)    Kebiasaan
5)    Pendidikan
6)    Pencampuradukan antara agama dan mistik
Keraguan secara individu disebabkan oleh bebrapa hal:
1)    Kepercayaan
2)    Tempat suci
3)    Alat perlengkapan keagamaan
4)    Fungsi dan tugas dalam lembaga keagamaan
5)    Pemuka agama
6)    Perbedaan aliran keagamaan
Konflik ada beberapa macam yaitu:
1)    Konflik yang terjadi sebagai antara percaya dan ragu
2)    Konflik antara pemilihan agama satu diantara dua agama
3)    Konflik yang terjadi antara melepaskan kebiasaan masa lalu dengan kehidupan yang didasarka petunjuk ilahi.

D.   PESERTA DIDIK DALAM PROSES PEMBELAJARAN
Dalam proses pembelajaran 5 perbedaan yang perlu diperhatikan yaitu:
1.    Perbedaan Kecerdasan
Pelayaan terhadap peserta didik yang kecerdasan antara lain program akselerasi, belajar dalam kelompok, kenaikan kelas yang melompat, dan program tanpa kelas atau tingkat sebgaimana yang dilaksanakan dalam sistem credit.
2.    Perbedaan Kreativitas
Guru diharapkan menciptakan suasana belajar yang baik agar peserta didik dapat mengembangkan kretivitasnya antara lain dengan teknik kelompok kecil, penugasan dan mensponsori pelaksanaan proyek karena anak kreative belum tentu pandai dan sebaliknya.
3.    Perbedaaan Cacat Fisik
Perbedaannya antara lain penglihatan,pendengaran dan kemampuan bicara dll. Pada anak seperti ini harus diberikan pelayanan pendidikan yang berbeda dalam rangka membantu perkembangan kpribadian mereka.
4.    Perbedaan Perilaku
Perbedaan perilkau yang menimbulkan masalah antara lain putus sekolahdan kenakalan. Dalam hal ini guru harus memberikan alasan-alasan yang logis yang dapat diterrima peserta didik.
5.    Perbedaan Kondisi Belajar
Hal perlu diperhatikan:
Lingkungan fisik dll yang dapat menyiapkan lingkungan belajar yang kondusif.
6.    Perbedaan dalam Berbagai Faktor Akademik Lainnya
Hal yang diperhatikan antara lain:
1)    Jumlah peserta didik
2)    Latar belakang pendidikan
3)    Kebiasaan belajar dll.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar