Rabu, 11 Januari 2012

Model Pembelajaran Montessori


PANDANGAN DASAR
1. Pendidikan hanyalah pertolongan pada saat anak tersebut berkembang.
Pendidikan bukanlah sebagai penentu kehidupan anak tersebut nantinya. Pendidikan hanya sebagai bantuan agar nantinya anak tersebut terbentuk menjadi manusia yang dapat menunjukkan eksistensinya di lingkungan masyarakat.
2. Setiap anak memiliki kodrat (pembawaan dan bakat) sendiri-sendiri.
Anak tidak terlahir sebagai kertas putih yang polos yang tidak ada sedikitpun coretan. Setiap anak terlahir dengan membawa bakat masing0masing. Maka pendidikan harus mengembankan bakat tersebut secara alami bukan menghilangkannya dan menggantinya sesuai dengan kehendak pendidik.
3. Setiap anak memiliki tempo dan irama perkembangan sendiri-sendiri.
Setiap anak merupakan individu yang memiliki keunikan masing-masing. Cara belajar dan tingkat intelegensi mereka pun berbeda satu sama lain. Hal inilah yang harus diperhatikan agar anak tidak merasa dipaksa dan terbebani ketika belajar. Sehingga, tidak ada anak yang merasa terhambat dengan kelebihan dan kekurangan teman-temannya yang lain.
4. Pusat aktivitas pendidikan terletak pada diri anak itu sendiri.
Bentuk pendidikan pada dasarnya adalah pendidikan diri sendiri. Hal yang harus menjadi pangkal, haluan dan tujuan pendidikan adalah anak itu sendiri. Segala bentuk usaha pendidikan harus ditimbulkan dari dalam diri anak. Pendidikan harus dapat memberikan kesempatan pada anak untuk dapat mengembangkan diri.

Filsafat Eksisitensialisme.
Manusia bukan semata-mata obyek, tetapi juga sebagai subject yang dapat memberi arti terhadap dirinya sendiri dan benda-benda lain. Karena manusia dapat memperlakukan obyek yang berada di luar dirinya. Pendidikan merupakan upaya mewujudkan diri sendiri melalui proses penghayatan dan belajar sendiri.


PRINSIP
1. Semua bentuk pendidikan adalah pendidikan diri sendiri.
Seorang pendidik tidak akan mungkin dapat mengalihkan atau menuangkan segala kemampuan kecerdasan, perasaan, kemampuan atau ketekunannya kedalam jiwa seoprang anak didik. Berkembangnya seorang anak hanya bisa berlangsung jika anak itu sendiri menunjukkan otoaktivitas untuk mengembangkan jasmani maupun rohaninya. Pendidikan hanya dapat menyediakan alat-alat, kesempatan serta pertolongan sebagai bentuk stimulasi agar anak itu menunjukkan otoaktivitasnya.
2. Pendidikan pedosentris.
Setiap anak memiliki pembawaan, kesanggupan, perkembangan serta kodratnya masing-masing. Pendidikan harus bertitik tolak darib keadaan anak secara individual. Oleh karena itu pendidikan harus disesuaikan dengan keadaan anak tersebut secara individual. Pendidikan harus dapat melayani anak secara individual.
3. Masa peka
Masa peka dapat digambarkan sebagai suatu keadaan dimana suatu potensi menunjukkan kepekaan (sensitive) untuk berkembang. Hal ini akan terjadi jika anak memperoleh stimulus yang yang cukup pada potensi tersebut untuk berkembang. Masa peka juga merupakan saat yang paling tepat, paling hebat, dan paling sensitive bagi tumbuh dan berkembangnya suatu potensi tertentu.
4. Anak memperoleh kebebasan untuk berkembang.
Pendidikan haruslah pedosentris karena yang menjadi pusat ksgiatan pendidikan itu adalah kesanggupan dan kemampuan anak. Maka anak harus diberikan kebebasan untuk mengembangkan potensinya. Tugas pendidik yang utama adalah menciptakan kondisinya serta menjauhkan segala hal yang dapat merintangi atau menghalangi perkembangan potensi anak.


PENDEKATAN
1. Pendekatan inquiri.
Melalui pendekatan ini anak akan berusaha untuk mencari dan menemukan sendiri pemahamannya terhadap suatu materi. Mereka akan memahami bahan kajian dengan menggunakan bahasa mereka sendiri berdasarkan apa yang mereka lihat, temukan dan alami.
2. Pendekatan children centred.
Pendekatan ini beranggapan bahwa pusat kegiatan pembelajaran bertitik tolak pada aktivitas anak. Cara pandang ini meyakini bahwa murid memiliki kemampuan sendiri melalui berbagai aktivitas dalam mencari, menemukan, menyimpulkan serta mengkomunikasikan sendiri berbagai pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai.
3. Pendekatan discovery.
Pendekatan ini memiliki cara pandang yang memusatkan kegiatan pembelajaran pada aktivitas anak didik untuk menemukan sendiri berbagai aspek pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai melalui berbagai pengalaman yang dirancang dan diciptakan oleh guru.


METODE
1. Metode eksperimen.
Metode ini menuntut keaktifan anak untuk melakukan percobaan sendiri, mengamati proses dan hasil percobaan yang dilakukannya. Dengan eksperimen anak dapat mencari dan menemukan jawaban atas persoalan yang dihadapinya dengan berpikir dan bekerja secara sistematis.
2. Metode demonstrasi.
Salah satu metode yang dilakukan dengan cara memperlihatkan suatu bentuk proses atau kejadian tertentu agar dapat diikuti oleh anak. Dalam metode ini selain melihat, anak juga dituntut untuk mendengarkan keterangan guru agar tujuan demonstrasi dapat tercapai.
3. Metode sintesa.
Metode ini digunakan dalan pembelajaran bahasa. Metode ini didasarkan pada ilmi jiwa yang dianut Montessori yakni ilmu jiwa unsure (mozaik) dengan menggunakan teori asosiasi (pertalian). Ilmu ini memberikan pengertian bahwa suatu unsure sksn mempunyai makna jika unsure tersebut bertalian atau berhubungan dengan unsure lainnya sehingga membentuk suatu arti.


SUMBER BELAJAR
1. Alat- alat permainan panca indera.
Montessori termasuk tokoh yang meyakini bahwa panca indera adalah pintu masuknya berbagai pengetahuan ke dalam otak manusia. Karena perannya yang sangat strategis maka seluruh panca indera harus memperoleh kesempatan untuk berkembang sesuai dengan fungsinya. Untuk itulah ia mengembangkan berbagai alat permainan panca indera.
2. Latihan kegiatan sehari-hari.
Dengan belajar melakukan kegiatan sehari-hari dan menyiapkan kebutuhannya sendiri, dapat melatih anak untuk menguasai gerakan otot-otot yang praktis, latihan itu dinamai latihan motorik. Kegiatan tersebut akan dapat menumbuhkan keaktifan anak dan juga membiasakan anak bersikap baik pada waktu bercakap dengan orang lain.
3. Tulisan disertai gambar.
Digunakan untuk pendidikan kecerdasan dan daya ingat anak. Anak-anak akan tertarik pada media bergambar dan berwarna yang dapat mengalihkan perhatiannya sehingga proses pembelajaran akan lebih mudah.
4. Alat permainan bahasa.
Pembelajaran bahasa tidak harus menggunakan buku teks panduan. Pembelajaran bahasa dapat dilakukan dengan menggunakan alat permainan. Misalnya, untuk mengajarkan menulis dapat dilakukan dengan cara meminta anak menuliskan pengalamannya pada saat pagi haeri ketika bangun tidur sampai ia berada di sekolah. Pada saat itu ia tidak akan meras berada dalam suasana belajar, sehingga pembelajaran akan terasa lebih menyenangkan
5. Alat permainan berhitung.
Alat permainan ini dapat berasal dari lingkungan sekitar anak. Misalkan untuk mengajarkan teknik membanding dapat dilakukan dengan menggunakan 10 bilah tangkai berbagai ukuran yang telah diberi warna agar lebih menarik. Lulu mintalah anak untuk mengurutkan bilah tangkai tersebut mulai dari yang paling pendek sampai yang terpanjang.


LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
1. Langkah menunjukkan.
Guru menyiapkan beberapa kotak dengan isi yang berbeda.
>> Kotak pertama berisikan uang logam.
>> Kotak kedua berisikan batu kerikil.
>> Kotak ketiga berisikan beras.
Guru mengeluarkan isi kotak lalu meletakkannya kembali sambil menyebutkannya “ini suara uang logam”.
2. Langkah mengenal.
Anak mampu membedakan dan mendeskripsikan kembali binyi-bunyi yang berasal dari masing-masing benda tersebut.
3. Langkah mengingat.
Guru memperdengarkan kembali bunyi benda-benda tersebut satu persatu dan siswa diminta untuk menebaknya.

Referensi:
Hapidin. 2009. KDPBS. Bekasi: STAI Bani Saleh.



1 komentar:

  1. assalammualaikum ka saya septi mahasiswa yg sedang penelitian mengenai montessori btw saya mau tanya dapat sumber yg kk tulis dari mana ya? apakah sumbernya jelas?

    BalasHapus