Model pembelajaran Sentra merupakan perkembangan baru
dari model Montessori. Model Sentra memiliki pandangan dasar sebagai berikut:
1. Pengajaran harus disesuaikan dengan dan keadaan
individu yang mempunyai tempo dan irama perkembangan sendiri-sendiri.
Pengajaran harus disesuaikan dengan tingkatan usia
perkembangan anak dan tingkat intelegensi masing-masing anak. Guru tidak boleh
memaksa ‘si cepat’ untuk menunggu ‘si lambat’ begitu pula sebaliknya.
2. Bahan pengajaran serta cara mengajar guru harus
mengikuti tempo dan irama perkembangan setiap anak.
Guru harus dapat melihat dengan jeli bagaimana acara
anak tersebut belajar, apa yang disukai anak dan bahan pembelajaran apa yang
cocok untuk anak. Sehingga anak akan dapat lebih mudah untuk menerima materi
yang diberikan oleh guru.
3. Kegiatan pengajaran harus memberikan kemungkinan
pada anak untuk berinteraksi, bersosialisasi dan bekerjasama.
Kegiatan pembelajaran bukan hanya menghasilkan anak
yang pandai dari segi kognitif saja tetapi juga pandai dari segi sosial. Anak
mampu untuk masuk dan bergabung dengan lingkungan sekitarnya, sehingga nantinya
anak akan mampu menunjukkan keberadaannya di masyarakat.
Filosofi…
ô Naturalisme romantik (J.J. Rouszeau (1712-1778)).
Menyatakan bahwa setiap anak dilahirkan dengan membawa bakat yang baik. Maka
pendidikan adalah pengembangan bakat anak secara maksimal melalui pembiasaan,
pelatihan, permainan, partisipasi dalam kehidupan serta penyediaan kesempatan
belajar selaras dengan tahap-tahap perkembangan anak.
ô Idealisme. Menyatakan bahwa manusia merupakan
makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Maka pendidikan harus ditujukan pada
pembentukan karakter, watak manusia yang berbudi luhur, berbakat insani dan
kebajikan sosial.
Prinsip
Prinsip pembelajaran utama bagi Model Sentra adalah
menciptakan suatu kegiatan pembelajaran yang memungkinkan anak bergerak (moving)
dari satu aktivitas pembelajaran ke aktivitas pembelajaran lainnya. Beberapa
prinsip yang menjadi penjelasan bagi prinsip utama model Sentra adalah sebagai
berikut.
1. Pengajaran merupakan keterpaduan antara bentuk
klasikal dan individual.
Meskipun anak memiliki tempo dan irama perkembangan
yang berbeda-beda, tapi kegiatan pengajaran harus dapat memberi kesempatan pada
anak untuk berinteraksi, sehingga pendidikan tidak hanya mementingkan aspek
individu tetapi juga aspek sosial anak.
2. Anak belajar secara mandiri.
Kemandirian anak dalam mengerjakan tugas hanya dapat
dilaksanakan jika setiap murid dapat ditumbuhkan otoaktivitasnya. Atas dasar
ini maka suasana tertib dan disiplin dapat tercipta oleh kesadaran para murid
bukan paksaan dari guru.
3. Pembelajaran harus dapat menumbuhkan otoaktivitas
anak.
Upaya menumbuhkan otoaktivitas anak dilakukan dengan
cara memberikan kemerdekaan atau kebebasan pada setiap anak untuk menyelesaikan
berbagai tugasnya. Bentuk tugas yang berstruktur memungkinkan murid secara
tertib dan terjadwal membuat target dalam pencapaian setiap tugasnya.
4. Setiap anak bebas menentukan tugasnya sendiri.
Masing-masing murid dapat memilih vak yang akan
dipelajarinya terlebih dahulu. Ia bebas menentukan waktu penyelesaian serta
alat yang akan digunakan untuk menyelesaikannya. Walaupun ada kebebasan
tersebut, namun setiap murid tidak boleh mengerjakan tugas lain sebelum tugas
yang dikerjakannya selesai. Hal ini juga dapat mendidik anak untuk bertanggung
jawab terhadap pilihan mereka sendiri.
5. Anak belajar bersosialisasi, bekerjasama dan
bertanggung jawab.
Untuk mengembangkan sosiabilitas, guru mem-perbolehkan
murid menyelesaikan tugas tertentu secara bersama-sama. Dengan demikian setiap
murid akan memiliki kesempatan bersosialisasi, bekerjasama dan tolong menolong.
Tetapi tidak boleh mengerjakan bahan atau tugas dengan saling meniru, dengan
demikian anak akan dapat belajar untuk bertanggungjawab terhadap tugasnya.
Pendekatan
Sekolah model sentra menggunakan pendekatan:
1. Pendekatan inquiri.
Melalui pendekatan ini anak akan berusaha untuk
mencari dan menemukan sendiri pemahamannya terhadap suatu materi. Mereka akan
memahami bahan kajian dengan menggunakan bahasa mereka sendiri berdasarkan apa
yang mereka lihat, temukan dan alami.
2. Pendekatan children centred.
Pendekatan ini beranggapan bahwa pusat kegiatan
pembelajaran bertitik tolak pada aktivitas anak. Cara pandang ini meyakini
bahwa murid memiliki kemampuan sendiri melalui berbagai aktivitas dalam
mencari, menemukan, menyimpulkan serta mengkomunikasikan sendiri berbagai
pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai.
3. Pendekatan discovery.
Pendekatan ini memiliki cara pandang yang memusatkan
kegiatan pembelajaran pada aktivitas anak didik untuk menemukan sendiri
berbagai aspek pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai melalui berbagai
pengalaman yang dirancang dan diciptakan oleh guru.
Metode
Metode yang dapat digunakan pada model pembelajaran
ini adalah sebagai berikut.
1. Diskusi
Metode diskusi dalam pendidikan adalah suatu cara penyajian
atau penyampaian bahan pelajaran dimana guru memberikan kesempatan kepada
peserta didik atau kelompok peserta didik untuk mengadakan pembicaraan ilmiah
untuk mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai
alternatif pemecahan masalah.
2. Kerja kelompok
Metode kerja kelompok adalah penyajian materi dengan
cara pemberian tugas-tugas untuk mempelajari sesuatu kepada kelompok-kelompok
belajar yang sudah ditentukan dalam rangka mencapai tujuan. Tugas yang
diberikan dikerjakan dalam kelompok secara gotong royong. Pembagian kelompok
tergantung dari tujuan dan kepentingannya.
3. Observasi
Melalui metode ini, anak belajar mengamati sumber
belajar yang tersedia baik berupa objek yang telah disediakan maupun yang ada
disekitarnya. Melalui pengamatan tersebut anak akan memperoleh pemahaman
sendiri yang berkaitan dengan bahan kajian, sehingga hasil belajar akan lebih
tahan lama.
4. Resitasi
Merupakan salah satu metode pembelajaran yang
dilakukan dengan cara menugaskan pada anak untuk menyelesaikan suatu tugas,
baik tugas kelompok maupun individu. Metode ini memberi kesempatan pada anak
untuk melaksanakan tugas berdasarkan petunjuk langsung yang telah dipersiapkan
guru., sehingga anak akan dapat mengalami secara nyata dan melaksanakan secara
tuntas serta dapat memper-tanggungjawabkan hasil pekerjaannya.
5. Sosiodrama
Metode pengajaran yang dilakukan dengan cara
menggambarkan suatu peristiwa atau kejadian melalui pementasan drama yang
melibatkan beberapa tokoh didalamnya. Semuanya berbentuk tingkah laku dalam
hubungan sosio yang kemudian diminta beberapa siswa untuk memerankannya.
6. Tanya jawab
Suatu metode mengajar, dimana seorang guru mengajukan
beberapa pertanyaan kepada peserta didik tentang bahan pelajaran yang diajarkan
sambil memperhatikan proses berpikir diantara peserta didik. Metode ini
memungkinkan terjadinya komunikasi langsung antara guru dan pelajar, bisa dalam
bentuk guru bertanya dan siswa menjawab atau sebaliknya. Hubungan antara guru
dan pelajar merupakan hubungan timbal balik secara langsung.
7. Demonstrasi
Metode pengajaran yang dilakukan dengan cara
memperlihatkan suatu bentuk proses atau kegiatan tertentu agar dapat diikuti
oleh anak.
8. Penemuan
Metode pendidikan yang mengkondisikan anak untuk
mencari dan menemukan sendiri pengetahuannya, mengembangkan kemampuan dan
keterampilan pada anak agar lebih kreatif dan aktif.
9. Eksperimen
Metode pembelajaran yang dilakukan dengan cara
mengikuti dan melaksanakan prosedur percobaan ilmiah dalam memahami suatu
gejala atau peristiwa tertentu. Metode ini menuntut keaktifan anak untuk
melakukan percobaan.
Sumber Belajar
Berdasarkan bentuk pengajaran model pembelajaran
Sentra, sumber belajar diperoleh dari:
1. Lingkungan Alam.
Lingkungan yang terdekat dengan anak dan alami, misalnya
tumbuhan, hewan, tanah, air, udara, dll.
2. Lingkungan Buatan.
Maksudnya adalah lingkungan buatan (bukan alami) yang
dibuat secara khusus untuk memenuhi dan menunjang proses pembelajaran.
Misalnya, sumber belajar ilmu bumi seperti peta, globe, gambar-gambar dan
majalah pengetahuan; sumber belajar ilmu alam seperti gambar-gambar, alat-alat
laboratorium, dan majalah pengetahuan alam; dll.
Langkah-Langkah Pembelajaran
Langkah-langkah pembelajaran pada sekolah model
Sentra, antara lain:
A. Tahap Kegiatan Awal (Sentra)
Tahap kegiatan awal merupakan tahap persiapan atau
biasa dikenal sebagai tahap appersepsi. Kegiatan appersepsi yaitu kegiatan
pembukaan pembelajaran yang dalam pelaksanaannya terdapat doa bersama, yel-yel
dan experience sharing. Tahap kegiatan awal ini bertujuan untuk mendekatkan
persepsi guru dengan pengetahuan murid dan kedalaman materi yang akan
dipelajari.
B. Aktivitas Klasikal I (Sentra)
Aktivitas klasik I merupakan tahap kegiatan inti yang
pelaksanaannya berupa pengembangan kemampuan berbahasa anak dan memusatkan
minat belajar pada anak. Tahap kegiatan ini bertujuan untuk membangkitkan
perhatian dan semangat belajar anak dengan pelajaran yang menarik dan terarah.
C. Aktivitas Area I (Sentra)
Pada tahap ini, anak melakukan kegiatan yang bersifat
pengamatan belajar. Siswa dapat secara individual atau berkelompok mengamati
objek yang akan diamati atau berbagai hal yang menjadi persoalan.
D. Aktivitas Area II (Sentra)
Pada tahap ini anak mulai mengembangkan hasil pengamatannya
dengan membuat deskripsi sederhana tentang proses pengamatan.
E. Aktivitas Area III (Sentra)
Setelah melakukan pengamatan dan mulai mendeskripsikan
proses pengamatan, pada tahap ini siswa mengumpulkan semua hasil pengamatannya
kemudian menyimpulkannya sesuai dengan urutan proses pengamatan. Dalam tahap
ini, hasil pengamatan tidak selalu berbentuk laporan pengamatan namun juga
dapat berupa hasil karya. Hasil karya tersebut merupakan hasil pengamatan anak
yang direalisasikannya pengetahuannya tentang objek yang diamati dengan karya
seni (seni rupa, seni musik, seni tari, drama).
F. Kegiatan Akhir/Klasikal II (Sentra)
Pada tahap ini, anak dapat menyimpulkan semua
pengetahuan yang didapatnya dari pembelajaran yang telah berlalu dan
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Referensi:
Hapidin. 2009. KDPBS. Bekasi: STAI Bani Saleh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar