Guru sebagai perancang pembelajaran di sekolah kerap menemui
kebuntuan manakala diharuskan menggiring para siswa menjadi pusat belajar.
Kecenderungan selama ini pembelajaran selalu berpusat pada guru. Guru yang
serba tahu, guru yang informan, guru yang mengajar, guru yang aktif. Posisi
siswa seolah tidak ada perannya, yang ada hanya sebagai pendengar dan pasif
saja. Melihat realita semacam ini, penulis menyampaikan alternatif yang dapat
dijadikan sumber dalam mewujudkan pembelajaran siswa aktif yaitu dengan
menggunakan metode kooperatif tipe bercerita berpasangan yang dikembangkan dan
diterapkan oleh guru di sekolah sangat berpengaruh terhadap peningkatan hasil
belajar siswa.Kegiatan pembelajaran yang masih dilakukan secara klasikal dengan
model yang banyak diwarnai dengan ceramah dan bersifat guru sentris menyebabkan
siswa kurang aktif terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu
pembelajaran bahasa pada hakekatnya adalah belajar untuk meningkatkan kemampuan
siswa dalam berkomunikasi secara lisan dan tertulis dengan menggunakan bahasa
Indonesia di segala fungsinya.
Berdasarkan uraian di atas maka kiranya perlu diterapkan suatu
metode belajar yang menjadikan siswa aktif dan menyenangkan sehingga prestasi
belajarnya meningkat maka dari itu diadakan penelitian tentang bagaimana proses
belajar mengajar bahasa Inggris dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe
bercerita berpasangan dan apakah melalui pembelajaran tersebut dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa.
Sistem pembelajaran kooperatif bisa didefinisikan sebagai sistem
kerja/belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk dalam struktur ini
adalah lima unsur pokok yaitu saling ketergatungan positif, tanggung jawab
individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama dan proses kelompok.
Metode pembelajaran kooperatif disebut juga metode pembelajaran gotong royong.
Ironisnya model pembelajaran kooperatif belum banyak diterapkan dalam
pendidikan, walaupun orang Indonesia sangat membanggakan sifat gotong royong
dalam kehidupan bermasyarakat. Kebanyakan pengajar enggan menerapkan sistem
kerja sama di dalam kelas karena beberapa alasan. Alasan yang utama adalah
kekhawatiran bahwa akan terjadi kekacauan di kelas dan siswa tidak belajar jika
mereka ditempatkan dalam grup. Selain itu, banyak orang mempunyai kesan negatif
mengenai kegiatan kerja sama atau belajar dalam kelompok
Menurut Roger dan David
Johnson mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap pembelajaran
kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran
gotong royong harus diterapkan :
- Saling ketergantungan positif
- Tanggung jawab perseorangan
- Tatap muka
- Komunikasi antar anggota
- Evaluasi proses kelompok
Pembelajaran Kooperatif Tipe Bercerita Berpasangan
Teknik mengajar Bercerita Berpasangan (Paired Storylelling) dikembangkan
sebagai pendekatan interaktif antara siswa, pengajar, dan bahan pelajaran (Lie,
1994). Teknik ini bisa digunakan dalam pengajaran membaca, menulis,
mendengarkan, ataupun bercerita. Teknik ini menggabungkan kegiatan membaca,
menulis, mendengarkan dan berbicara. Bahan pelajaran yang palin cocok digunakan
dalam teknik ini adalah bahan yang bersifat naratif dan deskriptif. Namun, hal
ini tidak menutup kemungkinan dipakainya bahan-bahan yang lainnya.
Dalam teknik ini, guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman
siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi
lebih bermakna. Dalam kegiatan ini, siswa diransang untuk mengembangkan
kemampuan berpikir dan kemampuan berimajinasi. Buah-buah pemikiran mereka akan
dihargai, sehingga siswa merasa makin terdorong untuk belajar. Selain itu,
siswa bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai
banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan ketrampilan
berkomunikasi. Bercerita berpasangan bisa digunakan untuk suasana tingkatan
usia anak didik.
Tahap-tahap
pembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan antara lain :
- Pengajar membagi bahan pelajaran yang akan diberikan menjadi dua bagian.
- Sebelum bahan pelajaran diberikan, pengajar memberikan pengenalan mengenai topik yang akan dibahas dalam bahan pelajaran untuk hari itu. Pengajar bisa menuliskan topik di papan tulis dan menanyakan apa yang siswa ketahui mengenai topik tersebut.
Kegiatan brainstorming
ini dimaksudkan untuk mengaktifkan skemata siswa agar lebih siap menghadapi
bahan pelajaran yang baru. Dalam kegiatan ini, pengajar perlu menekankan bahwa
memberikan tebakan yang benar bukanlah tujuannya. Yang lebih penting adalah
kesiapan mereka dalam mengantisipasi bahan pelajaran yang akan diberi hari itu.
- Siswa dipasangkan.
- Bagian pertama bahan diberikan kepada siswa yang pertama. Sedangkan siswa yang kedua menerima bagian yang kedua.
- Kemudian siswa disuruh mendengarkan atau membaca bagian mereka masing-masing.
- Sambil membaca/mendengarkan, siswa disuruh mencatat dan mendaftar beberapa kata/frasa kunci yang ada dalam bagian masing-masing. Jumlah kata/frasa bisa disesuaikan dengan panjang teks bacaan.
- Setelah selesai membaca, siswa saling menukar daftar kata/frasa kunci dengan pasangan masing-masing.
- Sambil mengingat-ingat/memperhatikan bagian yang telah dibaca/didengarkan sendiri, masing-masing siswa berusaha untuk mengarang bagian lain yang belum dibaca/didengarkan (atau yang sudah dibaca/didengarkan pasangannya) berdasarkan kata-kata/frasa-frasa kunci dari pasangannya. Siswa yang telah membaca/mendengarkan bagian yang pertama berusaha untuk menuliskan apa yang terjadi selanjutnya. Sedangkan siswa yang membaca/mendengarkan bagian yang kedua menuliskan apa yang terjadi sebelumnya.
- Tentu saja, versi karangan sendiri ini tidak harus sama dengan bahan yang sebenarnya. Tujuan kegiatan ini bukan untuk mendapatkan jawaban yang benar, melainkan untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan belajar dan mengajar. Setelah selesai menulis, beberapa siswa bisa diberi kesempatan untuk membacakan hasil karangan mereka.
- Kemudian, pengajar membagikan bagian cerita yang belum terbaca kepada masing-masing siswa. Siswa membaca bagian tersebut.
- Kegiatan ini bisa diakhiri dengan diskusi mengenai topik dalam bahan pelajaran hari itu. Diskusi bisa dilaksanakan antara pasangan atau dengan seluruh kelas.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran kooperatif atau kerja sama antar kelompok yang anggota kelompok
saling membantu antar teman yang satu dengan teman yang lain dalam kelompok
tersebut, sehingga di dalam kerja kelompok atau pembelajaran kooperatif, siswa
yang lebih pandai dapat membantu siswa yang lemah.
Dengan adanya model pembelajaran kooperatif tipe bercerita
berpasangan siswa dapat lebih aktif untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan
kemampuan berimajinasi. Di samping itu pembelajaran ini juga memberikan
kesempatan kepada siswa untuk diskusi, bertanya, maupun mengeluarkan pendapat
serta berinteraksi dengan siswa yang menjadikan siswa aktif dalam kelas.
Penerapan pembelajaran kooperatif memiliki kendala di antaranya
kesulitan mengkoordinasikan siswa kepada situasi yang dikehendaki. Dan juga
terdapat kelemahan pada teknik belajar kelompok misalnya mengatur penataan
bangku yang berbeda-beda dan model/gaya mengajar yang berbeda-beda pula.
Dalam hal ini guru
dituntut untuk menjadi seorang pendidk yang mampu menyatu dengan siswa mereka,
menjadikan siswa sebagai individu yang butuh dihargai.Guru dituntut untuk
mengemas proses pembelajaran yang aktif, dan kreatif yang pada akhirnya akan
menyenangkan siswa.
PESAN
Banyak diantara guru yang belum mengeti dan memahami metode kooperatif
Learning sehingga dalam pelaksaan pembelajaran, masih banyak guru menggunakan
merode lama yang membosankan bagi siswa.oleh karena itu, perlu adanya
sosialisasi bagi guru untuk memperkenalkan bagaimana kedahsyatan dan keampuhan
metode kooperatif dalam keberhasilan pembelajaran siswa dalam kelas.
KESAN
Bertitik tolak dari
hasil pembahsan, maka dapat dikemukan saran-saran yang kiranya berguna dalam
proses pembelajaran :
- Mengingat metode pembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan untuk meningkatkan prestasi belajar, maka hendaknya guru menerapkan metode pembelajaran ini di kelas sebagai selingan metode-metode belajar yang sudah ada.
- Pembelajaran ini hendaknya diterapkan secara kontinu baik untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia maupun pelajaran yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. 2002. Kompetensi Dasar Mata
Pelajaran Bahasa Indonesia SD. Jakarta
Lie, Anita. 2002. Cooperative Learning:
Memprakkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas.
Hapidin.Drs
2008. Model - Model Pendidikan Anak Usia Dini : Bekasi
Alhamdulillah, ikut bersyukur atas keluarga Anda, senyum senyumnya menyiratkan keihlasan doa kedua orang tuanya.Pegang baik baik, kecerdasan kita berawal dan berujung dari cerdas bersyukur, dan cerdas memuliakan kedua orang tua.........
BalasHapus